VOTE BESTIE:)! Tekan Bintang di pojok kiri bawah
Kita ketemu lagi di jumat yang berkah ini// oke sekian~
Selamat membaca<3
28 - Mereka Semu
Terkadang apa yang kita lihat itu berbeda dengan kenyataannya. Mungkin pandanganmu dia sempurna, tapi siapa tau kan? -Ele
Ael menatap Alena dengan wajah kagetnya.
"Lo kenal El?" jantung Alena rasanya berdegup lebih cepat saat melihat tatapan Ael yang begitu serius.
"Gue gak kenal," ujarnya polos.
"SHIT!" geram Alena memukul bahu Ael cukup keras.
Ael mengaduh kesakitan. "Awhh, sakit Kak,"
"Lo ngibulin gue!"
"Y-ya jangan marah, lagian gue kaget bukan karena gue tau dia siapa, tapi gue kaget karena gue gak tau dia siapa! Padahal gue udah lumayan lama sekolah disana!"
Alena berdecak kesal. Ia kembali menatap layar tersebut, lalu beralih membuka ponselnya yang menampilkan data-data semua guru.
Ting!
Orang
Nona, file sudah saya berikan, saya harap itu sesuai dengan keinginan Nona.
Ok, terima kasih
Alena sudah merencanakan!
Jangan heran, semua informasi sekolah sangat mudah Alena dapat, bahkan dengan mengirimkan pesan singkat saja kepada seseorang, keinginan Alena akan langsung di berikan.
Tentu, Alena memiliki kuasa disana--ah atau lebih tepatnya, keluarga Alena adalah penguasanya?
"Gotcha!" Alena menyeringai tipis saat melihat ada gambar yang cocok dengan layar di komputer.
"Gue liat dunks ," sahut Ael lebay.
Alena melirik Ael jijik sekaligus geli. "Satu kata, alay!" Alena menyerahkan ponselnya.
Ael hanya tertawa kecil, lalu wajahnya menjadi datar saat membaca rangkaian kalimat di ponsel Alena. "Jadi nama hama kecil yang udah ngebahayain Kakak gue adalah Fasam Basrana,"
Ael tersenyum miring. "Guru baru aja belagu, orang kek gini cuman beban dunia Kak," lanjutnya.
Alena meneguk ludahnya melihat perubahan Ael.
"Orang ini... bagian gue," ujar Ael terkekeh sinis.
Pasrah..
Alena sudah pasrah...
*******
Saat ini, Alena sedang berkutat dengan buku-buku di meja belajarnya. Mengerjakan tugas sekolah yang dirinya sempat tunda, juga sedikit menyempatkan waktu untuk merangkum materi besok.
Ting!
Alena mengambil ponselnya yang berada di samping buku. "Clara," gumam Alena.
Clara cabe
Gimana? Sekarang lo udah tenang?
Udah, thanks Len:)
Hm
Sekarang lo mau apa?
Besok gue izin dulu, tolong bilangin nanti
Ok
Pagi tadi lo kemana?
Nothing Len
Gue gak kemana-mana, cuman ke pengacara gue aja.
I know, ini bukan masalah sepele,
Gue perlu orang yang ngerti ginian
Bagus
Lo gak bodoh
😡
Yaudah, kalo perlu apa-apa, jangan sungkan bilang ya?
Gue selalu ada buat lo💘
I know, once again thanks,
Gue percaya sama lo💗
Alena menaruh ponselnya kembali dan tersenyum kecil. Gadis itu tentu tidak akan diam saja dan bersantai menikmati sekolah pada hari-hari biasanya. Bercanda dan tertawa, sedangkan temannya sedang dalam masalah besar.
Alena sudah memberikan Clara beberapa bodyguard miliknya untuk mencari Ayah Clara dimanapun itu. Juga menghubungi pengacara handal untuk mendampingi pengacara keluarga Clara jika tidak bisa mengatasinya.
Tok tok tok
"Masuk,"
"Hello dear," sapa Reta yang ternyata membawakan segelas susu panas untuk Alena.
"Hi Mom, where are you doing here?" tanya Alena bingung.
"Nope, hanya membawakan segelas susu untuk kamu, no problem kan?" Reta mengambil tangan Alena lalu meletakan gelas susu itu.
Reta menghela napas. "Bagaimana tadi disekolah?"
Alena melirik sebentar lalu meminum susunya hingga tandas.
"Lena pikir Mommy juga sudah tahu kan?"
