DREAM HUNTER

By AniintnPtr

5.1K 642 134

[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA] Manggala Grevano Agrastian, seorang laki-laki tampan yang cuk... More

PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 4

CHAPTER 3

480 83 14
By AniintnPtr

3. Kelas Baru

***

Pukul enam pagi, Sasha telah rapi dengan seragam sekolahnya. Begitupun dengan Yuki dan Nara. Lain halnya dengan Prisa, gadis itu tampak masih terlelap dalam tidurnya.

"Kebiasaan banget si Prisa, jam segini masih aja molor," gerutu Nara seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tadi, Nara sudah mencoba membangunkan Prisa sebanyak tiga kali. Ajaibnya, Prisa tidak kunjung bangun. Lebih parahnya lagi gadis itu malah semakin tertidur nyenyak membuat Nara heran.

Yuki masuk ke dalan kamar mandi untuk mengambil sesuatu. Tidak lama kemudian, Yuki kembali dengan membawa gayung berisikan air.

Yuki menyeringai. "Gue yakin, dengan cara ini pasti si kebo bakalan bangun."

Tanpa berperasaan, Yuki menyiram wajah Prisa dengan air yang ada di gayung. Sasha dan Nara melotot, keduanya tidak menyangka dengan aksi bar-bar Yuki yang dengan beraninya menyiram wajah Prisa menggunakan air.

"Tutup telinga lo," bisik Nara pada Sasha.

"BUSET, BANJIR WOI. CEPAT PANGGIL PEMADAM KEBAKARAN," teriak Prisa dengan wajah paniknya. Prisa berdiri seraya berteriak heboh, gadis itu belum sepenuhnya sadar.

Yuki menoyor kepala Prisa. "Bego, mandi sana. Nanti telat."

Prisa mendadak diam mematung. Gadis itu berusaha mengumpulkan kesadarannya. Setelah sadar, Prisa menatap kesal ke arah Yuki.

"Sialan lo, Yuki," maki Prisa. "Muka, baju, tempat tidur gue basah semua gara-gara lo."

Yuki mengedikkan bahunya acuh tak acuh. "Siapa suruh lo tidur kayak orang mati, susah banget dibangunin. Harusnya lo berterima kasih sama gue, gue ngelakuin ini biar lo nggak telat masuk kelas."

Prisa mengerucutkan bibirnya. Gadis itu merebut paksa gayung yang ada di tangan Yuki, lalu masuk ke dalam kamar mandi dengan bantingan pintu yang cukup keras.

"Dasar bocil," ucap Nara saat melihat tingkah laku Prisa.

"GUE DENGER," teriak Prisa dari dalam kamar mandi.

Ting Tong

Bel kamar mereka berbunyi. Nara membuka pintu, terlihat sosok perempuan paruh baya dihadapannya. Dia adalah tante Lala, ibu kantin di sekolah ini yang bertugas mengantar sarapan ke setiap kamar-kamar asrama putri. Tante Lala tidak sendiri, beliau bertugas dibantu oleh Mumun yang merupakan anaknya.

"Pagi, Sayang. Seperti biasa, Tante Lala mengantarkan sarapan untuk kalian. Dihabisin, ya. Kalo nggak habis, nanti Tante maki-maki, lho."

Nara tersenyum kikuk. Tante Lala memang sering bercanda seperti ini, namun tak ayal bila candaannya sering menjadi kenyataan. Contohnya seperti kejadian sebelumnya, ada seorang siswi yang komplain pada tante Lala karena makanan yang dimasak olehnya kurang asin. Besoknya tante Lala memasak makanan spesial untuk siswi itu. Namun, makanan itu sangatlah asin. Ditambah lagi, tante Lala memberikan sebungkus garam pada siswi itu dengan alasan takut bila masakannya masih kurang asin seperti sebelumnya. Jelas-jelas siswi itu protes pada tante Lala dan berakhir dengan siswi itu juga yang dimaki-maki oleh tante Lala.

"Makasih, Tante Lala," ucap Nara. "Tenang aja. Pasti dihabisin, kok."

"Oke deh." Setelah mengatakan itu, tante Lala pergi mendorong troli makanan seraya mengibaskan rambutnya.

Nara menutup pintu, lalu menaruh empat kotak makanan tersebut di atas meja makan. Fyi, kamar asrama yang mereka tempati cukup luas. Terdapat dua tempat tidur susun, dua meja belajar, satu kamar mandi, satu meja makan berukuran sedang dan satu dispenser air.

"Orang tadi siapa?" tanya Sasha pada Nara.

"Dia Tante Lala, ibu kantin yang tugasnya nganter sarapan ke tiap-tiap kamar asrama putri," jelas Nara.

"Lho, gue kira kita bakalan makan di kantin sekolah."

"Kalo makan siang atau malem kita makan di kantin sekolah, kok. Emang udah ketentuan sekolah kalo khusus untuk pagi hari, makanan bakalan diantar sama tante Lala ataupun anaknya si Mumun."

Sasha manggut-manggut, paham dengan penjelasan Nara. Setidaknya mereka tidak harus mengantri pagi-pagi di kantin untuk mendapatkan makanan.

