I'M OKEY!! [END] TERBIT

By Athalio097

5.7K 3.3K 6.1K

[⚠️ BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA⚠️] Ini tentang seorang gadis yang sering sekali dirinya ditinggalkan oleh k... More

Prolog
Eps 1 [music for Garliona]
Eps 2 [It's okey]
Eps 3 [Everything will be okay]
Eps 4 [Devano's departure]
Eps 5 [I'm not sad]
Eps 6 [Devano]
Eps 7 [you don't know]
Eps 8 [A feeling]
Eps 9 [Adrian]
Eps 10 [Don't cry Lio]
Eps 11 [I want to give up]
Eps 13 [Between us]
Eps 14 [How about me?]
Eps 15 [Apologize]
Eps 16 [ Promise ]
Eps 17 [ Nightmare]
Eps 18 [Between Lio and Rian]
Eps 19 [ hurtful]
Eps 20 [ you have gone]
Eps 21 [Abuse]
Eps 22 [where is Lio?]
Eps 23 [Only joke]
Eps 24 [ hard to sleep ]
Eps 25 [ Lost Memory]
Eps 26 [ Liona's misfortune ]
Eps 27 [ A thousand apologies?]
Eps 28 [Let me go]
Eps 29 [End with you]
Eps 30 [ The most grateful luck ]
Epilog

Eps 12 [When you come back]

232 170 310
By Athalio097

.
.
.
"Jangan pernah kembali jika hanya memberikan luka."
-Garliona
.
.
.

---

Tuk!

Orang itu memegang pundak Lio. Sehingga membuatnya membeku seketika. Lio berusaha untuk melihat ke belakang, namun hatinya ragu, takut jika itu orang jahat. Lio mengambil ancang-ancang dan bersiap memukul orang itu.

Dug!

Satu pukulan mendarat dilengan lelaki itu dan langsung membuatnya meringis kesakitan. Rintihan itu sangat familiar bagi Lio. Lio masih terdiam sembari mencari tahu siapa lelaki itu.

"Ssshhh, sejak kapan Lio jadi kuat gini, hm?"

Mendengar suaranya, Lio langsung mengenalinya. Laki-laki itu membuka masker yang dari tadi menutupi hidung dan mulutnya. Saat mengetahui siapa dia Liona kaget bukan main.

"Va-Vano?" ucap Liona terbata-bata.

Devano terkekeh melihat wajah kaget Liona. Ia melangkahkan kaki mendekat ke arah Liona dan memeluk tubuh Liona.

"Lio apa kabar? Vano kangen banget," ucap Vano masih memeluk tubuh Liona.

Lio masih terdiam, dirinya masih agak terkejut dengan hal ini. Vano? Kok bisa Vano ada di sini? Bukannya Vano ada di luar kota?

"Vano kok ada di sini? Bukannya Vano ada di luar kota?" tanya Lio berada di dekapan Devano.

"Haha, Vano lagi ada study banding di sekolah ini, jadi Vano ambil waktu buat lihat Lio. Vano kangen sama kesayangannya Vano," jawab Vano terkekeh sambil merapikan rambut Liona.

Mata Lio mulai berkaca-kaca. Liona rindu dengan sosok laki-laki yang sedari dulu menemaninya. Devano Aldebaran, laki-laki yang dulu berambut gondrong dan pirang, kini rambut kebanggaannya telah sirna. Warnanya pun berubah menjadi coklat bukan pirang lagi.

Sudah sekitar empat bulan Vano meninggalkan Liona di kota kelahiranny. Ia sangat senang mengetahui bahwa Lio tidak terluka. Iya, memang sekarang yang ia lihat bahwa Lio tidak terluka.

"Lio mau berangkat sekolah?"tanya Vano. Lio mengangguk.

"Iya, Lio mau sekolah."

"Kok pagi-pagi sekali? Biasanya Lio jam segini masih di rumah, kan?"

"Lio kan hari ini piket, Vano, jadi Lio berangkat awal,"jawab Lio.

"Oh begitu, nanti sepulang sekolah jalan, ya? Sudah lama Vano ga jalan-jalan sama Lio," ajak Vano, sekilas maniknya melihat ke leher Lio, terpasang sebuah kalung dengan liontin kupu-kupu.

"Iya, nanti jalan. Nanti Lio izin sama Bang Reyhan buat keluar," jawab Liona sembari tersenyum.

