33 - tuan dan nyonya druyan

69 8 3
                                    

"Beberapa orang memang suka menyendiri dan tidak ada masalah soal itu."

𓆰.

Mereka bekerja sampai pukul lima sore, hanya kalau Nyonya Druyan tidak menggeleng dan menyuruh Ghia, Sirius, serta Jay pulang pada pukul dua siang. Jay tetaplah Jay. Dia keras kepala sekali kalau menyangkut soal uang hingga dia nekat menawar lagi pada Nyonya Druyan agar diberi waktu bekerja lebih lama. Nyonya Druyan yang tidak tega, kalau menurut Ghia ya, pun membiarkan Jay melakukan apa pun yang dia suka.

Tadi Ghia sempat membantu Nyonya Druyan di dapur. Dia mempersiapkan teh dan pie apel untuk para pekerja dan Jay dan Sirius. Ternyata, rumah Druyan sangat mengagumkan bila kau sudah berada di dalamnya.

Ayah pernah bilang kalau Ayah ingin mendekor rumah dengan ornamen-ornamen antik yang berkesan tua, tapi tetap elegan. Impian itu tidak tercapai, tapi Ghia memiliki kesempatan untuk melihat impian Ayah pada rumah Druyan. Ini sangat mengagumkan. Mungkin, waktu Ayah kembali, Ghia akan langsung menceritakan ini dan meminta Ayah untuk mendekor ulang rumah karena hasilnya sudah pasti akan bagus.

"Nah, kau berikan ini pada mereka." Nyonya Druyan mengulurkan sepiring pie apel waktu Ghia sedang celingukan.

Ghia mengangguk-angguk. "Baik." Dia segera keluar hanya untuk kembali lagi.

"Apa ada lagi, Nyonya?"

"Sudah selesai." Nyonya Druyan tersenyum manis. "Kalau kau mau, kau boleh pulang. Kau mungkin harus menyelesaikan pekerjaan rumahmu."

Ghia menggeleng. "Enggak. Aku sudah mengerjakan semua PR-ku. Apa enggak ada pekerjaan lain untukku, Nyonya?"

Nyonya Druyan mengetuk dagunya. "Hmmm. Sebenarnya ada sih, tapi mungkin ini akan menjadi pekerjaan yang membosankan buat anak seumuranmu."

"Apa?"

"Kau mau membersihkan perpustakaanku?" tanyanya. "Maksudku, ada banyak buku yang telah berdebu di sana. Punggungku sering sakit setiap aku berdiri lama untuk membersihkan buku-buku itu."

Sepasang mata Ghia melebar dan berbinar-binar sampai rasanya cahaya akan muncul dari sana. "Tentu saja aku mau! Aku mau, Nyonya! Itu pekerjaan paling asik sedunia."

Nyonya Druyan tampak terkejut, lalu terkekeh. "Mari kuantar."

Ghia mengekori Nyonya Druyan menelusuri rumahnya. Ada tangga kayu tua yang akan berderit waktu Ghia memijak melewatinya. Perpustakaan itu ada di lantai dua dan ketika Ghia memasukinya, rasanya Ghia tidak ingin pernah pulang ke rumahnya.

"Sepertinya kau suka buku, ya."

Nyonya Druyan dengan cepat bisa melihat isi pikiran Ghia.

Anak perempuan itu mengangguk-angguk sambil menyengir lebar. Kemudian, dia menerima kemoceng dan satu kain lap dari Nyonya Druyan.

"Kau bisa membaca buku apa pun yang kau suka," katanya. "Asal jangan di bagian itu."

Ghia menoleh pada bagian yang ditunjuk Nyonya Druyan. Bagian itu berisi buku-buku yang kelihatannya sudah tua, tebal, dan gelap. Ghia masih bisa membaca judul-judul buku itu dari arah sini; Fisika dan Kosmologi, Planetisimal, Kondensasi, Bintang Kembar, dan segelintir judul lain yang sulit dibaca atau mungkin memang kata-katanya yang terlalu sulit.

"Aku mengerti, Nyonya," ucap Ghia.

Nyonya Druyan sempat tersenyum sebelum dia memutuskan pergi ke lantai bawah. Dua puluh menit setelahnya Ghia habiskan dengan berkutat pada buku-buku cantik yang terkotori debu. Ghia menghentikan pekerjaannya waktu dia menemukan buku yang menarik perhatian, lalu Ghia akan duduk dan membaca buku itu sebentar. Saat sedang tenggelam dalam indahnya narasi dalam buku, pikiran Ghia buyar saat suara bising terdengar dari ruangan di depannya.

Istirahatजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें