Dear Habibi [END]

By Setiawantuz

1.4M 115K 5.5K

Berawal dari pertemuan yang singkat. Hingga akhirnya, kedua insan itu jatuh ke dalam perasaan cinta yang begi... More

01
02
03
04
05
06
07
08
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56

09

33.3K 2.9K 36
By Setiawantuz



Habibi segera mengangkat telponnya.

"Ada apa telpon?" tanya Habibi singkat.

Merasa jengkel dengan jawaban ketus dari Habibi. Nafisah segera menghentakkan kakinya berkali-kali sebagai bahan pelampiasan.

"Oke, tahan Nafisah. Tahan ... tarik napas dalam-dalam. Oke keluarkan lagi," ucap Nafisah di dalam batinnya.

Merasa tak ada respon dari Nafisah, Habibi pun ingin kembali menutup telponnya.

"Oke. Gue tutup lagi ya," ucap Habibi mencoba memancing Nafisah agar segera bersuara.

"Eh ... jangan. Jangan dimatiin dulu," ucap Nafisah segera mencegah Habibi agar tidak menutup telponnya.

"Hmm. Ada apa?"

"Sorry ya. Kalau gue ganggu waktu lo sebentar. Gue cuma ingin bicara beberapa hal sama lo-"

"Nggak usah basa basi," ucap Habibi cepat memotong pembicaraan Nafisah karena terlalu banyak basa basi.

Sebenarnya Habibi paham. Modelan orang kayak Nafisah ujungnya mau ke mana.

Namun, okelah. Habibi akan mengikuti cara mainnya.

Biar nanti kita lihat, siapa dalam hal ini yang lebih pandai bertempur, pikirnya.

"Ya udah. Oke, gini," ucap Nafisah berusaha mempersingkat maksud dan tujuannya pembicaraannya kali ini.

"Gue ngucapin terima kasih. Lo sebagai laki-laki sangat berani menikahi orang yang sama sekali belum pernah lo kenal sebelumnya. Gue akui lo emang gentel."

"Tapi satu hal yang harus lo tahu. Lo itu terlalu aduhay buat gue yang begitu ... aduh agak gimana gitu," ucap Nafisah dengan gaya centilnya pura-pura merendah di hadapan Habibi.

Habibi tersenyum kecut.

Ia tahu, bahwa Nafisah sedang merayunya agar membatalkan perjodohan ini.

"Agak gimana maksudnya?" tanya Habibi mencoba mencerna ucapan Nafisah tadi.
"Agak sengklek?"

Nafisah membulatkan matanya tak percaya.

"What? Sengklek?" Nafisah hendak menyumpah serapahi Kembali Habibi. Namun ia sangat ingat tujuan ia memberikan diri menelponnya.
"Sialan,"gumam Nafisah di dalam batinnya.

Kali ini ia mencoba menghayati peran sebagai orang yang paling tersakiti sejagat raya.
"Eh, bukan sengklek. Cuma, maksud gue. Gue ngerasa nggak pantas aja gitu buat lo."

"Lo terlalu baik Bi dan lo sangat pantas dapetin yang lebih baik dari gue. Sampai sini lo mungkin paham kan apa yang gue omongin?"

"Hmm." Habibi yang berdehem kecil saja merespon ucapan Nafisah kepadanya.

"Kalau pun lo tetap teguh, pingin nikah sama gue. Boleh nggak gue minta waktu?" tanya Nafisah berharap Habibi meng-iyakan.
"Minimal sampai gue lulus kuliah lah?" tanya Nafisah berharap Habibi setuju dengannya.

"Atau minimal, gue sudah ngerasa bahwa gue sudah pantas jadi pendamping lo dan lebih baik dari sekarang. Gimana? Boleh?" tanya Nafisah kali ini dengan nada bicara yang lebih halus dari sebelumnya.

"Ya syukur-syukur sih ya sampai lo nggak jadi nikahin gue. Nikahin siapa ke, sorboah atau Tukiyem," gumam Nafisah di dalam batinnya.

Habibi berpikir sejenak.

Sepertinya, apa yang di sampaikan Nafisah ada benarnya juga.

Bisa saja ia insecure dengan dirinya.

Merasa ia belum pantas jika bersanding dengannya.

Padahal jika Nafisah tahu Habibi juga tidak sebaik yang ia pikirkan.

