My Boss Is My Secret Husband...

By Riniwulan2629

3.6M 231K 7.6K

Di kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang seri... More

1. Di Anggap Polos
2. Cletukan Pembawa Petaka
3. Kelvin Yang Jail
Pengasuh Untuk Sang Duda
4. Lamaran Tak Terduga
5. Meminta Alasan Kelvin
6. Di Ajak Ke Suatu Tempat
7. Pernikahan Yang Tak Diinginkan
8. Perkataan Membingungkan
9. Pindah Rumah
10. Rea Membuat Gemas
11. Makan Siang Bersama
12. Perdebatan Sengit
13. Pelukan Hangat
14. Nasip Sial Pak Kelvin
15. Saling Mencari
16. Rea Tidak Peka
17. Makanan Spesial
18. Pak Kelvin Sang Penyelamat
19. Kemarahan Pak Kelvin
20. Ada Apa Dengan Pak Kelvin?
21. Menjenguk Sang Suami
22. Merajuk dan Nasihat
23. Malam Mingguan
24. Pertemuan Tak Terduga
25. Membongkar Hubungan
26. Jalan-Jalan
27. Ada Hubungan Apa?
28. Kabar Buruk
29. Sebuah Kejutan
31. Pesta Perusahaan
32. Di Tinggal Pergi
33. Nonton Berdua
34. Pengobat Rindu
35. Pak Kelvin Aneh
36. Tuduhan Menyakitkan
37. Luka Yang Tersamarkan
38. Kecurigaan Kelvin
39. Pembalasan Dari Kelvin
40. Hal Mengejutkan
41. Berbalik Arah
42. Pelukan Penenang
43. Tingkah Rea Membuat Kesal
44. Menjadi Istri Yang Baik
45. Kedatangan Mertua
46. Surat Rahasia
47. Hati Yang Retak
48. Membujuk Rea
49. Mengikis Karang
50. Fakta Mengejutkan
51. Penyesalan Terdalam
52. Keputusan Rea
53. Sebuah Pengorbanan
54. Menguras Air Mata
55. Menyalahkan Diri Sendiri
56. Satu Hati dan Satu Cinta
57. Akhir Yang Bahagia

30. Ulang Tahun Perusahaan

40.3K 2.7K 30
By Riniwulan2629

Hari ini adalah hari Sabtu, dimana akan di selenggarakan ulang tahun perusahaan. Para karyawan di wajibkan untuk datang, mereka mengikuti lomba-lomba yang memang di sediakan. Tapi tidak untuk Rea, dia lebih memilih untuk menonton saja. Karena untuk mengikuti lomba tidaklah wajib.

Mereka semua berkumpul di lapangan kantor, untung saja lapangan ini cukup luas. Sebelum acara di mulai, maka akan ada sambutan dari Pak Kelvin dan di lanjutkan dengan pembukaan lomba.

Rea sudah siap berada di barisan depan bersama dengan Lia, Cindy, Lina dan Dini. Pastinya memang barisan depan banyak di huni oleh para perempuan, sedangkan barisan belakang lebih banyak laki-laki.

"Pak Kelvin tahun ini gak ikut lomba apa-apa lagi, kan. Padahal gue udah berharap kalau dia ikut, ya minimal ikut badminton atau futsal gitu. Gue akan langsung jadi penonton dan suporter paling depan," cletuk Dini.

Rea baru tahu sekarang, waktu itu kan juga dia meminta Pak Kelvin untuk ikut futsal tapi tidak mau. Ya sudah, tidak bisa dia paksaan juga bukan. Padahal juga tidak masalah jika Pak Kelvin ikut lomba, kan.

"Ya kan dia penyelenggaranya, mungkin dia cuman mau membuat para karyawan di sini bahagia aja. Setidaknya ada refreshing, gak kerja melulu," timpal Lina.

"Ya tapi kan kayak kurang meriah aja gitu kalau Pak Kelvin gak ikut lomba apa-apa." Kali ini yang berbicara adalah Cindy.

"Sudah-sudah, kalian ini malah membicarakan Pak Kelvin terus. Mendingan dengerin tuh Pak Kelvin ngasih sambutan." Lia menengahi.

Akhirnya mereka semua pun terdiam, sembari menatap ke arah depan dimana Pak Kelvin yang sedang berbicara. Hingga di akhir, Pak Kelvin membuka perlombaan ini.

"Baik, saya nyatakan lomba untuk memperingati ulang tahun perusahaan yang ke 20 resmi di buka."

