Affection

By sourpineapple_

481K 33.9K 449

COMPLETE - FOLLOW SEBELUM MEMBACA Mature Content (18+) so selection ur reading. *** Derana Gangga Mirabelle... More

P R O L O G
BAB SATU
BAB DUA
BAB TIGA
BAB EMPAT
BAB LIMA
BAB ENAM
BAB TUJUH
BAB DELAPAN
BAB SEMBILAN
BAB SEPULUH
BAB SEBELAS
BAB DUA BELAS
BAB TIGA BELAS
BAB EMPAT BELAS
BAB LIMA BELAS
BAB ENAM BELAS
BAB TUJUH BELAS
BAB DELAPAN BELAS
BAB SEMBILAN BELAS
BAB DUA PULUH
BAB DUA PULUH DUA
BAB DUA PULUH TIGA
BAB DUA PULUH EMPAT
BAB DUA PULUH LIMA
BAB DUA PULUH ENAM
BAB DUA PULUH TUJUH
BAB DUA PULUH DELAPAN
BAB DUA PULUH SEMBILAN
BAB TIGA PULUH
BAB TIGA PULUH SATU
BAB TIGA PULUH DUA
BAB TIGA PULUH TIGA
BAB TIGA PULUH EMPAT
BAB TIGA PULUH LIMA
BAB TIGA PULUH ENAM
BAB TIGA PULUH TUJUH
BAB TIGA PULUH DELAPAN
BAB TIGA PULUH SEMBILAN
BAB EMPAT PULUH
BAB EMPAT PULUH SATU
BAB EMPAT PULUH DUA
BAGIAN EMPAT PULUH TIGA
E P I L O G

BAB DUA PULUH SATU

8.5K 713 18
By sourpineapple_

Now Play : Minefields Faouzia
ft John Legend

***

Mengusap pelupuk mata dan pipinya yang basah, Dera mengambil napas dalam lantas membuangnya perlahan. Liquid bening kembali mengalir ketika ia memejamkan mata, sekuat apapun ia menahan dan meyakinkan dirinya untuk tidak menangis, air matanya justru terus berjatuhan tanpa izin. Rasanya benar-benar menyesakkan ketika orang yang ia percaya dan sayangi justru menghianati dirinya seperti ini.

"Siapa yang menelepon sepagi ini, Jay?"

"Klien. Saya ada urusan mendadak, katakan pada anak-anak jika saya tidak bisa ikut sarapan pagi ini."

"Klien? Bukankah ini hari libur, lalu ada urusan mendadak apa sepagi ini?"

"Tidak bisa saya jelaskan, saya harus pergi sekarang."

"Kamu ganti parfum ya? Parfum kamu ... baunya aneh."

"Tidak, saya sempat berdesakan dengan karyawan di lift sore tadi karena lift pribadi saya masih dalam perbaikan, mungkin karena itu baunya menjadi aneh."

"Kamu membeli sesuatu dari toko perhiasan, Jay?"

"Darimana kamu— oh, itu, iya, sebagai hadiah sekaligus permintaan maaf untuk teman saya karena saya tidak bisa datang ke pesta pernikahannya. Memangnya kenapa?"

Dari aneh dan tidak biasanya sikap Jayden beberapa bulan ini, Dera memang menyadari akan adanya sesuatu janggal yang terjadi, namun bodoh sekali karena ia masih tetap berusaha berpikir positif dan menyangka jika semua itu memanglah normal.

Menganggap semuanya akan baik-baik saja, padahal hubungan mereka berada di ujung jurang.

Sedikit terkejut, Dera segera menghapus sisa air mata di pipinya tatkala sayup-sayup terdengar langkah kaki yang diselingi obrolan kecil. Bangkit dari duduknya, Dera menghampiri arah datangnya suara itu, namun langkahnya memberat dan terhenti begitu netranya menangkap pemandangan yang tak mengenakkan hati.

