My Boss Is My Secret Husband...

By Riniwulan2629

3.6M 231K 7.6K

Di kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang seri... More

1. Di Anggap Polos
2. Cletukan Pembawa Petaka
3. Kelvin Yang Jail
Pengasuh Untuk Sang Duda
4. Lamaran Tak Terduga
5. Meminta Alasan Kelvin
6. Di Ajak Ke Suatu Tempat
7. Pernikahan Yang Tak Diinginkan
8. Perkataan Membingungkan
9. Pindah Rumah
10. Rea Membuat Gemas
11. Makan Siang Bersama
12. Perdebatan Sengit
13. Pelukan Hangat
14. Nasip Sial Pak Kelvin
15. Saling Mencari
16. Rea Tidak Peka
17. Makanan Spesial
18. Pak Kelvin Sang Penyelamat
19. Kemarahan Pak Kelvin
20. Ada Apa Dengan Pak Kelvin?
21. Menjenguk Sang Suami
22. Merajuk dan Nasihat
23. Malam Mingguan
24. Pertemuan Tak Terduga
25. Membongkar Hubungan
26. Jalan-Jalan
27. Ada Hubungan Apa?
28. Kabar Buruk
29. Sebuah Kejutan
30. Ulang Tahun Perusahaan
31. Pesta Perusahaan
32. Di Tinggal Pergi
33. Nonton Berdua
34. Pengobat Rindu
35. Pak Kelvin Aneh
36. Tuduhan Menyakitkan
37. Luka Yang Tersamarkan
38. Kecurigaan Kelvin
39. Pembalasan Dari Kelvin
41. Berbalik Arah
42. Pelukan Penenang
43. Tingkah Rea Membuat Kesal
44. Menjadi Istri Yang Baik
45. Kedatangan Mertua
46. Surat Rahasia
47. Hati Yang Retak
48. Membujuk Rea
49. Mengikis Karang
50. Fakta Mengejutkan
51. Penyesalan Terdalam
52. Keputusan Rea
53. Sebuah Pengorbanan
54. Menguras Air Mata
55. Menyalahkan Diri Sendiri
56. Satu Hati dan Satu Cinta
57. Akhir Yang Bahagia

40. Hal Mengejutkan

47.7K 3.2K 114
By Riniwulan2629

Cindy terdiam saat mendengar perkataan Pak Kelvin barusan.

"Maksud Pak Kelvin apa? Saya melakukan kebusukan apa?" tanya Cindy tidak paham sembari berdiri dari jongkoknya.

Kelvin tersenyum sinis, dia mengambil telpon kantor dan menelpon Dea untuk memanggil seseorang ke ruangannya lagi.

Suasana menjadi sunyi, baik Kelvin dan Cindy tidak ada yang berbicara. Mereka sama-sama bungkam dan hanya dentingan jam yang terdengar untuk saat ini. Sampai seseorang pun mengetuk pintu rumahnya.

"Masuk," perintah Kelvin dengan tegas.

Cindy menatap ke arah pintu masuk, di sana ada seorang pria yang datang dengan wajah bingungnya. Pria itu kini berdiri di samping Cindy.

"Maaf, ada apa Pak Kelvin memanggil saya kemari?" tanya pria tersebut.

"Saya tahu kalian bekerja sama selama ini bukan."

Cindy dan pria itu saling bertatapan satu sama lain. Entah apa yang Pak Kelvin maksud sebenarnya.

"Kerja sama bagaimana maksudnya, Pak?" tanya pria tersebut kebingungan.

"Fandi, pekerjaan kamu apa di kantor ini?" tanya Kelvin dengan wajah tenang.

"Operator CCTV, Pak." Pria yang bernama Fandi itu menjawab dengan gugup.

"Kenapa rekaman CCTV saat Rea diperlakukan tidak adil hilang? Kamu sengaja menghilangkannya agar saya tidak punya bukti begitu?" Tatapan sinis Kelvin lontarkan.

