Kevin Huo's Proposal

By Liana_DS

868 157 43

Berkorban untuk pekerjaan tidak pernah ada dalam kamus Zhang Ling. Jika sebuah merek, proyek, atau fotografer... More

1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58

3

30 4 3
By Liana_DS

Wei harus tinggal lebih lama di workshop karena ada urusan dengan Tian, jadi Ling dan Mingmei akan pulang tanpanya. Kunci mobil pun dioperkannya kepada Mingmei. Ia menemui kedua gadis di tempat parkir dengan muka lebih kusut dibanding saat berangkat.

"Bagaimana Direktur Feng Yang?" Wei tersenyum mengejek. "Sebaik kesan pertamanya?"

Ling memutar bola mata. "Kalau capek, tidak usah menghibur diri dengan cari masalah denganku," dengusnya. "Aura Direktur Feng itu ... menekan."

"Bersiaplah untuk tantangan yang lebih besar darinya."

"Sudah cukup, Xiao Wei." Mingmei menepuk pundak modelnya. "Jangan takut-takuti cewek pengecut ini terus. Kalau Ling mundur, Fenghuang bisa gagal menjadi 'keluarga kandung' Kevin Huo, lo."

Kalimat Mingmei ini sukses membuat kakak-beradik Zhang menyatukan kekuatan.

"Apakah kau baru saja mengataiku pengecut?" Ling merengut. "Kau tidak tahu mengejek model paling laku di agensi mesti ditebus potong gaji?"

"Fenghuang akan tetap menjadi bagian Kevin Huo, apa pun yang terjadi!" Wei bicara berbarengan dengan kakaknya. "Jangan bikin asam lambungku naik, Kak Mei!"

Mingmei terkekeh, lalu melangkah cuek ke mobil sambil memutar-mutar kunci Wei. Ling hampir menyusul andai Wei tidak menahan.

"Kumohon dengan sangat, jangan pernah berpikir untuk berhenti." Wei menatap Ling mengiba bagai seorang staf label kecil. "Kau belum bertemu Feng Xiang, kan? Dia Feng yang paling baik dan pasti banyak membantumu, jadi abaikan saja saudara-saudaranya."

Saat ini, Kevin Huo memang dikendalikan oleh Feng bersaudara: Feng Yang si sulung yang menjabat direktur, Feng Tian saudara termuda yang mengepalai para desainer, dan Feng Xiang si anak tengah yang akan menjadi rekan kerja Ling. Lima tahun sudah Feng Xiang 'menyampuli' Kevin Huo hingga namanya melejit sebagai figur publik muda berprestasi. Namun, Feng kedua ini justru tidak dapat hadir karena kesibukan, jadi Ling belum dapat menilai seperti apa kepribadian aslinya.

"Kalau direktur dan desainer kepala Kevin Huo begitu mengesalkannya, aku ragu Feng Xiang akan jadi rekan kerja yang menyenangkan." Ling menelengkan kepala, memaksakan seulas senyum. "Yah, tapi sekali-sekali, aku perlu bersusah-susah juga biar karierku tidak begini-begini saja."

Sejak kapan Ling memedulikan karier? Berbeda dengan Wei yang ambisius, Ling memimpikan kehidupan datar di mana ia bisa bersenang-senang meskipun gaji kecil dan namanya tak dikenal. Kalau bukan karena permintaan Wei untuk menjadi model Fenghuang dulu, Ling pasti akan bekerja dalam kubikel sekarang. Takdir ternyata menghendaki nasibnya bergulir cepat dari model amatir menjadi profesional. Ia tak bisa lagi mundur.

Selain itu, Wei yang berbakat butuh ruang berkarya lebih luas dan Ling tak tega merenggut kesempatannya.

"'Bersusah-susah'? Tumben," ujar Wei dengan nada mencemooh kendati harapan di matanya tidak dapat berbohong. Satu lagi orang yang menuntutku, Ling membatin. "Ya sudah, aku naik lagi, keburu dimarahi si cebol. Titip mi belut, ya!"

