"Dok, saya ingin pulang."
"Kimbab?!" Yujin terkaget saat Jihoon berbicara bahwa ia ingin pulang kepada dokter yang kini sedang memeriksanya.
"Aku pengen pulang Yujin, bosen di rumah sakit terus. Toh keadaan aku sama aja gak membaik sama sekali walaupun aku dirawat disini."
Mendengar jawaban Jihoon membuat Yujin membisu, ia teringat penjelasan dokter kemarin. Kemungkinan sembuh untuk Jihoon adalah nol.
Dokter sejenak berfikir tentang keinginan pasiennya itu, kemudian ia mengangguk menyetujuinya.
Sang dokter sangat tau bawasannya sisa waktu yang dimiliki Jihoon saat ini sangatlah berharga, ia ingin sang pasien menghabiskan waktunya dengan hal - hal yang lebih berarti dan membuatnya bahagia disaat - saat terakhirnya.
"Nanti sebelum pulang datang keruangan saya dulu. Saya akan jelaskan kondisi kamu."
"Baik dok." Jihoon tersenyum, ia sangat senang karena dokter mengizinkannya untuk pulang. Jihoon sudah muak dengan suasana rumah sakit.
"Kenapa pulang sih kimbab?" Yujin mencoba berbicara pada Jihoon supaya Jihoon mengurungkan niatnya.
"Aku tau kondisi tubuh aku Yujin, aku ngerasa aku gak bakal punya banyak waktu lagi."
"Aku gak mau ngehabisin waktu aku disini."
"Aku ingin pulang, aku ingin membuka sullrye, aku ingin pergi jalan sama kamu."
"Banyak sekali hal yang pengen aku lakuin, aku juga pingin buat kamu bahagia. Aku selama ini cuma selalu bikin kamu nangis, maaf."
"Sutttt, aku bahagia kok. Aku bahagia asalkan kamu baik - baik aja, aku bahagian bisa terus disamping kamu kayak gini. Aku bahagia kimbab."
"Jangan bohong."
"Aku gak bohong. Asalkan bisa sama kamu dimanapun tempatnya aku tetep bahagia."
"Sini," Jihoon menelentangkan tangannya, ia ingin memeluk Yujin.
Yujin tersenyum, ia kemudian menjatuhkan dirinya kepelukan Jihoon.
"Terimakasih Yujin."
Yujin mengangguk dalam pelukan Jihoon.
Mereka berpelukan sangat lama sembari mengeratkan pelukan satu sama lain.
"Mau gini terus sampek jam berapa? Katanya mau pulang. Hee.." Yujin bergumam.
Bukannya melepas Jihoon malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Kimbab! Aku gak bisa nafas."
"Hehee..." Jihoon segera melonggarkan pelukannya.
"Lepasin," Yujin meronta kecil.
"Gak mau!"
"Bau! Kamu belum mandi!" Canda Yujin.
"Biarain! Kamu juga belum mandi!"
"Kimbab..."
"Iya.. iya." Akhirnya mereka melepaskan pelukan.
"Aku siapin baju ganti kamu dulu, terus siap - siap buat pulang."
Jihoon mengangguk, ia terus mengamati Yujin yang sedang membereskan barang - barangnya.
"Bada gago sipda..." Jihoon bergumam.
"Hem?" Yujin menoleh karena tidak mendengar jelas perkataan Jihoon.
"Bada gago sipeo,"
"Gaja!!"
"Serius?" Jihoon terkejut dengan respon yang diberikan Yujin."
Yujin mengangguk, "tapi ada syaratnya,"
"Apa?"
"Kamu gak boleh terlalu capek, okay?"
Jihoon mengangguk, terpancar ekspresi kebahagiaan diwajahnya.
Melihat ekspresi Jihoon itu membuat Yujin juga bahagia.
"Ini baju kamu, sana ganti baju dulu."
"Mandi nggak?"
"Terserah kamu."
"Gak usah ya, biarin bau gak papa, hee.."
"Ih, jorok kimbab!"
"Kamu juga gak mandi?!"
"Mandi lah nanti abis kamu."
"Udah sana mandi! Aku lanjut beresin barang - barang kamu dulu."
"Iya, iya..." Jihoon melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi.
"Yujinaaa!" Jihoon menyembulkan kepalanya diantara pintu yang sedikit ia buka.
"Wae? Wae? Wae?" Yujin menoleh panik.
"Dingin!!!"
"Ihhhh, kirain apa! Pakek air angetnya kimbab."
"Udah lama gak mandi jadi kerasa dingin, hahaha..."
"Ada ada aja kamu! Udah buruan, kayak anak kecil deh mandi pakek main - main segala!"
"Iya, iya!"
Setelah Jihoon kembali masuk ke dalam kamar mandi, Yujin terus mengembangkan senyumnya. Jihoon yang dulu telah kembali, Jihoon yang periang dan gak sakit.
Entah kenapa hari ini kondisi Jihoon sangat fit, ia sangat bersemangat mengenai kepulangannya.
Setelah semuanya beres, Jihoon dan Yujin sudah rapi, dan mereka berdua juga sudah selesai menemui dokter.
Saat itu juga Jihoon dan Yujin segera meninggalkan rumah sakit menggunakan mobil Yujin menuju pantai seperti keinginan Jihoon.
"Kimbab?"
"Kamu baik - baik aja?"
Jihoon menoleh kearah Yujin yang sedang fokus menyetir.
"Soal?"
"Soal yang dokter bicarakan tadi."
"Oh, itu... Aku emang udah duga bakal seperti itu, karena aku udah ngerasain dan ngerti kondisi tubuh aku. Aku udah gak kaget denger apa yang dokter bilang."
"Beneran gak papa?"
"Emm," Jihoon mengangguk. "Udah jangan bahas itu terus, kita mau seneng - seneng kan hari ini."
"Okay! Gajaaaa! Bada!" Yujin kembali bersemangat, ia juga tak ingin merusak suasana yang sudah menyenangkan ini.
"Let's go!"
Mereka terus menyusuri jalanan kota menuju pantai dengan mendengarkan musik.
"Kimbab kamu istirahat aja, nanti aku bangunin kalau udah sampek. Aku gak mau kamu kecapean."
Jihoon menoleh dan segera mengenggam salah satu tangan Yujin yang tak memegang kendali setir.
Mereka bergandengan tangan, dengan Jihoon menyamankan posisi duduknya mencoba untuk beristirahat.
Yujin senang karena Jihoon selalu menurut tanpa protes sedikitpun tentang apa yang dikatakan Yujin.
🐼
Jihoon dan Yujin menyusuri bibir pantai dengan bergandengan tangan. Ini adalah pertama kalinya mereka jalan setelah mereka resmi berpacaran saat itu. Karena pada saat itu sehari setelah mereka jadian Jihoon langsung koleps.
"Maaf Yujin baru bisa ajak kamu jalan sekarang."
"Stop bilang maaf kimbab. Aku gak mau denger kamu bilang maaf lagi, aku gak papa."
"Aku serius, hanya kata maaf yang bisa aku ucapin ke kamu. Aku ngerasa bersalah sama kamu."
"Beneran aku baik - baik aja. Sekarang bisa jalan gini sama kamu aku udah seneng banget kimbab. Jadi udah ya jangan pernah ngerasa bersalah lagi." Yujin menatap Jihoon dengan tatapan serius, Yujin benar - benar bersungguh - sungguh bahwa dia baik - baik saja dengan keadaan sekarang ini.
Setiap waktu yang Yujin bisa habiskan dengan Jihoon adalah waktu yang sangat berharga meskipun itu di rumah sakit.