Ibunya ini memang retoris
"Off course, hanya saja Mommy khawatir dengan kamu,"
"Lena gak papa kok Mom," Alena berdiri lalu memutar tubuhnya. "Nih buktinya, Lena gak kenapa-napa kan?"
Alena tersenyum untuk menenangkan Reta.
"Mommy takut, Mommy cuman takut kamu sama Ael dalam bahaya hanya karena ini Lena,"
"Mommy gak mau merasakan kehilangan lagi.. cukup sudah," lirih Reta matanya kini sudah berkaca-kaca.
Alena menatap Reta dengan sendu. Ia tau akan kekhawatiran Mommy-nya ini. Tapi, apa dayanya? Alena ingin menuntaskan ini semua terlebih dahulu. Segera ia menghambur kedalam pelukan Reta.
"Mom, listen me please.. everything's gonna be okey,"
Tanpa sadar, Afra dan juga Ael tengah berada di depan pintu kamar Alena.
Mereka menatap kedua perempuan yang berada di tahta tertinggi hatinya.
"Dad, everything's gonna be okay, apakah itu benar?"
*******
Disisi lain; kediaman Dirgantara
23.56 malam
Al melepaskan helm full face miliknya. Ia turun dari motor lalu menatap rumah besar nan megah di hadapannya yang selama 17 tahun menjadi tempat untuk ia tinggali.
Ragu, itulah yang dirasakan Al setiap kali ingin memasuki rumahnya sendiri.
Bahkan, melangkahkah kakinya saja rasanya berat.
Semuanya sudah berubah,
Dengan helaan napas berat, Al memasuki rumahnya.
"Dari mana saja kamu?"
Suara yang sangat tidak asing itu memasuki indra pendengarannya. Suara yang bahkan Al tidak pernah mendengarnya saat seminggu yang lalu. Kakinya serasa tertahan untuk bergerak melangkah. Al memilih membungkam mulutnya.
"Al, jawab Papa kamu habis kemana?" emosi yang tertahan, jelas Al tau jika orang itu sedang menahan emosinya, terdengar jelas dalam nada suaranya.
"Markas," jawab Al tanpa menatap sosok pria paruh baya dengan setelan kantornya itu.
"JAM SEGINI KAMU BARU PULANG?! NGAPAIN KAMU DISANA?!" bentak Reno--ayah seorang Alresh Dirgantara.
Reno berdiri dari sofa yang didudukinya, lalu membanting koran di tangannya dengan keras.
Al hanya diam, tak ingin menjawab atau pun menoleh menatap Reno. Pandangannya hanya lurus ke depan, seolah dia tidak sedang berbicara dengan siapapun.
"JAWAB!" bentak Reno lagi.
Al menghela napas gusar. Pandangannya menunduk, kedua tangannya mengepal erat. Dengan berani ia mendongak dan menatap Reno dalam.
"Harusnya Al yang nanya, seminggu ini Papa kemana aja? Di kantor? Ngapain Papa disana? Kerja? Iya? Bahkan Papa gak pernah pulang! Sekalinya pulang, Papa malah marah-marah kayak gini!" Al membalikkan pertanyaan yang membuat Reno kini terdiam membisu.
"Gak bisa jawab kan?"
Al terkekeh seraya menggeleng yang membuat siapapun melihatnya merasa iba.
"Kita impas, Al gak jawab, Papa juga gak jawab," Al berjalan menaikki anak tangga menuju kamarnya.
Meninggalkan Reno yang menatap kepergian Al dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Kamu gak akan ngerti Nak," lirih Reno.
Kediaman Dirgantara; kamar Al
Al menghempaskan tasnya di sembarang arah. Ia segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan juga menenangkan pikirannya.
Kurang lebih 15 menit, Al keluar dari kamar mandi.
Setelah selesai memakai baju, Al menjatuhkan kasar tubuhnya di kasur.
Menghela napas, Al melirik foto di atas nakas samping tempat tidurnya.
"Kapan lengkap lagi,"
"Al kangen,"
"Kangen semuanya, Papa berubah Ma, Papa udah berubah," lirih Al. Cowok itu menutupi wajahnya dengan lengan kanan demi menghalau cahaya lampu yang menyilaui. Hingga akhirnya suara dengkuran terdengar.
A/n:
Hai? Selalu sehat ya? ><
Ada yang daring lagi? Huftttt:(
Kalo iya kita sama huhuhuuu..
Jangan lupa Vote! Tekan bintang! Gratis kok!!!
NEXT???? 👉
"Kenapa ada part Al? Bukannya ini tentang Alena?"
Oke: jawabannya ada di........ akhir cerita:) ehe