"Bayar!" gurau Ling pada Wei yang sudah berlari kembali ke gedung. Ia gembira menyaksikan keceriaan Wei, tetapi kegugupannya langsung kembali begitu Wei menghilang. Di dalam mobil, ia terus memikirkan model kelas A yang akan menjadi partner-nya. Wei bilang dia baik, tetapi mungkinkah itu cuma 'kesan pertama' seperti yang Yang tunjukkan? Desainer pakaian wanita seperti Wei jelas tak berinteraksi intens dengan Xiang untuk benar-benar mengenal sang model.

Seraya mengobrol dengan Mingmei, iseng Ling mengetikkan nama Feng Xiang—untuk kesekian kalinya dalam sebulan belakangan—dalam mesin pencari. Muncullah portofolio daring Xiang dan foto-foto persnya. Tinggi 185 sentimeter, berat 62 kilogram. Mata bulatnya sedikit menukik di sudut dan dagunya lancip mirip Tian, tetapi bibirnya yang bervolume menyerupai Yang. Mengawali karier sebagai model Kevin Huo, sekarang Xiang juga menjadi bintang iklan ternama dan baru saja debut sebagai aktor. Majalah mode tak bosan-bosan memajang wajahnya. Gambarnya yang diambil di runway pun bertebaran. Semua berita mengenainya bersih dari skandal.

"Lagi apa? Menguntit?"

"Hei!" Cepat-cepat Ling menekan tombol home. "Aku sedang browsing, kok!"

"Browsing tentang Feng Xiang? Apa bedanya itu dengan menguntit daring, Sayang?"

"Kak Mei!" Ling memukul-mukul sisi tubuh manajernya dengan bantal leher hingga Mingmei mengaduh-aduh—dan kecemasan tentang Xiang sementara tersingkir ke belakang kepalanya.

***

Reflektor. Set minimalistik. Lensa kamera. Hanfu modern hitam dipadu rok pendek dengan motif sisik naga dan kamelia merah—'terang di atas gelap'. Wei telah mengesampingkan kecenderungannya bermain dengan warna-warna pastel agar sejalan dengan gaya Kevin Huo, jadi Ling pun mesti ikut beradaptasi. Pastinya, itu jauh lebih mudah dikatakan ketimbang dilakukan.

"Aduh, ekspresimu itu! Kita tidak menampilkan kesan imut-imut di sini!"

"Saya minta maaf," ulang Ling entah untuk keberapa kalinya kepada sang fotografer. Dulu, saat bekerja dengan merek-merek kecil, sebentar saja Ling sudah berleha-leha sambil monitoring karena fotografer mereka gampang dipuaskan. Namun, tim Kevin Huo (atau mungkin cuma Chen Yaoming, fotografernya) punya standar luar biasa tinggi. Bayangkan saja, satu setengah jam setelah dimulai, pemotretan ini sepertinya baru menghasilkan sedikit gambar yang memuaskan Yaoming.

Kening Ling dititiki peluh.

Mati aku, para staf ini kelihatannya mulai kesal. Untung saja tak ada Feng Xiang di sini atau aku bakal semakin mati!

Memang hari ini, terjadi perubahan rencana pemotretan untuk menyesuaikan jadwal Xiang. Alhasil, perkenalan sekaligus pemotretan pasangan wajah baru Kevin Huo ditunda, digantikan dengan solo shoot Ling.

"Kaukira pemotretan kali ini sama dengan pemotretanmu yang dulu-dulu?" tanya Yaoming, menyudutkan. "Ubah pola pikirmu! Datang dengan persiapan, jangan kosong begini!"

Ling bukannya tidak mempersiapkan diri. Tahu akan pemotretan bersama tim Kevin Huo, ia melatih ekspresi serta mempelajari baik-baik koleksi Fenghuang yang akan dibawakannya. Meski Ling lebih sering berlatih tanpa saksi, Wei dan Mingmei pasti akan membelanya karena mereka mengerti seberapa keras Ling berusaha.

Seribu sayang, Wei sedang tidak di studio, sementara Mingmei punya masalahnya sendiri di belakang lensa. Dari sudut mata, Ling melihat Mingmei sedang mengangguk-angguk tegang di depan seorang staf Kevin Huo, entah mengapa.

Elegan, kuat, bukan sekadar pendamping, tetapi mampu melengkapi pesona 'sang raja' ... itulah identitas koleksi Fenghuang. Ling bisa menimbulkan kesan demikian jika tubuhnya dimiringkan 45 derajat, mendongak sedikit, dan melirik ke kamera seakan lensanya lebih rendah. Dengan begitu, harusnya ia dapat menampilkan sosok wanita yang 'tak tersentuh'.

Jadi, Ling mengeksekusi posenya—hanya untuk diteriaki fotografernya kemudian.

"Belum, belum!" Yaoming mengacak-acak rambut berminyaknya dengan cara paling tidak menarik. "Nona Cantik, kau sungguhan pernah mengiklankan lini pakaian?"

Memangnya selama ini apa yang kukerjakan? Menganggur?

Ling baru mau menjawab ketika Yaoming memotong lagi. "Kenali benar identitas koleksi yang akan kauperagakan, lalu tonjolkan. Semudah itu! Kau berpose seperti hiasan ranting di sana!"

Sang fotografer menunjuk pohon tiruan tak berdaun di pojok studio.

Aku tidak sekaku itu! pikir Ling, memicunya untuk segera membela diri. "Saya minta maaf, Tuan Yaoming, tetapi kesan tangguh—"

"Kau berani bilang 'tapi' padaku? Kalau kau memang lebih tahu, mestinya kita sudah mendapatkan banyak foto bagus sekarang!"

Fotografer sekaliber apa pun Yaoming, dia tidak seharusnya merendahkan orang yang belum memenuhi standarnya. Seni—termasuk fotografi—tidak memiliki standar keindahan yang berlaku satu-untuk-semua. Siapa tahu pose-pose Ling sudah cukup bagus atau bahkan melebihi ekspektasi fotografer lain?

Panas dari hati Ling naik ke wajah. Memang kalau sampai mukanya memerah karena marah, riasannya bakal kacau dan ia akan berada dalam masalah, tetapi peduli amat. Ling sudah membuka mulut, sedangkan di belakang kamera, Mingmei menggeleng-geleng.

Maaf, Kak Mei, tetapi laki-laki ini harus ditampar, setidaknya secara verbal!

"Oh, Xiaohua! Kamu datang?"

Mendadak seorang staf berseru riang, mencegah Ling mengamuk. Seruan semacam ini harusnya akan menjengkelkan Yaoming, tetapi sesuatu dalam kalimat si staf janggalnya justru menaikkan mood sang fotografer. Ia bahkan berpaling ke belakang untuk menyapa 'bunga kecil' yang berkunjung.

Sejenak, Ling bisa bernapas. Diikutinya arah pandang puluhan mata kru di studio, lalu ditemukannya sesosok bayangan tinggi yang mengenakan snapback, masker, dan setelan hoodie-jeans. Tampilan ini sangat biasa untuk ukuran orang yang disambut hangat oleh si killer Yaoming. Lihatlah, pria gendut itu langsung merangkul Xiaohua di leher (sampai si jangkung itu sedikit membungkuk).

Bahunya lebar dan proporsi tubuhnya bagus sekali. Modelkah? tebak Ling.

"Apa kabar, anakku, Xiaohua?" tanya Yaoming (sok) akrab.

"Saya baik, Guru, seluruh kegiatan sejauh ini lancar. Saya yakin di sini pun demikian, jadi tidak sabar untuk segera bergabung."