Fandi menatap ke arah Kelvin sejenak, dia terlihat sangat gugup dan panik.

"Sa–saya tidak tahu, Pak. Tetapi, saya memang tidak pernah menghilangkan rekaman itu, mungkin CCTV-nya rusak atau bagaimana." Fandi mencoba menjelaskan.

Tatapan Kelvin kini berpindah ke Cindy. Seperti Kelvin sedang menuduh Cindy yang telah menghapusnya.

"Bukan saya, Pak, bahkan saya saja juga tidak tahu mengapa bisa hilang." Cindy langsung menjelaskan, padahal Kelvin belum bertanya lagi.

"Oh begitu, lalu untuk apa kamu ingin masuk ke ruangan saya sewaktu Dea dan saya tidak ada di ruangan? Apa yang kamu cari, Cindy? Ingin menaruh berkas di ruangan saya begitu? Bukankah seperti biasa, jika saya sedang tidak ada di ruangan, maka semua berkas diberikan ke Dea." Kelvin menjeda ucapannya, sedangkan Cindy semakin terpojokkan.

"Saya kira kamu sudah tahu peraturan itu, karena kamu sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini." Kelvin meneruskan ucapannya, dia menunggu jawaban dari Cindy.

Cindy semakin gusar, dia bingung ingin mencari alasan apa.

"I–itu, Pak."

"Itu apa? Karena sebenarnya yang ingin mencuri itu kamu, bukan Rea. Jadi, jika suatu saat ada pencurian di ruangan saya lagi maka orang-orang akan menuduh Rea begitu. Karena sekarang kamu membuat Rea seolah-olah menjadi seorang pencuri."

Kelvin berusaha untuk menghadapi Cindy dengan segala kesabarannya. Mengingat Cindy adalah perempuan, dia tidak bisa bersikap kasar.

"Pak Kelvin tidak bisa menuduh saya tanpa bukti." Cindy tidak terima dengan asumsi dari Pak Kelvin.

"Bukti? Kamu pikir saya tidak memiliki bukti karena rekaman CCTV itu sudah kamu hapus dan bekerja sama dengan Fandi untuk menghapusnya begitu? Bahkan semua bukti adegan kamu mencuri di ruangan saya yang kemarin-kemarin kamu hapus juga." Kelvin tersenyum sinis ketika Cindy terlihat gusar.

"Saya baru tahu ada seorang pencuri yang menuduh orang lain mencuri." Kelvin mengejek Cindy dengan senyuman kecil.

"Pak maaf sebelumnya, tapi untuk penghapusan rekaman CCTV saat Cindy mencuri saya tidak tahu. Entah kapan Cindy masuk ke dalam ruangan CCTV dan menghapusnya." Fandi tidak mau ikut di salahkan.

"Apakah benar begitu, Fandi?" Kelvin seolah bertanya, padahal dia sudah tahu kebenarannya seperti apa.

Fandi mengangguk, menyakinkan jika memang dia tidak bersalah. Sedangkan Cindy kini sudah berkeringat dingin, dia juga bergerak gelisah.

Kelvin senang melihat Cindy gelisah seperti itu. Dia pun berjalan ke mejanya kembali dan mengembalikan laptop miliknya ke hadapan Cindy dan Fandi. Agar mereka dapat melihat apa isi dari laptop tersebut. Di meja Kelvin memang terdapat satu komputer dan satu laptop. Biasanya Kelvin memakai komputer untuk bekerja dan membawa laptop ketika untuk rapat. Tetapi, Kelvin memang tidak membawa laptop itu ketika berada di Singapura.

"Namun sayang sekali, saya tidak sebodoh itu. Kalian bisa melihat, di laptop saya terdapat rekaman CCTV, sama seperti di layar komputer saya sekarang. Tapi bedanya, rekaman CCTV di komputer terhubung dengan CCTV biasa yang dapat dikendalikan oleh Fandi dan saya." Kelvin kembali menjeda kalimatnya, menatap kedua orang tersebut yang terlihat kebingungan.