Prisa datang menghampiri mereka. Gadis itu tampak lebih segar dan telah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Sarapan udah dateng, kan?" tanya Prisa.

"Udah," balas Yuki seraya menunjuk kotak makan yang ada di atas meja.

Mereka duduk di kursi panjang, lalu mulai membuka kotak makan masing-masing.

"Ya ampun, kenapa harus udang, sih?" Prisa terus menggerutu. Gadis itu memindahkan udang yang ada di kotak makannya ke kotak makan milik Nara.

"Lo nggak suka udang, ya?" tanya Sasha yang sedari tadi memperhatikan kegiatan Prisa.

Prisa mengangguk. "Iya, gue benci banget sama udang. Rasanya nggak enak."

Yuki dan Nara sudah tidak heran lagi, mereka sudah tahu bila Prisa sangat tidak menyukai udang. Padahal, udang merupakan salah satu makanan laut yang kaya akan nutrisi.

Waktu telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dua puluh menit lagi pelajaran akan segera dimulai. Setelah selesai sarapan, mereka bergegas keluar kamar dan berjalan beriringan menuju kelas.

Eh, siapa itu yang di deket si Prisa?

Gue denger-denger, dia anak baru.

Gila, body-nya mantep juga.

Suara bisikan-bisikan para siswa-siswi mulai terdengar. Mereka membicarakan Sasha. Kehadiran Sasha begitu mencolok dikarenakan paras cantiknya yang membuat siapa saja terpesona.

Mereka masuk ke dalam lift, lalu menekan tombol lantai 1. Selama di dalam lift, mereka terus mengobrol. Tidak menghiraukan kehadiran tiga siswi lain yang ada di dalam lift itu juga.

"Eh, jepit rambut kesayangan gue belum di bawa," ucap Prisa panik.

Ting

Pintu lift terbuka, satu persatu dari mereka keluar dari lift. Tadinya Prisa hendak kembali menuju kamar asrama guna mengambil jepit rambut kesayangannya, akan tetapi Yuki menarik paksa Prisa agar kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju kelas.

Yuki menatap Prisa tajam. "Jangan aneh-aneh lo, bentar lagi masuk. Lo mau telat, hah?"

Nyali Prisa menciut. Raut wajah Yuki jika sedang marah sangatlah menyeramkan. Sontak saja Prisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau mencari masalah dengan Yuki.

"Perpustakaan di mana, ya?" tanya Sasha.

"Ada di sebelah lab komputer," jawab Nara. "Lo mau ke sana?"

Sasha mengangguk. "Iya, tapi nanti habis istirahat."

Sesampainya di kelas XII Seni Musik Populer 1, ada seorang guru wanita yang sedang menerangkan sesuatu pada murid-murid.

Yuki menatap arloji di tangannya. Pukul tujuh lewat sepuluh menit, padahal masih ada waktu sepuluh menit lagi sebelum bel masuk berbunyi.

"Nah, ini dia murid barunya. Ayo masuk," ucap Rosita yang merupakan wali kelas XII Seni Musik Populer 1.

Prisa, Yuki dan Nara duduk di kursi mereka masing-masing. Lain halnya dengan Sasha yang berdiri di sebelah Rosita.

"Silakan perkenalkan nama kamu pada teman-teman barumu," titah Rosita.

"Nama gue Sasha Putri Gemintang. Kalian bisa panggil gue Sasha. Gue pindahan dari sekolah Kencana," ucap Sasha memperkenalkan dirinya dihadapan teman-teman barunya.

"Ada yang ingin bertanya?" tanya Rosita.

Seorang laki-laki tampan mengacungkan tangannya. "Gue mau tanya, username Instagram lo apa?"

Pertanyaan Steven membuat laki-laki itu mendapatkan sorakan-sorakan dari teman-temannya.

"Sudah-sudah, jangan gaduh," desis Rosita.

"Selamat datang di kelas XII Seni Musik Populer 1, Sasha. Perkenalkan nama saya Rositawati, wali kelas kamu. Kamu bisa panggil saya dengan nama Bu Rosita atau Bu Rosi," ucap Rosita. "Silakan kamu duduk di kursi kosong yang ada di samping Yuki."

Sasha mengangguk. "Terima kasih, Bu."

Sasha berjalan menuju kursi kosong, lalu duduk di kursi itu. Setelah sesi perkenalan Sasha, Rosita pamit pergi karena sekarang bukan jam pelajaran beliau.

TBC

yuk bisa yuk tekan bintangnya. jangan lupa untuk komen juga.

NEXT?

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 104K 52
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
718K 34.3K 56
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
393K 41.4K 46
Rasa sakit menjadi alarm atau penanda bagi kita bahwa tubuh sedang tidak baik-baik saja. Ia memberikan sinyal kepada kita untuk lebih peduli atau mul...
546K 21.8K 65
"Eh, biasanya ketua geng itu dijodohin gak sih." "Iya ya, biasanya di wp, ketua geng motor, ganteng, terus kaya raya. Pasti dijodohin." "Ketua kita...