Riuh tepuk tangan pun langsung menggema di lapangan ini. Mereka semua tampak senang, karena akan banyak acara yang akan diselenggarakan perusahaan.

***

Rea, Lia dan Cindy lebih memilih untuk menonton badminton saja. Karena Mas Dito mengikutinya, ya mendukung teman satu devisi tidak masalah bukan.

Rea juga terlihat sangat senang, karena dia seolah-olah seperti sedang menghadiri porsenitas di sekolah. Padahal ini adalah lomba yang di selenggarakan oleh perusahaan.

"Ayo Dit, langsung smash!!" Mbak Lia tampak kegirangan sekarang, mendukung Mas Dito.

"Dito! Ayo gas!! Menang pokoknya!!" Mbak Cindy tidak kalah heboh.

Sedangkan Rea cukup menonton saja, dia tidak ikut berteriak bersama kedua perempuan itu. Tapi dia juga merasa sangat bahagia.

"Hai, boleh ikut gabung, kan?" tanya seorang perempuan yang tiba-tiba datang.

Rea menoleh, ternyata yang datang adalah Mbak Dea. Dia masih mengingat betul bagaimana dulu Mbak Dea dengan Pak Kelvin. Walaupun itu semua hanya prank untuk kejutan ulang tahunnya.

"Iya, sini, Mbak." Rea memperbolehkan, dia tidak boleh kesal dan dengan Mbak Dea.

Para perempuan-perempuan itu tampak asik. Mereka seolah-olah tidak mau meninggalkan pertandingan badminton ini. Sampai akhirnya, Dito memenangkan pertandingan.

Sontak karena hal itu Cindy dan Lia langsung bersorak kesenangan, mereka berjoget ria. Dea juga ikut bersama mereka berdua, Rea yang awalnya hanya diam saja langsung di ajak.

Tanpa mereka semua sadari, Kelvin menatap istrinya itu dengan perasaan bahagia.

"Saya senang, akhirnya kamu bisa tersenyum bahagia seperti ini. Kamu bisa merasakan memiliki banyak teman, tidak merasa sendiri lagi, Rea. Semoga hal seperti ini akan terus bertahan, karena melihat kamu bahagia, adalah hal terindah dalam hidup saya," gumam Pak Kelvin dengan lirih.

***

Setelah acara lomba-lomba yang diselenggarakan pada pagi dan siang hari, malam harinya di selenggarakan pesta. Tempat di selenggarakan pesta tentunya di hotel milik perusahaan. Banyak karyawan yang memutuskan untuk tidak pulang ke rumah, mereka tetap berada di perusahaan dan bersiap-siap dari sini.

Sedangkan tadi Pak Kelvin sudah mengatakan kepadanya jika dia akan pulang lebih dulu ke rumah. Sedangkan dia nanti berangkat ke pesta bersama dengan Lia dan Dea saja. 

"Re, bawa ganti, kan?" tanya Lia kepadanya.

"Em, enggak tuh, Mbak. Saya pulang aja kali ya ambil ganti, nanti ke sini lagi."

"Pulangnya gue anterin aja ya, entar otw-nya langsung dari rumah lo aja. Gak apa kan kalau gue main ke rumah sebentar?"

Rea berpikir sejenak, sebenarnya tidak masalah juga. Karena kan Mbak Lia juga sudah mengetahui tentang pernikahannya.

"Terus Mbak Dea gimana? Kan tadi juga udah janjian buat berangkat bareng, Mbak." Rea tidak enak hati, jika meninggalkan Mbak Dea sendirian.

"Ada apa nih nama gue kok di bawa-bawa."

Mendengar suara itu, Rea dan Lia langsung menatap ke arah sumber suara. Ternyata Mbak Dea sudah berganti baju sekarang. Memang sekarang mereka berada di ruang keuangan, sedangkan Cindy dan Dito entah berada di mana.

"Dea, gue mau mampir ke rumahnya Rea dulu. Nganterin dia pulang, soalnya gak bawa baju ganti."

"Gue ikut! Lagian gue juga tahu kok dimana rumahnya Pak Kelvin!"

Rea mengerutkan keningnya, kenapa Mbak Dea bisa tahu?

"Em, kan gue udah jadi sekertarisnya Pak Kelvin lama. Bahkan sebelum dia sama lo, Re. Jadi gue udah beberapa kali ke sana dulu buat nganterin dokumen," jelas Dea, karena dia merasa Rea sedang membutuhkan jawabannya itu.

"Ya sudah, Mbak Dea ikut ke rumah juga gak papa. Lagian kan hotel tempat di selenggarakan pestanya kata Mas eh Pak Kelvin deket dari rumah saya."

