Accismus

By DeaMariska5

452 192 425

BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA YAH! Accismus, kata ungkapan dalam dunia psikologi yang berarti berpura... More

Prolog
Acc : 01
Acc : 02
Acc : 03
Acc : 04

Acc : 05

9 2 0
By DeaMariska5


"Gunakan topengmu, tutupi identitasmu, dan jalankan peranmu."

.
..
...

A©© ismus (05)

Sebuah motor sport kini tengah melaju memasuki area parkir SMA Bagaswara. Banyak mobil serta motor mewah tersusun rapi diarea parkir tersebut, sepertinya sudah banyak yang tiba di sekolah sebelum Aciel.

Aciel berjalan santai menuju koridor kelasnya dengan senyum tipis di bibirnya dan jangan lupakan raut wajah ramah yang selalu ia pancarkan. Banyak pasang mata yang diam-diam memperhatikan dirinya dengan sesekali mereka berbisik. Aciel sadar betul, jika dirinya terlihat populer di kalangan anak SMA Bagaswara. Atau mungkin di luar sekolah juga? Entahlah, Aciel memilih untuk tidak perduli.

Langkah tungkai Aciel terhenti kala melihat kedua temannya tengah menteriaki namanya seperti orang gila. Satu hal yang membuat Aciel sedikit heran, tumben sekali Tio datang sepagi ini. Nampak Tio dan Sanjay tengah merangkul bahunya dengan cengiran khas seperti orang bodoh.

"Pagi, Acieloleee!" Teriak Sanjay dan hanya disauti dengan deheman dari Aciel.

"Lo kenapa? Lagi badmood?" Tanya Tio menyadari dari sorot mata Aciel.

Ayolah, Tio dan Aciel sudah berteman sejak mereka kelas satu SMP. Jadi ia sudah sangat hafal dengan kebiasaan temannya ini yang selalu berbohong lewat ekspresi wajahnya. Walau bibirnya tengah tersenyum tipis, Tio sendiri tahu jika sorot mata Aciel tengah menunjukkan sebuah amarah yang kuat. Yah, mungkin hanya Tio yang mengetahui itu.

Berbeda dengan Sanjay yang hanya menatap kedua orang disamping kiri dan kanannya secara bergantian seperti orang bodoh. Tentu saja Sanjay tidak mengetahui pembicaraan yang tengah mereka obrolkan. Sanjay sendiri baru berteman dengan Tio dan Aciel pada saat masa orientasi siswa. Jadi, Sanjay belum mengetahui dengan jelas kebiasaan kedua orang ini.

"Gue? Emang gue kenapa?" Tanya Aciel diiringi kekehan halus diakhir kalimatnya.

"Soal nyokap atau bokap?" Tanya Tio tanpa basa-basi.

"Maksud lo apaan dah? Gue gak ngerti." Jawab Aciel.

"Gak tau tuh! Gak jelas banget sih lo Tio." Ujar Sanjay yang sedari tadi geram karena tidak mengerti arah pembicaraan mereka.

Tio sendiri hanya berdecih lalu menghembuskan nafasnya jengah melihat tingkah Aciel. Tapi Tio sendiri sadar jika Aciel berbohong maka ia tidak mau membagi cerita kepadanya untuk saat ini. Entahlah, mungkin Tio akan bertanya lagi nanti.

"Btw, kita mau latian basket gak hari ini?" Tanya Sanjay mengalihkan topik.

"Boleh tuh. Gue ikutan yah!" Ucap Tio semangat. Sesekali Tio ingin ikut bermain basket karena sudah lama ia tidak memainkan bola orange itu.

Aciel hanya menganggukkan kepalanya pertanda setuju dengan ajakan temannya. Aciel sendiri berfikir mungkin saja dengan bermain basket ia bisa menghilangkan fikiran mumetnya sejenak.

Dengan santai ketiga lelaki itu berjalan beriringan menuju lapangan basket yang letaknya tidak jauh dari koridor kelasnya.

🎋🎋🎋

"Sial, bisa telat lagi nih gue. Lagian angkot pada kemana sih?!" Teriak Adrea seraya menghentakkan kakinya kesal.

Sudah lima belas menit Adrea berdiri di pinggir jalan untuk menunggu angkot yang biasa ia naiki untuk pergi sekolah. Ada perasaan sedikit cemas kala dirinya akan terlambat datang ke sekolah hari.