"Vano mau masuk?"

Devano mengangguk, Lio mengajak Devano memasuki sekolah. Sepanjang jalan Lio menceritakan yang terjadi selama empat bulan terakhir, karena sebentar lagi ia akan melakukan PAT. Dia harus bekerja keras agar nilainya tidak buruk.

Di koridor, Lio menemui sosok Rian yang berdiri di depan pintu kelas Liona. Liona dengan riang menghampirinya.

"Rian!" Ucapnya seraya melompat di depan Rian.

"Oh, Lio udah sampai? Rian nunggu lama," sahut Rian belum menyadari ada Devano di belakang Liona.

"Hai,Yan! Apa kabar?" Sapa Devano berdiri di samping Liona.

"Heh, Vano? Lu kapan nyampe sini? Kok bisa lu ada di sini?" Tanya Rian bertubi-tubi sembari bersalaman ala cowok.

Liona yang melihat interaksi kedua temannya itu hanya tersenyum. Lio senang mereka bertiga bisa bertemu lagi walaupun sesaat.

"Gue ada study banding sama ada sedikit liburan dan anak-anak pada mau nginep di daerah sini," jawab Devano.

"Kalian ngobrol dulu ya, Lio mau piket, lihat tuh udah dilihatin sama Agista, serem," ucap Liona sembari memasuki kelas.

"Iya Lio, semangat!" Ucap keduanya secara serentak.

Liona terkekeh mendengar keduanya bicara secara bersamaan. Lio mengangguk sembari tersenyum.

Devano dan Rian pun menuju kantin untuk mengobrol dan Rian memberitahu Devano apa saja yang terjadi dengan Lio selama Vano pergi.

Dimulai waktu Rian berkunjung ke rumah Lio dan menemui Liona dengan bekas luka di sudut bibir, terdapat luka lebam di tangan Liona. Sudah jelas Vano tau itu perbuatan siapa, itu adalah Revano ayah kandung Liona yang tidak mempunyai rasa bersalah sedikitpun.

"Gue waktu itu juga kaget liat Lio dalam kondisi kek gitu, karena gue khawatir gue ngajak dia pergi, tapi dianya ga mau takut kalo ayahnya marah," jelas Rian sembari menyeruput secangkir susu di tangannya.

"Om Vano kenapa tetap kek gitu ya? Apa matanya udah bener-bener buta sama perasaan cintanya ke Hilya? Emang dari dulu gue ga yakin kalau om Vano nikah sama Hilya," gerutu Vano dengan geram.

"Kalau perlu gue bawa Lio sekalian sama gue, mama juga khawatirin Lio setiap malam pasti mama bilang 'Van, telpon Lio perasaan mama cemas banget.' hampir tiap malem mama minta gue nelpon si Lio," lanjutnya.

"Heh kalo lu bawa Lio pergi, gue sendiri dong disini, dasar kampret," umpat Rian.

"Haha iya juga ya, tapi Yan gue kalo sekali lagi liat dia kaya gitu udah di pastikan mama bakal jemput Lio sih," ucap Devano.

"Ya kalo ini semua demi kebahagiaan Lio It's okey sih, gue setuju-setuju aja."

Saat mereka masih asik membahas soal Liona, seorang siswi berseragam namun bukan seragam SMA Pelita datang menghampiri meja kedua remaja itu.

"Devan!" Panggilannya.

Devano yang mendengar hal itu pun menoleh, terdapat perempuan yang terlihat agak sedikit lebih tua darinya berdiri di samping meja.

"Oh kak Dewi, kenapa kak? Sudah mau dimulai?" Tanya Devano.

"Iya semua anggota udah pada di titik pertemuan, kita harus kesana, lu tuh sebagai ketua OSIS harus nya lebih bertanggungjawab jangan asal pergi aja," jawab Dewi yang notabenenya adalah kakak kelasnya.

"Iya kak, Rian gue duluan ya, nanti pas istirahat kita ketemu lagi, kak ini acara sampai jam dua siang kan? Berarti makan siang di sini kan?" Kata Devano.

"Iya, udah ayo ke ruang acara!" Ajaknya sambil mendorong tubuh Devano.

Rian hanya mengangguk dan memberi sedikit semangat kepada Devano, kemudian ia memutarkan cangkir di genggamannya. Ia memikirkan pembicaraan yang baru saja terjadi. Jika memang Liona akan di bawa pergi oleh keluarga Devano, dia akan kesepian. Dia juga akan merasa tertinggal kan.