Ia tetaplah manusia yang berkelimpahan salah dan dosa. Yang harus terus belajar dalam hal apapun.

"Oke-"

Nafisah begitu bahagia saat mendengar kata Oke, hingga akhirnya ia segera memotong ucapan Habibi.
"Thanks ya. Lo udah mau ngertiin gue."

"Gue semakin yakin kalau lo memang pilihan yang tepat buat gue," ucap Nafisah tak henti-hentinya tersenyum. Ia merasa bahwa usahanya kali ini berhasil.

Nafisah tersenyum senang.
Ia segera mengepalkan tangannya berkali-kali.
"Yes, nggak sia-sia gue ikutan kelas drama," gumam Nafisah di dalam batinnya.

Akhirnya ia terbebas juga dari belenggu dan perjodohannya meski untuk beberapa waktu.

Nggak apa-apa, pikirnya.

Untuk ke depannya, dia akan atur strategi agar perjodohan ini benar-benar batal dan tak akan ada yang mengganggu hubungannya dengan Reno.

Habibi segera melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong Karena sedari tadi Nafisah nyeroscos tanpa henti.
"Oke, gue boleh lanjutin omongan gue?" tanya Habibi membuat Nafisah membulatkan matanya bingung.

"Maksud lo?"

Habibi menghembuskan napasnya perlahan-lahan. Berharap Nafisah mendengarkan baik-baik ucapannya kali ini dan tidak memotongnya lagi.
"Bagi gue nggak masalah. Kalau lo emang ngerasa belum pantes. Ya udah, kita bisa perbaiki bareng-bareng," ucap Habibi sembari tersenyum simpul.

Nafisah tersentak kaget.
"Maksud lo?" tanya Nafisah sedikit terbata-bata.

"Iya, kita jalani sama-sama ya."

"Tujuan rumah tangga itu kan memang buat melengkapi kekurangan masing-masing, saling memperbaiki kekurangan masing-masing, iya kan?" tanya Habibi terdengar begitu bijak.

Namun, tidak dengan Nafisah yang tidak terima dengan yang dibicarakan Habibi kepadanya.

"What's!!" gumam Nafisah di dalam batinnya.

"Iya udah, bentar lagi akad nikahnya mau dimulai kan? Gue mesti siap-siap dulu. Gue tutup ya."

"Eh, tunggu," ucap Nafisah tak terima dengan keputusan ini.

"Maksudnya, jadi lo nggak bakalan batalin acara akad nikah ini? Nggak mau nunggu gue sampai lulus kuliah dulu?" tanya Nafisah dengan keadaan jantung yang semakin berdenyut kencang.

"Nggak Nafisah," ucap Habibi terdengar begitu lembut.

"Dan thanks, lo udah nggak keras kepala dan mau ngakuin semua kekurangan. Gue salut," ucap Habibi tak henti-hentinya tersenyum simpul. Kembali berhasil menggagalkan Nafisah untuk membatalkan perjodohan ini.

Nafisah membuang napas kasarnya, sebelum ia kembali mengumpat dan menyumpah serapahi Habibi.
"Dasar Lelaki sinting! Nggak tahu malu!" maki Nafisah merasa usahanya hanya sebuah sia-sia.

Tut ...

Nafisah memutuskan telponnya sepihak.

Ia baru sadar, bahwa ia terjebak dalam permainan kata-kata Habibi yang sudah mengetahui maksud dan tujuan dia menelponnya.

Nafisah terduduk lemas dan kembali membanting telponnya.

Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya keluar dari tekanan ini.

Sementara Habibi tersenyum simpul.

Ia cukup bahagia bisa memberikan sedikit cubitan halus untuk Nafisah melalui permainan kata-katanya.

•••

Instagram/TikTok : @setiawantuz

Continue Reading

You'll Also Like

19.3K 1.4K 47
"Aku mencintaimu!" "Jangan cintai saya! Cintai Allah!" "Kalau aku mencintaimu karena Allah?!" "...." Syahlaa Aliza, wanita yang memiliki lesung pipi...
40.2K 1.8K 26
"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah." Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan s...
36.9K 1.7K 17
Novel ini sudah Pindak ke aplikasi Mangatoon atau Noveltoon (satu pemilik) Cerita ini mengisahkan seorang gadis SMA yang di buru oleh calon mertua un...
110K 8.8K 32
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)