"Namun, rekaman CCTV yang berada di laptop saya adalah rekaman CCTV dari sebuah chip kecil yang saya taruh di ruangan saya dan ruang kendali CCTV. Dimana hanya saya yang dapat mengendalikan dan melihatnya. Bahkan semua rekaman CCTV yang kamu hapus dari CCTV biasa, nyatanya dapat saya lihat di sini."

Fandi dan Cindy terperanjat, mereka tidak tahu jika Pak Kelvin memiliki dua CCTV. Pantas saja Pak Kelvin bisa mengatakan jika Fandi dan Cindy bekerja sama. Karena mungkin saat Cindy masuk ke ruang kendali CCTV untuk menemui Fandi, Pak Kelvin bisa melihatnya dari CCTV yang berbentuk chip kecil.

Kelvin tersenyum tipis, CCTV chip itu memang rahasia dan seluruh karyawan tidak ada yang tahu tentang itu. Hanya dia dan Papanya yang tahu, karena CCTV itu memang sudah ada sejak lama di perusahaan ini.

Mengingat jika ruangan miliknya memang terdapat berkas-berkas penting untuk kelangsungan perusahaan dan ruang kendali CCTV juga penting, karena dapat di salah gunakan seperti sekarang ini. CCTV chip itu juga hanya dapat dilihat pada laptop miliknya itu, tidak dapat dia lihat dari ponselnya.

"Setidaknya, jangan membodohi orang yang lebih licik." Kelvin puas, dia bisa membuat dua orang yang tidak mau mengaku bersalah menjadi bungkam.

"Pak Kelvin, maafkan saya. Setelah ini saya berjanji tidak akan mencuri lagi." Cindy kembali menangis tersedu-sedu, dia masih tidak rela jika harus keluar dari perusahaan ini.

"Cindy, selama ini saya diam ketika kamu mencuri di ruangan saya walaupun kamu berusaha menghilangkan buktinya. Karena saya tahu, kamu butuh uang bukan untuk keluarga kamu. Bahkan, jika kamu sadar, dari semua anggota divisi keuangan, hanya kamu yang sering mendapatkan bonus."

"Saya kira, dengan kamu mendapatkan bonus lebih maka kamu akan berhenti untuk mencuri. Tapi nyatanya tidak, tetap saja hal menjijikkan itu kamu lakukan. Namun untuk sekarang, saya benar-benar tidak bisa memaafkan kesalahan kamu. Karena, kamu sudah menghancurkan mental istri saya, hal yang paling saja benci."

"Untuk kali ini, saya tidak dapat membantu kamu dan memaafkan kesalahan kamu, Cindy. Semua perlakuan baik saya selama ini kamu balas dengan keji. Sekarang lebih baik kamu keluar dari ruangan saya."

Kelvin memijit pelipisnya sendiri karena pusing memikirkan para karyawannya ini. Selama ini Kelvin selalu berusaha selalu bersikap baik kepada seluruh karyawannya, menjadi pimpinan yang ramah untuk mereka. Tapi ternyata, mereka malah mengecewakannya kali ini.

"Fandi, kamu juga saya pecat. Karena sama saja kamu terlibat dalam kejadian Rea." Kelvin kali ini memilih untuk tidak memiliki belas kasihan, karena mereka saja tidak memiliki belas kasihan kepada Rea.

"Tapi, Pak, saya tidak mau —"

"Keluar sekarang atau saya panggil security untuk menyeret kalian berdua keluar!" Kelvin melayangkan tatapan tajamnya.

Fandi dan Cindy terpaksa keluar dari ruangan Pak Kelvin. Dea yang berada di meja kerjanya pun menatap datar ke arah Cindy yang kini menangis. Dea tidak bisa membantu, karena memang itu balasan yang pantas untuk Cindy dan orang-orang yang telah menyakiti Rea.