–––

Jam istirahat, Lio dan Rian sedang bercanda gurau di kantin. Rian terus saja menukar mangkok berisi bakso karena Lio terlalu banyak menaruh sambal di baksonya, padahal sudah Rian peringatkan jangan makan pedas karena Lio mempunyai Maag. Tapi Lio adalah Lio tetap saja keras kepala.

Dan perdebatan itu lagi-lagi dimenangkan oleh Garliona, sudah biasa bagi Rian menghadapi sikap ke kanak-kanakkan Liona. Namun bagi Rian, Liona mau bertingkah seperti apapun, dia tetap menggemaskan.


"Lio!" Panggil Rian.

"Iya? Kenapa?"

"Rian sayang sama Lio," ucap Rian, yang berhasil membuat Lio tersedak kuah pedas.

"Uhuk... uhuk... Ha-hah?"

Rian yang melihat itu pun dia langsung memberikan minuman kepada Liona, tenggorokan Liona kini panas seperti terbakar matanya juga berair karena efek tersedak tadi.

"Lio, Rian takut kalau Lio bakal pergi. Karena Rian sayang sama Lio, Rian ga mau kehilangan Lio," sambung Rian sembari tersenyum melihat Liona.

"Lio juga sayang sama Rian, Lio juga sayang sama Vano, bahkan Lio sayang sama Abangnya Lio. Dan Lio ga bakal pergi kok dari kalian, Lio akan selalu ada buat kalian jika kalian tidak melupakan Lio, Lio akan selalu ada di sekitar kalian."

Rian mendengar penuturan gadis di depannya itu hanya bisa tersenyum, bukan itu yang Rian maksud melainkan dia menyayangi Liona melebihi seorang sahabat. Tapi sudahlah Rian tidak mau mempermasalahkan perasaannya terhadap Lio, yang dia inginkan hanya berada di sekitar Liona saja sudah lebih dari cukup.

Devano melihat Liona dan Rian sedang memakan makanan mereka dari kejauhan, perasaan Devano... Entahlah tidak begitu jelas mungkin karena sifat tertutupnya jadi tidak begitu tau apa yang ada di pikirannya saat ini. Devano tidak duduk bersama kedua sahabatnya melainkan bersama teman-teman sekolahnya, karena hal itu diputuskan oleh panitia penyelenggara study banding.

Sepulang sekolah, Devano meminta izin kepada kakak kelasnya untuk kembali ke penginapan terlambat. Yah dia ingat kalau dia mau jalan-jalan bersama Liona.

Setelah izin diberikan, Devano bergegas menuju kelas Liona. Dia melihat Liona yang hendak keluar dari kelas. Devano menyambut kedatangan gadis kesayangan itu dengan pelukan hangat.

Entah kenapa, tubuh Liona terasa hangat saat di peluk. Jika memeluk Liona terasa nyaman. Tanpa basa basi Devano mengajak Liona keluar dari sekolah, mereka menaiki bus untuk pergi ke taman.

Namun sebelum sampai di halte bus, mereka berpas-pasan dengan Rian.

"Kalian curang, mau main ga ngajak gue,"ucap Rian dengan kesal.

"Eh Rian hehe, maaf Lio lupa mau bilang sama Rian."

"Lu mau ikut? Udah lama kan kita bertiga ga main  bareng?" Sahut Devano.

Rian mengangguk menyetujui ajakan Devano, mereka menaiki bus dan memilih kursi paling belakang yang panjang dengan Lio yang duduk di tengah-tengah Rian dan Devano.

Mereka menikmati kebersamaan yang selama empat bulan silam sirna, tawa dan senyum terukir di wajah mereka menandakan kebersamaan membuat mereka merasa bahagia.

See you next time
Dadah💞

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.2M 70.6K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1M 75.3K 38
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
2.8K 1.2K 27
⚠️ 𝘿𝙞𝙡𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙚𝙧𝙖𝙨 𝙥𝙡𝙖𝙜𝙞𝙖𝙩 ⚠️ 📌𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙛𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙖𝙠𝙪𝙣 𝙙𝙪𝙡𝙪 𝙄𝙣𝙞 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙝𝙖𝙨𝙞𝙡 �...
385K 13.7K 28
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...