Ketika beramah-tamah dengan Yaoming, Xiaohua sempat menatap Ling, tersenyum, dan mengangguk memberi salam. Bodoh, Ling terpukau hanya dengan binar mata itu hingga cuma mematung saja. Lengkung yang indah; mata burung phoenix itu sepertinya familier ....

"Aku sesungguhnya kecewa dengan model Tuan Zhang Wei ini," keluh Yaoming. "Dia sebenarnya punya potensi, tetapi malah tidak bisa mengeluarkannya di set."

Ungkapan Yaoming menyentak Ling kembali ke kenyataan. Dia mengatakan itu seolah-olah Wei cuma melemparkan sembarang model kemari, gerutunya selirih mungkin.

"Begitukah?" tanya Xiaohua santun, suara beratnya membuat Ling tersipu-sipu tak jelas. Gawatnya, pria tinggi itu menghampiri meja editing dan merunduk ke layar laptop. Astaga, pasti dia mau ikut-ikut mengkritik foto-foto Ling! Jantung Ling berdentam-dentam seakan masih diaudisi alih-alih sudah terpilih sebagai duta Fenghuang. Akankah Xiaohua melemparkan komentar sejelek Yaoming kepadanya? Kegugupannya menjadi berlipat ganda ketika pria itu berjalan memasuki set, menghampirinya.

"Nona Zhang pasti lelah, ya?" Dari jarak seubin kurang, Xiaohua berujar, cukup keras untuk Ling dengar, cukup pelan untuk tidak didengar yang lain. "Semangat, Guru Chen memang begitu."

Apa balasan yang pemuda itu harapkan dari Ling? Jam terbang Xiaohua kelihatannya sudah tinggi di Kevin Huo, jadi ia patut mengomentari Yaoming sesantai itu. Ling yang masih baru kan tidak bisa merespons serupa!

"Sejujurnya, ekspresi Anda di foto-foto terakhir sudah pas, tetapi," Xiaohua tahu-tahu mendekatkan bibirnya—yang masih tertutup masker—ke telinga Ling yang merinding, "lihatlah kamera seolah Anda akan menampar muka Guru Chen. Percayalah, dia baru akan puas."

Apa-apaan—

Ling cuma bisa ternganga. Mingmei melarangnya mengamuk, tetapi tamu asing ini malah menyuruh kebalikannya. Mau tidak mau, sang peragawati lebih percaya Xiaohua—yang sudah diakrabi Yaoming ketimbang manajernya yang masih berjuang juga di Kevin Huo.

Setelah Ling berterima kasih, Xiaohua mundur, menempatkan Ling kembali di spotlight. Begitu Yaoming memberi aba-aba pengambilan gambar ulang, Ling langsung menerapkan 'ilmu hitam' yang diperolehnya dari si tamu misterius. Memang berekspresi begini rasanya seperti bersikap sinis pada sang fotografer, yang mana bisa membahayakan, tetapi ....

"Ini dia! Ekspresi kuat ini yang kucari sejak tadi!"

Yaoming menjepret berkali-kali, ekstatik. Dia meluncurkan serangkaian komando pada Ling untuk memodifikasi posenya: satu kaki menginjak properti, bahu ditarik ke belakang, memandang lurus dengan rambut dikibaskan kipas angin. Pria itu mengambil puluhan foto dengan raut gembira yang—buat Ling—agak mesum. Bagus; muka jijik Ling akan semakin kentara dan menurut teori Xiaohua, harusnya itu akan menghasilkan gambar yang sempurna.

Sekilas, Ling mencuri pandang pada Xiaohua.

Kapan aku bisa berterima kasih padanya?

... karena Xiaohua berkali-kali menengok jam tangan seolah ada yang memburunya. Mana mungkin model yang sepertinya pentolan Kevin Huo itu menunggu sekadar untuk mendapat ucapan terima kasih?

