Istirahat

By ajestaa

5.7K 853 228

Ghia tidak pernah punya teman sepanjang dua belas tahun dia hidup. Sialnya, di Pulau yang Terasingkan tidak a... More

Prolog
O1 - surat dan anak lelaki
O2. kedatangan ibu
O3. bukan penguntit
O4. si pengirim surat
O5. kepergian ayah
O6. balon bintang
O7 - 'teman-teman'
O8 - bantuan kakek
O9 - tuan pengirim surat
1O - terlahir berbeda
11 - teman pertama
12 - kakek yang baik
13 - sweter dari kakek
14 - si tanpa nama
15 - kedatangan bibi jilly
16 - hidup itu ... adil?
17 - namanya emmy
18 - kepada kebebasan
19 - penyesalan dan iblis
2O - memilih merelakan
21 - namanya sirius
22 - rindu dan cermin
23 - jawaban pertanyaan
24 - telepon dari ayah
25 - di atas bintang jatuh
26 - bintang sirius b
27 - cerita tengah laut
28 - jay dan ambisinya
29 - perfeksionis itu ....
3O - rangkuman jagat raya
31 - melihat hujan meteor
33 - tuan dan nyonya druyan
34 - ghia membenci sirius
35 - sirius menghilang
36 - dia berambut merah
37 - ayah dan ibu datang!
38 - suara tangis sesak
39 - nyanyian sirius
4O - memutuskan berpisah
41 - cerita masa lalu
42 - adalah keajaiban
43 - nama malaikat itu ....
44 - sang bintang jatuh

32 - bekerja di rumah druyan

78 11 0
By ajestaa

"Dia seperti gadis di dalam mimpi. Dan kupikir, gadis dalam mimpi seharusnya tinggal di dunia mimpi."

𓆰.

Ghia tidak bisa tidur semalaman karena suara berdentum itu terus terngiang-ngiang di otaknya. Ada begitu banyak pertanyaan yang tersekap di otak Ghia, yang bahkan tidak kunjung mendapat balasan meskipun Sirius sudah berada di dekatnya— membonceng Ghia menuju sumber suara berdentum itu.

"Kamu yakin itu berasal dari daratan?" tanya Sirius.

"Iya. Memangnya semalam kamu enggak dengar?" jawab Ghia.

"Ya siapa tau itu berasal dari lautan."

"Enggak. Aku melihatnya sendiri jatuh di daerah sini. Saat meledak, benda itu bercahaya. Aku melihatnya dengan mataku sendiri, Sirius."

"Oke. Oke." Sirius mengangguk. Dia mempercepat kayuhannya yang membuat Ghia semakin erat mencengkeram ujung kaus anak itu.

Sorot mata Ghia terjatuh pada setiap rumah yang mereka lewati. Rumah itu tampak kosong, sama seperti sebelumnya. Diam-diam Ghia penasaran apakah para penghuni rumah itu juga mendengar suara ledakan malam tadi? Mungkin, mereka tau. Hanya saja, mereka tidak ingin peduli lebih banyak lagi.

Pupil mata Ghia membesar waktu dia melihat seseorang berjalan dengan ember di tangannya. Ghia refleks menepuk punggung Sirius agar berhenti.

"Itu Jay! Itu Jay! Itu Jay!" Ghia menunjuk Jay dengan heboh.

Sirius menoleh setelah menghentikan sepedanya. Baru saja dia mau bicara, Ghia sudah keburun turun dan berlari menghampiri Jay.

"Jay! Jay!"

Jay menoleh.

"Oh. Kamu," ucap Jay, datar.

Ghia sedikit salah fokus pada penampilan Jay yang kini terlihat jauh lebih rapi. Dia tidak lagi memakai celana bahan yang kumal, baunya juga tidak bau amis, dan yang paling penting, sekarang Jay memakai pakaian atas!

"Kamu rapi banget," celetuk Sirius yang baru sampai. Dia juga berpikiran sama seperti Ghia.

Jay melengos dan lanjut jalan, tak peduli bahwa Ghia dan Sirius mengekorinya.

"Kamu mau ngapain?" tanya Ghia.

"Bekerja."

"Tapi kan pelabuhan ke arah sana." Sirius menunjuk arah utara.

"Enggak." Jay menoleh sekilas. "Aku mendapat pekerjaan tambahan."

"Enggak jadi nelayan?" tanya Ghia.

"Karena mau pergantian musim, ikan-ikan pada kabur ke pulau sebrang buat bertelur. Jadinya cuma ada sedikit ikan yang bisa kami tangkap. Itu enggak cukup," ucap Jay, panjang lebar.