Adrea mengambil sehelai tisu di dalam tasnya dan mengusap hidungnya yang sedikit gatal. Gara-gara kemarin dirinya harus terkena flu dan kepalanya sedikit pusing saat ini. Karena alasan itulah Adrea tidak ingin terlambat ke sekolah hari ini, bisa-bisa dirinya pingsan di tengah lapangan jika di hukum lagi.

"Apa gue jalan kaki aja ya? Eh tapi masih sama aja bego! Masih telat juga gue ujung-ujungnya!" Ucap Adrea berbicara sendiri dan berteriak sendiri.

Akhirnya setelah berkecamuk dengan fikirannya sendiri, Adrea memutuskan untuk berjalan kaki seraya melihat jalan jika ada mamang ojek lewat. Seiring langkah Adrea terus-menerus bersin dan mengelap ingus yang terus keluar dari hidungnya. Niat awal ingin tidak sekolah ia urungkan, karena melihat kepanikan Zera, kakaknya yang terlalu lebay.

Setelah beberapa meter Adrea berjalan, dirinya mulai merasakan lelah. Nafasnya tidak beraturan dengan tangan yang memijat pangkal hidungnya pening. Huh, mungkin hanya sejauh ini Adrea dapat berjalan karena tubuhnya sudah sangat lelah. Dengan lesu Adrea berjalan ke arah sebuah kursi kayu di dekat persimpangan gang kecil yang tak jauh dari tempat ia berdiri.

"Yahh ... Setidaknya gue udah berjuang buat sekolah." Monolog Adrea lalu menertawakan dirinya sendiri.

Adrea bersandar pada dinding di belakang kursi tersebut dengan sesekali menghembuskan nafasnya bosan. Sepertinya Adrea harus berjalan kembali lagi ke rumah karena jam sudah menunjukkan pukul 07.40. Ditambah lagi dengan jarak sekolahnya yang masih terbilang jauh jika ia melanjutkan langkahnya.

"Arghh!"

Adrea terdiam beberapa saat kala samar-samar mendengar suara teriakan seseorang. Sepertinya suara itu berasal dari dalam gang tempat ia duduk. Siapa yang berteriak kesakitan pagi-pagi begini? Apakah gang tempat ia berdiri adalah tempat yang angker. Seketika Adrea bergidik ngeri kala memikirkan pertanyaan yang ada di otaknya.

Dengan langkah ragu Adrea berjalan perlahan untuk mengintip ke dalam gang melalui sisi tembok tempat ia berdiri. Mata yang awalnya ingin menangis seketika melotot kaget kala melihat seseorang tengah berkelahi di sana.

Tidak, bukan dua orang. Tetapi terdapat sekitar lima orang yang tengah menyerang seorang lelaki. Nampak lelaki dengan seragam sekolah itu tengah menghajar seorang lelaki yang tubuhnya lebih besar dari lelaki tadi. Wah Daebak! Adrea sendiri merasa seperti tengah menonton film action di depan matanya sendiri.

Dengan mata menatap kagum dan mulut menganga lebar. Adrea merasa kagum kala melihat lelaki seragam sekolah tadi mampu mengalahkan sepuluh orang tadi seperti tanpa beban sedikitpun. Bahkan lelaki itu hanya terluka sedikit di sudut bibirnya akibat terkena sekali pukulan tadi. Melihat hal itu ingin rasanya Adrea belajar ilmu bela diri.

Adrea kembali bersembunyi di balik tembok kala lelaki itu menoleh ke arah tempat ia berdiri tadi. Ah, sepertinya lelaki itu menyadari ada seseorang yang memperhatikannya.

Is like a pooolaroid love~~

Adrea tersentak kaget kala ponselnya tiba-tiba berbunyi menandakan ada panggilan masuk.

Aciel cowok aneh is calling ....

Aciel sialan, ingin rasanya Adrea menendang wajah tampan lelaki itu. Jujur Adrea senang kala lelaki itu menelponnya. Tetapi sekarang bukan saat yang tepat. Dengan bibir tersenyum jemari Adrea menekan tombol menolak panggilan tersebut.

"Keluar atau gue yang kesana!"

