The Voice - Jaeseok (DISC)

By yisocl

60.2K 9.9K 1K

Hyungseok mendengar suaranya, berat, namun terdengar lembut dan seksi secara bersamaan. - karakter Lookism ad... More

kesatu
kedua
ketiga
keempat
kelima πŸ”ž
keenam
ketujuh
kedelapan
kesepuluh
kesebelas
kedua belas
ketiga belas
keempat belas
kelima belas
keenam belas
ketujuh belas
kedelapan belas
kesembilan belas
kedua puluh

kesembilan πŸ”žπŸ©Έ

4.7K 572 40
By yisocl

Agak rated 👀🔞
Mention of blood 🩸





"Sudah kubilang tidak usah, Jay! Punggungku sakit karena kecerobohanku." Entah sudah keberapa kali Hyungseok memohon kepada Jay agar ia tak membelikannya kasur.

Ia tahu Jay adalah anak dari orang kaya kedua setelah HNH Group dan membeli kasur adalah hal yang receh, mungkin? Namun tetap saja Hyungseok merasa tak enak karena temannya tersebut selalu membelikannya barang.

Hening sesaat sebelum Jay menghela napas dan mengangguk menuruti permintaan Hyungseok.

"..."

"Punggungku? Masih terasa sedikit sa--." Ucapan Hyungseok terpotong saat kedua tangan Jay tiba-tiba bertengger dipundaknya.

"....!"

Wajah Hyungseok tampak terkejut dan memerah setelahnya.

"Tidak perlu memijatku! Sakit ini pasti akan segera hil-AH!" Hyungseok meringis kesakitan saat Jay dengan sengaja menekan punggungnya.

"Eungh, baiklah, baiklah!" Ucap Hyungseok pasrah.

Mendengar itu, Jay tersenyum puas dan menarik tangan Hyungseok untuk menuju ke parkiran sekolah, dimana motornya ia letakkan disana.

Setelah sampai, Jay segera duduk dan menyuruh Hyungseok untuk cepat naik di belakangnya. Jay akan mengantarkannya menuju rumah Hyungseok, itu karena permintaan Hyungseok sendiri.

Dirasa Hyungseok sudah duduk dan mengaitkan lengannya disekitar perutnya, Jay tak bisa untuk tak tersenyum. Jantungnya ikut berdegup kencang tak seirama, ia berharap Hyungseok tak mendengar degupan gilanya.

Ia pun segera menyalakan mesin motornya dan mulai melajukannya menuju rumah sang pujaan.

•••

Selama perjalanan, tak ada satupun yang berbicara, hanya hening diantara mereka berdua sampai keduanya mencapai rumah tujuan.

Keduanya turun dan sebelum masuk, Jay memastikan bahwa motornya telah dimatikan. Setelah itu, keduanya pun masuk.

Jay menghirup dalam-dalam rumah Hyungseok yang dipenuhi dengan harumnya, tetap sama, batinnya.

Hyungseok memanggil Jay untuk masuk terlebih dahulu kedalam kamarnya karena ia akan membuatkan tamunya tersebut minuman. Jay mengangguk dan berjalan kearah yang ia yakini adalah kamar sang tuan rumah. Ia pun masuk dan duduk sembari menunggu kedatangan Hyungseok.

Beberapa menit kemudian, Hyungseok masuk ke kamarnya dengan kedua tangannya yang memegang nampan berisikan dua buah gelas teh hangat untuk dirinya serta tamunya.

Ia meletakkan nampan tersebut didepan Jay dan menyuruhnya untuk meminumnya terlebih dahulu.

Ketahuilah bahwa Hyungseok sangat gugup dan berharap Jay akan melupakan percakapan mereka sebelumnya, namun sepertinya harapan tersebut tak terwujud saat Jay meletakkan kembali gelasnya, lalu menatapnya sambil tersenyum seolah ia tahu apa yang dipikirkan oleh Hyungseok.

"Ha ha ha, a-aku juga tidak lupa, kok! Um, apa kau m-mau camilan? Aku bisa mengambilnya untuk--!" Jay meletakkan jari telunjuknya diantara belahan bibir Hyungseok, mencegahnya untuk melanjutkan pembicaraan tersebut.

Hyungseok menghembuskan napasnya dan tersenyum pasrah kearah temannya tersebut, ia berpikir mungkin tak akan terlalu buruk 'kan?

•••

T

idak! Ini sangat buruk!

Hyungseok mati-matian untuk menahan desahannya yang akan keluar saat tangan hangat Jay menyentuh punggung polos tanpa baju miliknya. Ia bisa dengan jelas merasakan hangat tangan tersebut menggosok punggungnya dengan lembut. Terlalu lembut hingga membuatnya sedikit sensitif.

Ia menutup mulutnya dengan tangan kanannya, tubuhnya yang tengkurap serta terperangkap diantara kedua kaki Jay membuatnya tak bisa melakukan apa-apa.

"...?"

"Unghh, t-tidak, ini tak sakit-hh."

Sudah dipastikan bahwa wajah Hyungseok sangat memerah sekarang, jantungnya pun tak kunjung memelankan temponya, membuat tubuhnya menjadi tegang dan Jay yang merasakan ketegangan tersebut menyuruhnya untuk tetap rileks.

Hyungseok mencobanya, namun saat tangan tersebut mulai mengurut-urut pelan punggungnya, ia tak bisa menahan desahannya. Nikmat dan sakit yang ia rasakan secara bersamaan. Jay sedikit terkejut mendengar suara lembut tersebut, namun berusaha mengabaikannya.

"Ugh, ah~"

"Sshh."

"Eunghh."