Ghia dan Sirius saling bertatapan sambil beroh ria. Mereka terus mengekori Jay dan baru berhenti waktu Jay ingin masuk ke sebuah rumah besar yang sering dikaitkan dengan kata misterius dan mistis.

Ghia terkejut. "Kamu mau masuk ke rumah Druyan?"

Jay menoleh. "Sementara waktu, aku bekerja di sini."

Tingkat keterkejutan Ghia bertambah saat mendengar jawaban Jay. Dia menoleh ke arah Sirius sekilas, lalu beralih ke arah rumah Druyan. Ini seperti keajaiban! Setelah bertahun-tahun lamanya gerbang hitam itu tertutup rapat bahkan sampai dipenuhi oleh tanaman merambat, akhirnya sekarang gerbang itu terbuka lebar-lebar.

Ghia mencegah Jay yang ingin masuk.

"Kamu kerja apa?" Ghia penasaran setengah mati.

"Kemarin malam rumah Druyan kejatuhan benda luar angkasa. Aku enggak tau namanya apa, tapi katanya kayak batu besar. Batu itu meledak dan membuat taman serta seperempat tembok rumah Druyan berlubang. Aku dan pekerja lainnya datang buat memperbaiki itu semua," jelas Jay.

Ghia menoleh pada Sirius, lagi. Sekarang mereka saling bertatap-tatapan, lebih tepatnya bertukar kode.

"Boleh kami ikut?" tanya Ghia pada Jay.

"Enggak boleh." Jay menolak keras. "Ini pekerjaanku. Kalau kalian ikut, nanti uang hasil jerih payahku harus dibagi tiga."

Ghia menghela napas pendek. "Kami enggak bakal ngambil uangmu, kok. Kami bekerja secara gratis. Tentang saja."

Jay masih tampak ragu. Dia memicingkan matanya, memindai Ghia dan Sirius seolah tengah mencari kebohongan di balik senyuman manis mereka.

"Janji?"

"Janji!" kata Ghia dan Sirius berbarengan.

"Yaudah."

Ghia bersorak tertahan. Dia melemparkan high five pada Sirius sebelum kembali melangkah mengikut Jay yang sudah melewati pagar rumah Druyan.

Rasanya Ghia seperti masuk ke dunia lain. Mata anak perempuan itu sampai berbinar-binar waktu melihat bangunan dua lantai yang menjulang tinggi. Memang sih, rumah Druyan tampak menakutkan dengan cat yang telah luntur dan tanaman sulur yang merambat di tembok batu batanya. Ada pohon yang sangat besar di samping rumah Druyan. Dahan-dahannya terdapat beberapa burung gagak yang terus bersuara waktu Ghia dan Sirius masuk. Ghia berjengit kaget waktu ada sesuatu yang bergerak di samping kakinya. Kura-kura! Ghia mundur selangkah, melihat kura-kura kecil itu yang hampir seluruh tubuhnya tertutupi oleh rumput-rumput gajah yang telah panjang.

Ghia mengambil kura-kura itu dan membawanya.

"Kita dapat bagian membersihkan taman," kata Jay. Dia menaruh embernya di atas rumput. "Kura-kura siapa itu?"

"Aku menemukannya di dekat pohon besar," jawab Ghia. "Aku bawa karena takut dia keinjak orang lain."

"Oh. Sini, biar aku taruh di halaman rumah Druyan."

Jay mengulurkan kedua tangannya. Baru saja Ghia mau memberikan kura-kura itu, suara pekikan terdengar dari arah kanan mereka.

"Moli!"

Ketiga anak itu refleks menoleh dan mendapati seorang wanita tua yang berjalan tergopoh-gopoh menuju mereka.

"Oh astaga, Moli." Dia mengambil kura-kura itu begitu saja dari tangan Ghia.

"Syukurlah dia tidak keluar," ucapnya.

Ghia mengernyit dan berbisik pada Sirius. "Siapa dia?" Namun, rupanya suara Ghia terlalu keras sampai wanita itu bisa mendengarnya.

"Oh, maafkan aku, Nak, karena mengambil Moli tanpa aba-aba dari tanganmu. Terima kasih karena kamu sudah menemukan Moli," ucapnya pada Ghia, lalu beralih pada Jay dan Sirius. "Apa kalian anak dari para pekerja itu?"

Jay menggeleng. "Tidak. Kami pekerja itu sendiri."

Wanita berambut pirang di depan mereka agaknya terkejut. "Apa? Tapi kami enggak mempekerjakan anak seumuran kalian. Bagaimana kalian bisa—"

"Nyonya Druyan, di mana aku bisa menaruh batu bata ini?"