"Sempurna, Zhang Ling! Aku akan memeriksa foto-foto ini dulu."

"Terima kasih banyak, Tuan Chen." Ling menunduk sopan, berusaha tidak mendesah lega terlalu keras. Namun, belum juga menepi, penata rias sudah menghampirinya untuk memperbaiki make-up. Ling yang dulu pasti akan 'biarkan aku duduk dulu, kek!', tetapi dia kini justru harus berterima kasih atas 'gangguan' tersebut.

"Maaf, aku boleh mengganggu sebentar, Kak?"

Suara Xiaohua mendekat, berbicara pada sang penata rias. Kaget, Ling membuka mata, membuatnya tertusuk sehelai bulu dari kuas blusher dan memekik. Hampir saja ia mengucek mata jika tangannya tidak dihela kasar oleh penata rias.

"Jangan, Nona Zhang, kau akan merusak riasannya!"

"Maaf!" Kalau dihitung berapa kali Ling mengatakan 'maaf' hari ini, ia telah memecahkan rekornya mengucapkan maaf sepanjang kariernya. Gadis itu mengerjap berkali-kali, berharap benda kecil yang mengganggu penglihatannya segera enyah, tetapi dia malah diomeli. Kerjapannya justru membuat bulu blusher makin susah dikeluarkan.

"Wah, matanya berair, gawat."

Astaga; suara yang membuat Ling deg-degan itu tiba-tiba tak lagi berjarak! Si empunya suara menutul tepi mata Ling dengan sangat hati-hati menggunakan tisu, secara tidak sengaja mencabut bulu blusher pula.

Setelah penglihatannya membaik, Ling baru bisa mempelajari wajah penolongnya dengan jelas. Masker yang tadi Xiaohua kenakan sekarang tersampir di telinga, menampakkan keseluruhan wajahnya. Kawat keras dari masker meninggalkan garis kemerahan melintangi hidung, tetapi di atas kulit seputih salju, bekas itu malah mirip rona muka yang manis. Namun, kesan manis ini tidak menutupi maskulinitasnya.

Lalu, mata phoenix-nya. Ah, Ling akhirnya ingat di mana ia melihat itu.

Di browser-nya.

Di baliho-baliho Kevin Huo.

Di drama web dan iklan.

"Syukurlah, sepertinya mata Anda baik-baik saja."

Bibir bunga prem Xiaohua merekahkan seulas senyum tipis, lalu tangannya terulur. Kedua kaki Ling mendadak kebas, termasuk saat ia menjabat tangan Xiaohua yang entah kenapa terasa panas.

"Saya Feng Xiang, rekan Anda untuk proyek Fenghuang. Salam kenal!" []

.

.

.

.

.

im a total fashion terrorist sampe mamaku juga kesel sama aku wkwkwkw. and here i am writing about fashion.

oiya, aku belum ngenalin kak mei ke kalian.

this is ex-gugudan sally, kalo sekarang jadi member cpop group bonbon girls 303. yang ngikutin chuang 2020 buat ngestan mba yiyang pasti kenal sama mba ini juga: liu xiening, 96-liner.  

oh iya (lagi), ternyata aku payah banget ndeskripsiin baju. outfit yg aku deskripsiin di paragraf atas itu sebenernya terlihat seperti ini.

kalian yg sesama penulis, kalo deskripsiin ini gimana ya?

Continue Reading

You'll Also Like

88.2K 16.3K 36
Sebagian part sudah dihapus Arunika Pramesti Maharani, wanita 40 tahun yang tidak terlihat sesuai usianya ini paling benci lagu Diana Ross, When you...
583K 55.7K 124
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
296 99 14
Setelah kepergian Cinta Pertama nya, hati nya tertutup terkunci, sepertinya semua sudah berakhir, dalam pikirannya dia hanya akan hidup berdua saja d...
1.2M 55.8K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...