Hampir saja Adrea menjatuhkan ponselnya kala suara bariton itu menggema di sunyinya gang kecil itu. Sial, Adrea harus bagaimana sekarang? Jika ia kabur, ia sendiri tidak yakin akan sanggup melangkahkan kakinya lagi dalam kondisi cemas seperti ini. Namun jika ia menemui lelaki itu apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya? Apakah ia akan di hajar habis-habisan seperti kelima pria kekar tadi?

Dengan langkah pelan Adrea berjalan kedalam gang tersebut dengan kepala yang tertunduk dalam. Oke, mungkin Adrea sudah gila karena tidak berusaha kabur dan lebih memilih masuk kedalam kandang singa.

"Anu ... Emm ... Gu-gue gak liat lo hajar-menghajar kok." Ucap Adrea cepat.

Lelaki itu nampak menaikkan sebelah alisnya menatap Adrea datar. Lalu kakinya mulai melangkah mendekati Adrea yang perlahan berjalan mundur. Tidak mungkin cerita hidup Adrea berhenti sampai disini kan?

"Ada yang nanya?"

Damn! Adrea seketika memejamkan matanya mendengar suara nada rendah yang mengintimidasi dirinya itu. Dengan susah Adrea menelan salivanya dan memberanikan menatap lelaki yang kini berdiri tepat satu langkah di depan dengan wajah datarnya.

"G-gak ada sih, ka-kalo gitu gue pergi ya!" Adrea mulai berbalik dan hendak melangkah pergi.

Namun tangannya dengan cepat dicekal lelaki tersebut dan menyudutkan dirinya di tembok. Adrea sedikit meringis kala punggungnya merasakan nyeri ketika menghantam dinding.

"Adrea Letashia Adisty. Anak sekolah Bagaswara." Ucap lelaki itu membaca nametag yang Adrea kenakan.

"Mau ngapain lo?!" Teriak Adrea panik.

Lelaki itu nampak mendekatkan wajahnya didepan Adrea membuat Adrea semakin terpojok. Lalu tak berselang lama lelaki itu tersenyum sinis menatap wajah Adrea yang ketakutan.

"Adrea, gue harap kita gak ketemu lagi dan lo lupain kejadian yang lo liat tadi. Kalo engga ...."

Adrea sedikit mengigit bibir bawahnya menahan suaranya agar tidak terisak dan berakhir menangis. Tidak boleh, Adrea tidak ingin terlihat lemah dihadapan lelaki ini.

"Gue gak akan ngelepasin lo." Lanjut lelaki itu lalu mulai berjalan begitu saja meninggalkan Adrea yang langsung merosot jatuh dalam keadaan lemas.

Setitik air mata jatuh begitu saja di pelupuk matanya dan dirinya mulai terisak keras. Kejadian tadi sungguh membuatnya panik dan takut luar biasa. Adrea sendiri berharap ia tidak akan bertemu dengan lelaki mengerikan itu lagi. Samar-samar Adrea membaca nametag lelaki yang mengancamnya barusan.

Daniel Akhilendra Garvi.

Ponsel Adrea kembali berbunyi dan masih dengan nama yang sama menghubungi dirinya. Dengan tangan bergetar Adrea menjawab panggilan telepon tersebut dan langsung terhubung dengan suara seorang lelaki yang terlihat mengocehinya.

"Alien? Lo kenapa gak masuk sekolah? Kalo misal gak masuk itu kasih kabar kek. Jangan ngilang kek makhluk entah berantah. Lo masih sakit kah? Perlu gue jenguk? Kalo engga gu---"

"Aciel ...." Panggil Adrea diiringi tangisan.

"Adrea? Lo kenapa? Ada yang nyakitin lo? Lo dimana sekarang? Jawab gue Adrea!" Teriak Aciel panik.

Adrea langsung mematikan sambungan teleponnya karena ia tidak bisa berbicara saat tengah menangis. Dengan cepat Adrea mengirim tempat lokasi ia berada sekarang. Untuk kali ini, biarlah Adrea merepotkan seseorang.

🎋🎋🎋

Hai ... Hai ... Hai semua!!!

Gimana kabarnya nih? Masih semangat lanjut? Gass lah wkwk.

Lanjut =>





Continue Reading

You'll Also Like

1M 15.3K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 72.4K 33
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 116K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
616K 24.3K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...