Seorang pria ceking datang dengan gerobak berisi batu bata berwarna merah. Ghia melebarkan matanya lagi waktu mendengar bahwa pria itu baru saja menyebut Nyonya Druyan pada wanita di depannya. Jadi, wanita ini ... Nyonya Druyan?

Nyonya Druyan tampak marah pada pria di sampingnya. "Kau mempekerjakan anak di bawah umur?"

"Apa?" Pria itu tampak bingung.

"Mereka." Nyonya Druyan menunjuk Jay, Ghia, dan Sirius yang kini tengah memasang tampang polos. "Mereka masih anak kecil dan kalian menyuruh mereka untuk bekerja?"

Pria itu menatap Ghia, lalu Sirius, lalu Jay. "Tapi Jay sendiri yang ingin bekerja, Nyonya. Dua anak yang lain, aku tidak tau mereka siapa."

"Kenapa kamu membiarkan Jay ikut bekerja?"

"Dia yang ingin bekerja. Dia butuh uang. Jadi aku membiarkannya," katanya.

Ghia merasa menjadi anak bayi yang baru saja selamat dari penculikan dan Nyonya Druyan tengah memarahi sang penculik.

"Kamu melakukan kesalahan dengan membiarkan anak-anak yang seharusnya bermain dan belajar malah ikut bekerja. Mereka belum saatnya memusingkan tentang uang, August."

Jadi namanya August. Sekarang August tengah menunduk lesu sembari meminta maaf.

Ghia menegakkan tubuhnya waktu tatapan Nyonya Druyan beralih padanya, Jay, dan Sirius.

"Kalian enggak akan bekerja—"

"Tapi aku mau bekerja," kata Jay, kukuh. "Aku benar-benar membutuhkan uang itu."

Nonya Druyan bungkam.

"Sekarang, laut tidak bisa memberikanku cukup uang lagi, Nyonya. Inilah kesempatanku untuk mendapatkan uang."

"Kalau begitu aku akan memberikannya." Nyonya Druyan hendak merogoh sakunya.

"Jangan. Aku enggak mau Nyonya memberikanku uang secara cuma-cuma," ujar Jay. Sekarang dia benar-benar memohon. "Aku mohon, Nyonya, biarkan aku bekerja. Hanya aku. Mereka berdua enggak perlu bekerja."

Ghia hendak protes, tapi Sirius sudah keburu mencengkeram tangannya.

Wanita di depan mereka tampak tengah berpikir. Jari telunjuknya mengusap-usap tempurung kura-kura di genggamannya, sementara Ghia, Sirius, Jay, ditambah August masih membisu.

"Baiklah. Kamu boleh bekerja." Jay menyengir. "Tapi bukan dengan batu bata, semen, atau apa pun itu. Kamu cukup memotong rumput saja dan membersihkan tamanku yang sudah gersang. Bisa?"

Jay mengangguk-angguk senang. "Aku bisa, Nyonya! Tentu saja aku bisa."

"Bagus." Nyonya Druyan tersenyum dan berniat ingin masuk ke dalam rumah. Tapi sebelum itu terjadi, Ghia buru-buru berbicara. "Tunggu, Nyonya!"

Nyonya Druyan berhenti.

"Nyonya, bolehkah aku dan Sirius membantu Jay?" Ghia menyenggol lengan Sirius dan tersenyum manis. Sirius ikut tersenyum lebar, terlampau lebar.

Nyonya Druyan memperhatikan Ghia dan Sirius secara berbarengan.

"Tentu. Kamu akan membantuku di dalam rumah," ucap Nyonya Druyan pada Ghia. Dia beralih pada Sirius. "Kamu boleh membantu Jay."

Mereka bersorak senang ketika Nyonya Druyan sudah masuk ke dalam rumahnya. Sebenarnya, Ghia saja sih yang terlalu kegirangan, sebab pekerjaannya akan berada di dalam rumah.

"Bisa kalian bayangkan?" Ghia memekik antusias. "Aku masuk ke rumah Druyan! Boleh jadi, aku satu-satunya orang di Pulau yang Terasingkan yang berhasil masuk ke rumah Druyan!"

Siriua ikut bahagia melihat Ghia melompat-lompat kegirangan.

"Aku benar-benar akan bertemu dengan Nyonya dan Tuan Druyan!"

˖ ࣪ ‹ 𖥔 ࣪ ˖

Continue Reading

You'll Also Like

273K 16.5K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
796K 60.9K 31
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
72.8K 9K 13
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 3) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ____...
107K 10.4K 30
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...