Gila! Benar-benar gila. Jay merasakan celananya semakin sesak, pikirannya menjadi kemana-mana. Kalau terus begini ia tak akan bisa menahannya lagi. Jadi, dengan urutan terakhir, ia mendekatkan dirinya ke telinga Hyungseok.

"Hyungseok..."

Hyungseok yang saat itu tak siap, terlonjak kaget dan atas kepalanya membentur dagu milik Jay, membuat oknum tersebut terjatuh ke belakang.

Hyungseok membulatkan matanya dan segera menghampiri Jay dengan permintaan maaf yang terucap dari bibirnya berkali-kali.

"Maaf, maaf! Jay, kau tak apa? Ah, maafkan aku! Aku tadi kaget, lalu tanpa sengaja kepalaku mengenai dirimu."

Ia berkali-kali mengguncangkan tubuh milik Jay yang terbaring didepannya. Ia sangat panik sekali! Bagaimana tidak? Ia membuat pingsan anak dari orang terkaya kedua! Bagaimana jika orangtuanya tahu dan menuntut kepadanya? Ia tak mau! Meskipun ia tahu Jay tak akan melakukan hal sejahat itu.

Beberapa detik kemudian, Jay terbangun dengan memegangi dagunya dan Hyungseok sangat senang melihat Jay telah sadar.

Dengan cepat ia membantu Jay untuk duduk, ia menangkup wajah rupawan tersebut dengan kedua tangannya untuk meneliti, apakah ada luka disekitar wajahnya tersebut. Ia tersenyum sebelum kembali panik saat melihat ada sebuah cairan merah mengalir disudut mulut milik laki-laki tersebut.

"Jay! Apa tadi lidahmu tergigit?!" Tanyanya panik dan Jay mengangguk patah-patah.

"Astaga! Buka mulutmu, biar aku lihat."

Jay pun menurutinya dan membuka mulutnya. Benar saja, Hyungseok melihat lidah temannya tersebut mengalirkan sebuah darah.

Hyungseok menarik lengan Jay untuk segera ke kamar mandi untuk berkumur serta membersihkan tangannya yang terkena darah. Setelah itu, ia menyuruh Jay untuk tetap berada didalam kamar mandi, sedangkan ia berlari kearah kamarnya untuk mengambil sebuah kain tipis yang masih baru, lalu ia berlari menuju dapur untuk mengambil bongkahan es batu kecil yang telah ia pecahkan dan membalut es batu tersebut dengan kain tadi.

Setelah itu, Hyungseok berlari kembali menuju kamar mandi.

"Apakah darahnya sudah berhenti?" Tanya Hyungseok didepan pintu kamar mandi, Jay menggeleng.

Hyungseok pun mengangguk dan mendekati Jay. Ia lalu menarik lembut wajah tersebut dan menyuruhnya untuk membuka kembali mulut tersebut. Beruntung saja selisih tinggi mereka tak terlalu jauh.

Jay mengangguk dan membuka mulutnya.

"Ini mungkin akan terasa perih, tapi ini untuk menghentikan pendarahan di lidahmu."

Jay mengangguk dan membiarkan Hyungseok untuk menghentikan pendarahan tersebut. Perih memang, namun saat melihat wajah manis Hyungseok dari dekat, rasa tersebut menjadi hilang entah kemana. Sebuah pemandangan indah, batinnya.

Tak lama kemudian, Hyungseok berhenti dan sedikit menjaukan wajahnya dari Jay, membuat Jay diam-diam sedih.

"Pendarahannya sudah berhenti," Ucapnya, "Ayo ikut ke dapur sebentar. Akan aku buatkan air garam untuk menghambat bakteri di lidahmu agar tak terkena infeksi." Lanjutnya.

•••

Setelah kejadian tersebut, Hyungseok menyuruh Jay untuk segera pulang karena telepon dari ayahnya, tak lupa ia untuk menyuruh Jay ke dokter terlebih dahulu untuk mengecek lidahnya tersebut dan membeli obat.

Sebenarnya bisa saja Jay menolak suruhan ayahnya agar ia pulang, namun Hyungseok menyuruhnya karena takut jika saja ada hal penting yang akan dibahas dengannya. Jadi, Jay pun tak bisa menolaknya.

"Hati-hati, Jay. Terima kasih untuk pijatannya dan maaf untuk lidahmu. Sungguh, aku tak sengaja! Kau sih mengangetkanku." Jay terkekeh gemas dan mengusak lembut rambut Hyungseok.

Jay segera duduk di jok motornya dan mengenakan helm-nya. Ia lalu menyalakan mesin motor tersebut sebelum melesat pergi menjauh dari pandangan Hyungseok.

Saat dirasa Jay telah menghilang dari pandangannya. Hyungseok berjongkok dan menutupi wajah merahnya dengan kedua tangannya.

"Ah, suaranya membuatku gila." Gumamnya sebelum berdiri dan masuk kedalam rumahnya.





Tbc!

Maaf lama nggak update huhuhu, lagi keenakan liburan :'D

Karena itu, aku update dengan chapter yang lumayan panjang (menurutku) hehehe. Semoga sukaa 🥺🙏🏻

OH IYA,

HAPPY (late) NEW YEAR YA SEMUAA 🥳

Continue Reading

You'll Also Like

52.6K 462 5
well, y'know? gue fetish sama pipis dan gue lesbian, eh gue sekarang sepertinya bi, kontol dan memek ternyata NYUMS NYUMS Apa ya rasanya Mommy? juju...
83.2K 7.8K 21
Romance story🀍 Ada moment ada cerita GxG
338K 28.1K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
61.8K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.