Ada Jayden, pria itu tak pulang sendiri, melainkan bersama seorang perempuan cantik bersoflens hijau yang nampak tertawa pelan, sembari merangkul lengan kiri Jayden.

Menatap nanar kedua insan itu, kaki Dera terasa lemas, ia tak percaya jika Jayden berani membawa pulang perempuan lain, dan bahkan seperti tanpa dosa mereka tertawa mesra bersama.

Menyadari eksistensi sang istri, Jayden tersenyum kecil, menoleh pada perempuan yang berada di sampingnya.

"Kebetulan sekali kamu sudah ada di rumah, saya ingin memberitahu sekaligus memperkenalkan seseorang pada kamu, Dera," ujar Jayden dengan begitu santai dan tenang, kembali menoleh pada perempuan cantik yang kini tengah tersenyum padanya itu.

"Ini Maudy, calon istri sekaligus ibu baru untuk anak-anak saya," ujar Jayden lagi, dengan wajah setebal tembok ia memperkenalkan perempuan bernama Maudy itu pada istrinya.

Meneguk ludah dan mengatupkan rahang, Dera mengepalkan tangan, masih belum berniat untuk membuka suara.

"Derana? Senang bertemu dengan kamu, saya Maudy, calon istri baru Jayden," sapa Maudy, mendekat dan mengulurkan tangannya pada Dera, mengulangi perkenalan.

Alih-alih menyambut uluran tangan itu, menatap wajahnya saja Dera tidak sudi, dengan tangan yang masih terkepal di samping badan, Dera menatap Jayden. "Kenapa ... kenapa kamu tega lakuin ini, Jay? Apa setidak ada harganya itukah pernikahan kita di mata kamu?" tanya Dera dengan suara rendah, berusaha mengatur napas dan emosinya.

"Dulunya memang ada, tapi tidak untuk sekarang," jawab Jayden, balik menatap lekat kedua manik istrinya.

Menyipitkan matanya, Dera menggeleng pelan, benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang telah dikatakan Jayden. "Apa kamu sama sekali tidak merasa bersalah setelah apa yang kamu lakukan ini? Kita masih suami istri secara sah, Jay, dan kamu nggak bisa semudah itu untuk menikahi dia!"

Jayden tersenyum miring sesaat sebelum raut wajahnya kembali datar. "Setelah ini tidak. Saya, Jayden Cole Rodriguez, mulai detik ini melepaskan kamu, Derana Gangga Mirabelle sebagai istri saya," tegas Jayden, mutlak.

Hati Dera mencelos seketika, hingga tanpa sadar satu bulir yang tadinya berusaha mati-matian ia tahan, jatuh membasahi pipinya. "Melepaskan—maksudnya kamu menceraikanku?"

"Semudah itu? Semudah itu kamu bilang cerai? Jelasin, jelasin apa salah aku sampai kamu punya hati buat lakuin ini semua, Jay?!"

"Salah kamu? Apa semua yang terjadi di rumah ini masih belum jelas untuk menjawab apa kesalahan kamu? Setelah yang kamu perbuat pada anak-anak saya, apa kamu pikir saya akan tetap diam dan membiarkan kamu enak-enakkan tinggal satu atap bersama kami?!" Suara Jayden meninggi, dengan kilat mata yang menunjukkan jika ia sedang marah.

Menutup kelopak matanya, Dera mengambil napas dalam. "Oke, I know. Aku tahu aku salah, dan aku benar-benar menyesal atas semua hal buruk yang pernah aku lakukan dulu. Aku berusaha untuk berubah dan memperbaiki semuanya, yakin dengan harapan jika anak-anak mau memaafkan dan menerima aku kembali. It's not easy, Jay, I lost my memory, and I'm like an ignorant fool, but I'm not giving up, because what? Because of you, Jay," urai Dera, membuat Jayden tertegun.

"You said everyone deserves a second chance, tapi apa? You denied. Dengan ini, kamu menunjukkan jika usaha dan apa yang sudah aku lakukan atas semua perubahan ini sia-sia. Everything is nothing."