Karena perkataan Rea barusan membuat Lia dan Dea langsung tertawa.

"Kalau Mas ya Mas aja, Re, kalau Pak ya Pak aja," goda Mbak Dea.

Rea jadi malu sendiri, biasanya memang dia memanggil Pak Kelvin dengan sebutan Mas jika di luar kantor.

"Udah-udah, ayo buruan berangkat. Nanti keburu malem lagi," ujar Lia menengahi.

Akhirnya mereka bertiga pun berangkat ke rumah Rea dengan mengunakan mobil Dea. Karena Lia memang hanya menggunakan motor ketika berangkat tadi pagi.

Tak lama, mereka sudah sampai di rumah Rea. Rumah yang lumayan besar dan mewah. Sebanding dengan kekayaan yang dimiliki oleh Pak Kelvin.

"Ayo masuk, Mbak," ajak Rea dengan ramah.

Lia dan Dea mengikuti kemana Rea membawanya, mereka di minta untuk duduk ruang tamu oleh Rea lebih dulu.

"Kalian mau minum apa? Biar saya buatkan," tanya Rea pada mereka berdua.

"Udah lah, Re, santai aja. Mendingan lo buruan gih ganti baju, sama pakai make up biar cantik," pinta Dea.

Rea mengaruk tengkuknya yang tidak gatal, pasalnya dia tidak memiliki make up.

"Cuman punya beda sama lipstik doang," adu Rea jujur.

Tentu Lia dan Dea langsung menganga, tidak menyangka Rea tidak memiliki make up.

"Ya sudah, ganti baju lebih dulu aja. Nanti balik sini lagi, kebetulan gue bawa make up kok," ujar Dea sembari memamerkan kotak make up-nya.

"Gue juga, Re, tapi boleh gak kalau gue numpang ganti baju? Kamar mandi terdekat dimana, Rea?" Lia memang belum sempat berganti baju ketika berada di kantor tadi.

Rea melihat ke sekeliling, lebih baik dia membawa Mbak Lia ke kamar mandi yang berada di lantai bawah saja.

"Ya sudah ayo, Mbak, saya antarkan."

Lia sudah bangkit dari duduknya, Rea juga sudah bersiap untuk berjalan.

"Bik, kemeja putih saya dimana ya?!"

Tiba-tiba ada suara berat seorang pria yang menggema, sontak karena hal itu mereka menatap ke arah sumber suara. Namun, mata Rea langsung melotot ketika melihat Pak Kelvin yang hanya menggunakan celana hitam panjang saja tanpa baju.

"Oh My God!" kaget Mbak Lia dan Dea.

"Astaga, Mas Kelvin!"

Rea langsung berlari kencang ke arah suaminya itu, dia langsung memeluk suaminya dari depan. Sedangkan Kelvin juga tampak kaget dengan kedatangan Lia dan Dea di rumahnya.

"Ayo-ayo balik ke kamar!" Rea langsung mendorong-dorong tubuh suaminya itu agar kembali ke kamar mereka yang berada di lantai dua.

Setelah sampai kamar, Rea langsung menatap suaminya itu tajam sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kenapa keluar gak pakai baju? Mau pamer badan, Mas?" tanya Rea ketus.

"Ya mana saya tahu kalau ada Lia dan Dea, kamu saja gak bilang sama saya."

"Tapi kan ya gak seenaknya gitu, saya gak suka, ah." Rea sebal, dia langsung duduk di tepi kasur.

"Berarti ini saya yang salah?"

"Ya iya, Mas, siapa lagi!"

"Bukannya batasan aurat laki-laki itu dari mulai antara pusar sampai lutut. Lalu sekarang saya pakai celana panjang, dimana salahnya?"

Kelvin jadi bingung sendiri dengan istrinya.

"Ya ya, saya gak suka berbagi," ujar Rea malu-malu.

Kelvin langsung tersenyum tipis, istri kecilnya itu memang sangat menggemaskan.

"Iya maaf, seluruh badan saya memang milik kamu. Hanya kamu yang boleh melihatnya," ujar Kelvin dengan lembut.

Rea mendongak, menatap ke arah suaminya. Apakah dia keterlaluan? Masalahnya itu badan Pak Kelvin bisa terbilang bagus, jadi Rea tidak suka berbagi dengan yang lain.

"Btw, kamu tahu dimana kemeja putih saya?"

Rea mengingat-ingat sesuatu, jangan-jangan.

"Kemeja putih yang mana, Mas?" tanya Rea bingung.

"Yang ada logo perusahaan, kamu lihat ada dimana?"

Rea melotot, dia jadi gelisah sekarang.

"Kayaknya kemarin saya buat lap kompor, Mas. Saya kira udah gak kepakai, soalnya ada di kursi meja makan," cicit Rea.

Sontak hal itu membuat Kelvin melotot. Kenapa istrinya itu tidak bertanya lebih dulu sebelum bertindak. Sedangkan Rea tampak meneguk salivanya susah payah, dia takut suaminya akan marah.

"Kenapa kamu pakai buat lap kompor, Rea!! Kan bisa pakai yang lain ngelapnya!" Kelvin geregetan sendiri.

"Ya sudah, pakai kemeja putih yang lain aja lah, Mas."

Rea berjalan ke arah lemari, dia melihat-lihat pakaian yang dimiliki oleh suaminya.

"Ini masih ada 2 kemeja putih, Mas," ujar Rea sembari mengambil kemeja itu.

"Masalahnya, itu kemeja sudah kekecilan, Rea. Kemeja yang kamu pakai buat lap itu baru saya pakai 3 kali, masih baru."

Rea melotot, jadi dia yang salah sekarang? Astaga, dia merasa sangat bersalah dengan suaminya.

"Pakai kemeja yang warna lain aja, Mas. Besok beli yang baru."

"Masalahnya itu untuk pesta ini memang para pemimpin menggunakan kemeja putih, dasi hitam, celana hitam dan jas hitam. Akan seragam dengan direktur, manajer dan supervisor."

Rea langsung menunduk wajahnya, dia tidak tahu soal hal itu. Andai dia kemarin tidak asal ambil baju untuk lap, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini.

"Kalau pakai kemeja saya aja gimana, Mas? Saya punya kemeja putih yang kebesaran, dulu saya beli dua waktu buat training. Yang satu emang ukurannya besar, saya kira akan pas kalau Mas pakai."

Rea langsung mencari kemeja putihnya di lemari, sepertinya dulu dia membawa kemeja putih yang sangat kebesaran itu.

"Nah, akhirnya dapat."

Rea mengambil kemeja itu dan memberikannya ke Pak Kelvin.

"Memang besar, Rea, tapi ini kemeja putih wanita. Kalau saya pakai nanti di tertawakan."

"Kan Mas pakai jas, jadi gak kelihatan banget. Udah, lebih baik di coba dulu aja, daripada gak pakai kemeja putih, kan."

Karena terpaksa, Kelvin memakai kemeja yang cukup besar milik istrinya itu. Cukup untuk dia ternyata,  walaupun tetap agak kekecilan.

"Nah, tinggal di pakaikan jas." Rea berusaha untuk menahan tawanya itu, dia mengambilkan kemeja milik suaminya dan memasangkannya.

Lalu dia membantu memasangkan dasi, ya tidak terlalu kelihatan jika itu kemeja perempuan.

"Nah, jasnya jangan sampai lepas, Mas. Nanti kalau lepas pada tahu kalau ini kemeja cewek."

Wajah Kelvin tampak kesal, tidak bersahabat. Kalau tidak karena terpaksa, dia tidak akan menggunakan kemeja milik Rea ini.

"Jangan gitu ah wajahnya, nanti gantengnya ilang. Udah, mendingan saja berangkat sekarang aja. Nanti saya berangkatnya bareng sama Mbak Lia dan Mbak Dea."

Rea menyalimi tangan suaminya, lalu mendorong-dorong suaminya itu agar segera keluar dari kamar.

"Awas saja kamu," ancam Kelvin dengan wajahnya yang di tekuk dan segara keluar dari kamar.

*****

Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya. Hari ini cuman bisa up 1 bab ya.

Follow ig aku yuk
1. pengagumssenja
2. riniwulandari1234

Continue Reading

You'll Also Like

33K 1.9K 7
"EH KO ITEMAN?" "KOK BADAN LO KURUS SIH?" "BADAN LO MAKIN LEBAR AJA NIH" "WAJAH NYA BERMINYAK BANGET,JADI ANEH" WOY KUAH SEBLAK!! lo yang pada komen...
147K 5.6K 42
"Kenapa sih harus lo yang dijodohin sama gue?"dengus Rahma setelah melihat keadaan yang mungkin keluarganya tidak mendengar keluhannya. "Udah lo nuru...
14.3M 1M 60
Dijodohkan dengan duda anak satu adalah hal yang jauh dari ekspetasi Rania. Dengan paksaan orang tua, dia harus menerima perjodohan ini dengan pria k...
1M 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...