Cindy masuk ke dalam ruang kerjanya  dengan lelehan air mata yang tidak ada habisnya. Lia yang melihatnya pun langsung menghampiri Cindy.

"Cindy, lo gak papa?" Lia memang sudah tahu kejadian tentang Rea, jujur sebenarnya dia juga sangat marah dengan Cindy.

"Gue di pecat, Li, ternyata Rea itu istrinya Pak Kelvin."

"Apa! Habislah gue sekarang!" Dito yang mendengarnya langsung kaget.

Apalagi melihat Cindy yang sudah di pecat oleh Pak Kelvin. Apa kabar dia yang hendak menjadikan Rea bahan percobaan?

Sedangkan Lia hanya menatapnya sekilas. Dia cukup diam, karena dia kan sudah tahu sejak awal.  Lia membiarkan Dito yang gelisah.

"Makannya jangan sembarangan mainin perasaan orang. Kalau Rea ngadu ke Pak Kelvin apa yang sudah lo lakuin ke dia pas di mall, udah habis lo, Dit," ujar Lia dengan senyuman tipis.

"Gue harus minta maaf sama Rea pokoknya. Njir, terlihat polos dan lugu nyatanya istri bos." Dito masih tidak percaya dengan semua kenyataan ini.

****

Kelvin lebih memilih untuk pulang ke rumah, dia harus menemui istrinya. Mungkin hari ini dia tidak akan bekerja dulu, Kelvin ke kantor memang hanya untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Rea.

Kelvin membuka pintu kamarnya, dia melihat Rea sedang berada di balkon kamar dengan melihat ke atas langit. Entah apa yang sekarang sedang di pikiran oleh istrinya itu.

"Rea, kenapa kamu gak cerita ke saya atas musibah yang kamu alami ini? Kenapa harus menyembunyikannya?" Kelvin masih berbicara lembut.

Rea mengembalikan badan, matanya terlihat masih sembab. Pasti istrinya itu menangis kembali tadi saat dia ke kantor.

"Cerita apa, Mas?" tanya Rea sembari berjalan ke arahnya.

"Kamu tidak usah mengelak lagi, luka di kening kamu, rambut pendek kamu, dan wajah murung kamu. Saya sudah tahu alasannya kenapa." Kelvin diam di tempat, sedangkan Rea berjalan perlahan ke arah laci meja.

Rea mengambil sesuai dari laci meja tersebut, lalu berjalan perlahan hingga mereka berdua saling bertatapan. Rea sedikit mendongak agar dapat menatap lekat wajah suaminya. Rea lantas menarik tangan kanan Kelvin dengan pelan dan menaruh sesuatu di tangan itu.

"Ini kan sumber masalahnya, saya kembalikan ke Mas Kelvin." Rea memang menaruh jam tangan yang waktu itu dia pakai.

Kelvin menatap jam tangan di tangannya dengan tatapan sendu. Karena barang ini membuat istrinya menjadi terluka.

"Saya tidak butuh ini." Kelvin melemparkan jam tangan itu ke lantai.

"Yang saya butuhkan adalah penjelasan dari kamu. Kenapa tidak cerita? Tidak menganggap saya sebagai suami kamu?"

Rea menatap bengis ke arah suaminya itu. Pria itu bisa-bisanya berkata seperti itu kepadanya.

"Bukannya Mas yang tidak menganggap saya sebagai seorang istri? Selama hal mengerikan itu terjadi, bahkan saya tidak berbicara jujur siapa saya sebenarnya. Karena apa? Karena saya menghargai Mas Kelvin, Mas kan tidak mengijinkan saya untuk membongkar hubungan kita."

Kelvin meneguk salivanya susah payah saat mendengar kata demi kata yang di lontarkan oleh istrinya.

"Kenapa Mas? Kenapa tidak boleh di bongkar? Kapan Mas Kelvin akan mengatakan alasannya kepada saya?!!"

Rea bertanya dengan nada keras, sembari dia memajukan tubuhnya dan meremas jas yang di pakai suaminya, Rea juga berusaha untuk menghadang air matanya agar tidak tumpah.

"Oke!! Saya sekarang jujur sama kamu. Saya tidak ingin mempublikasikan hubungan kita karena saya ingin kamu memiliki banyak teman! Karena jika semua karyawan tahu kamu istri saya, mereka akan segan berteman dengan kamu karena kamu istri pimpinan!"

"Saya hanya ingin membuat kamu bahagia, membuat kamu tidak merasa kesepian lagi, membuat kamu memiliki banyak teman, dapat bersosialisasi, tidak merasa sendiri lagi, membuat luka atas trauma pembullyan kamu di masa kecil sembuh!"

"TAPI NYATANYA, SAYA GAGAL MELAKUKAN ITU SEMUA, REA!" Kelvin benar-benar terbawa emosi, sampai dia tidak sadar membentak istrinya.

Kelvin sekarang sangat frustasi, dia bukannya membuat Rea bahagia tapi malah membuat Rea semakin terluka.

"OH, JADI HANYA KASIHAN SAMA SAYA? KENAPA HARUS MENIKAHI?" Rea ikut membentak, emosinya ikut terbawa.

Kelvin terdiam sejenak ketika mendengar bentakan dari istrinya. Bahkan cengkraman tangan Rea di jasnya semakin kencang. Dia melihat mata istrinya berkaca-kaca.

"Karena, dengan begitu saya akan halal untuk menjaga kamu. Saya bisa memeluk kamu ketika kamu sedih, saya bisa mencium kamu ketika kamu gelisah, saya bisa memberikan kenyamanan untuk kamu dengan halal." Kelvin menurunkan volume suaranya kembali, sedangkan Rea masih terbawa emosi.

Rea yang mendengarkan langsung melepaskan cengkraman tanganya itu.

"Mas jahat, Mas cuman mau jagain saya saja, Mas gak cinta sama saya." Rea berkata lirih, butiran bening itu tiba-tiba tumpah begitu saja.

"Rea! cukup!! jangan mengatakan saya jahat kepadamu. Hati saya rasanya semakin sakit saat mendengarnya. Cukup hati saya sakit ketika melihat kamu seperti ini. Saya cinta sama kamu, saya sayang sama kamu. Tidak perlu kamu meragukan semua itu!!"

Rea menghapus kasar jejak air matanya itu. Dia kembali menatap bengis ke arah suaminya kembali.

"Cinta? Sayang? Selama satu Minggu ini kemana saja, Mas? Saat saya membutuhkan, saya saat terpuruk, saat saya merindukan. Kenapa Mas gak ada untuk saya? Kenapa Mas seolah bungkam dengan itu semua? Saat orang-orang itu menyakiti saya, yang saya butuhkan waktu itu hanya Mas menghubungi saya secara langsung dan bertanya bagaimana keadaan saya. Tapi tidak sama sekali, kan? Mas hanya menghubungi Mbak Dea waktu itu."

"Kenapa? Mas bisa menjawab semua itu tidak? Kenapa Mas gak mau saya ajak video call? Kenapa jarang menghubungi saya?"

"JAWAB, MAS, JANGAN DIAM SAJA!!" Rea kembali membentak, karena dia sangat kesal dan emosi.

****

Emosinya dapat gak nih?

Jangan lupa vote, komen dan share ke teman-teman kalian ya.

Sampai ketemu di part berikutnya, tungguin dengan sabar ya.

Maaf kalau banyak typo, aku males ngerevisi soalnya 😂

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 52.3K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
1.7M 148K 56
SUDAH END Aluna tidak menyangka kalau ucapan yang dia sebut sebagai candaan itu malah menjadi boomerang yang mengubah hidup Aluna 180° ---- Aluna Key...
1.9M 91.9K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
6.5M 336K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...