Dengan sorot mata sendu, hati Dera kian bergemuruh, awan mendung siap membawa hujan, mengundang rasa sakit dengan mengguyur luka basah yang menganga di sana.

Jayden menggeram rendah, tak ingin terbawa perasaan, pria itu segera menukas, "Saya tidak peduli. Asal kamu tahu, Dera, sudah dari dulu saya ingin menceraikan kamu, tapi mengetahui jika kamu hilang ingatan, saya tak sampai hati untuk melakukannya, karena saya sadar, jika kamu tidak mempunyai siapa-siapa lagi di sini kecuali saya. Harusnya kamu berterimakasih—" ucapan Jayden terpotong ketika tiba-tiba Dera menyendat.

"It's a fucking thanks! Kenapa kamu nggak lakuin hal itu aja daridulu? Paling tidak aku nggak akan jadi perempuan bodoh dengan terlanjur mencintai laki-laki berengsek seperti kamu!" seru Dera dengan wajah memerah. She's really mad.

"Karena saya kasihan sama kamu, Dera!" sahut Jayden, balas berseru hingga urat-urat di wajahnya tampak.

Membuat Dera tersentak kaget, kali ini Jayden sudah keterlaluan. "Kasihan? Aku nggak butuh rasa kasihan dari kamu, Jayden! Enough. It's too much. Aku benar-benar kecewa sama kamu, Jay ..." Tak dapat dibendung lagi, pertahanan Dera runtuh, tangisnya pecah saat itu juga.

Tanpa mereka ketahui, ketiga bocah laki-laki yang tadinya sedang asyik bermain di halaman samping itu sampai berlari ke dalam rumah karena mendengar bentakan ayahnya yang cukup keras. Mereka terkejut ketika mendapati pemandangan tak enak terjadi di ruang tamu. Ada ayah, serta ibunya dan satu wanita yang tidak mereka kenal.

Jayden menggeratkan gigi gerahamnya, rahang pria itu mengeras, sedang Maudy tampak diam, menyaksikan pertengkaran itu sembari bersidekap dan tersenyum puas dalam hati.

"Daddy? Ada apa? Kenapa Mommy menangis?" tanya Jansen, menatap Jayden dan Dera bergantian.

Baik dari mereka tak ada yang menjawab, sama-sama diam. Dera masih berusaha untuk kembali menguasai dan mengontrol dirinya.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, mereka mendekati Dera dan bertanya, "Mommy kenapa nangis?" tanya Raiden, menatap sedih ibunya yang tengah menangis.

Melihat itu, akhirnya Jayden angkat bicara. "Jansen, Jean, Raiden, masuk ke kamar kalian, ini urusan Daddy dengan Mommy," titah Jayden, namun dibalas gelengan oleh ketiganya.

Memaksakan senyum, Dera menggeleng. "Nggak apa-apa. Kalian ke kamar dulu ya? Ini urusan Mommy sama Daddy, belum waktunya kalian untuk tau," ujar Dera dengan suara serak, mengusap surai satu persatu putranya.

Bahkan melihat wajah mereka saja membuat hati Dera semakin sakit. Ia sudah terlanjur mencintai anak dan suaminya terlalu dalam. Apakah bisa untuk Dera meninggalkan mereka nanti?

"Kembali ke kamar Jansen, Jean, Raiden," titah Jayden mengulangi perintah, kali ini nadanya terdengar lebih tegas.

"Nggak, Dad. Jelasin sama kita, apa yang terjadi? Kenapa Mommy menangis? Dan ... siapa dia? Kenapa ada di sini?" tanya Jansen, seraya menatap eksistensi perempuan asing yang tak pernah mereka lihat sebelumnya.

Memijit pangkal hidungnya, Jayden menghela napas panjang. "Ini Tante Maudy, calon ibu baru kalian," ujar Jayden pada akhirnya, membuat ketiga saudara itu terkejut saling berpandangan, menatap wanita yang tengah melempar senyum pada mereka itu.

"Calon ibu baru?" beo Jean, menagih penjelasan daddy-nya.

"Daddy mau nikah lagi? Lalu Mommy? Jangan bilang kalau Daddy mau punya dua istri," tanya Jansen, sama halnya dengan Jean, menagih penjelasan pada sang ayah.

Berbeda dengan kedua saudaranya, Raiden justru mengutarakan penolakan. "Nggak. Raiden nggak mau mommy baru. Daddy nggak boleh nikah lagi."

Di tengah perdebatan anak beserta ayahnya itu, Dera merasakan rasa pusing mendera kepalanya secara tiba-tiba, membuat tubuhnya hampir limbung karena rasa sakit itu membuat kepalanya berdenyut dan diaduk dalam tempo cepat secara tak beraturan.

Memegangi kepalanya, Dera meringis ketika potongan-potongan memori kembali berusaha masuk, seperti kaset usang, semuanya berputar secara tiba-tiba dikepalanya. Membuat pandangan Dera mengabur, hingga semua yang ada di depannya tampak berputar.

"Jangan pukul Raiden, Mommy, hiks ..."

"Ampun, Mommy, jangan pukul kita ..."

"Maaf Mommy, aku nggak sengaja."

"Alasan! Dasar anak iblis!"

"Cepet masuk! Jangan harap kalian bisa dapat jatah makan hari ini!"

"Kalau saya tahu kalian ngadu ke Jayden, awas saja, lihat apa yang bakalan kalian dapatin nanti!"

Tanpa ampun, semua memori itu seolah berdatangan, membuat Dera tak bisa menahan rasa sakitnya, hingga ia berakhir jatuh tak sadarkan diri, membuat mereka yang ada di sana terkejut.

"Mommy!" seru Jansen, Jean, dan Raiden bersamaan, segera mendekati tubuh ibunya yang tiba-tiba terkulai tak sadarkan diri.

"Jangan. Biarkan saja. Siapa tahu kalau dia hanya pura-pura agar mendapat perhatian kita 'kan?" ujar Maudy, menahan Jayden ketika pria itu hendak mendekati Dera.

Hal itu membuat atensi Jansen beralih. Dasar wanita ular, batinnya.

Memilih untuk tak peduli ia menatap kedua adiknya. "Ayo bantu bawa Mommy ke kamar," ujarnya dibalas anggukan oleh Jean dan Raiden.

Melihat ketiga putranya tampak kesulitan, Jayden menarik kembali lengannya yang dicekal oleh Maudy. Tanpa mengatakan sepatah kata pun pria itu mengambil alih tubuh Dera, menggendong brydal dan membawanya ke kamar, diikuti oleh ketiga putranya.

Meninggalkan wanita bersoftlens hijau yang mendengkus tak suka itu ditempatnya.

AFFECTION

nangis beneran aku ngetik part ini, this is the reason kenapa aku bilang harus nyiapin mental buat ngetik, karena aku bikinnya pake hatii t___t

semoga feel-nya sampai ke kalian ya, tapi kalian jangan ikutan nangis juga kyk aku.

terimakasih sudah membaca.

Continue Reading

You'll Also Like

7.9K 411 42
My very first story on wattpad. 'Our Love' Series #1- UNSEEN LOVE - Status : TAMAT - Lydia James Ingatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap or...
93.5K 4.5K 24
•Total 23 chapters, termasuk extra parts. ⚠ Terdapat beberapa kata kasar Sejak awal laki-laki dengan iris abu-abu itu mampu menarik perhatianku hingg...
4.7K 885 23
Farhan berdiri sambil menundukkan kepala. Ia rasa ia paham bahwa ibunya sedang marah. Beberapa jarak dari Farhan, wanita itu mengamati putranya sambi...
63.3K 4.8K 49
!!Repost!! Cover by pinterest ***** Selamat dari kawanan penculik, Ayu justru terjebak di sebuah hutan lebat dan tinggal di sebuah pemukiman penduduk...