Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
Dia malvin seseorang yang sangat memiliki tembok tinggi di dalam dirinya.
Dia malvin yang selalu tersenyum tipis ke arah orang-orang yang mengkhawatirkan nya.
Dia malvin si anak pintar yang selalu mendapatkan masalah.
Dia malvin kata orang dia anak pembawa sial dan tidak tau diri.
Kata orang Malvin anak nakal, berandalan, tidak punya hati, masa depannya pun suram.
Kata orang Malvin anak yang tidak bersyukur karena memiliki keluarga yang cukup terpandang dan kaya raya.
Malvin selalu tertawa bila mengingat semua itu, Malvin sangat senang bila orang mengira hidupnya bahagia, padahal sebaliknya.
Bahkan Malvin lupa bagaimana cara nya bahagia, Luka dari dalam, luka dari luar membuat Malvin yakin hidup ini hanya lelucon.
Malvin bahkan Yakin Tuhan tidak ingin dirinya bahagia.
Malvin tidak pernah mengeluh, tidak pernah marah, tidak pernah mengacau duluan dan Malvin selalu tersenyum bila dirinya mendapat hinaan, bagi Malvin itu adalah sarapan.
Hidup di keluarga yang terlihat sempurna dari luar membuat Malvin belajar bagaimana sandiwara Hidupnya harus berjalan.
Di sayang depan publik, di banggakan depan publik dan di puji depan publik.
Malvin hanya mendapatkan itu di depan publik bila di belakang, entah lah Malvin pun tak yakin mereka bisa di sebut sebagai keluarga.
Malvin memiliki teman? Tentu saja, dia ketua Genk motor yang cukup di kenal berandal di kotanya ini.
Tapi mengapa Malvin selalu sendirian? Jawabanya mudah, tidak ada yang bisa Malvin percaya di dunia ini, Malvin hanya bergantung hidup pada dirinya sendiri, menopang pundaknya sendiri.
Malvin tidak pernah memberitahu apa yang terjadi pada dirinya hingga menjadi pemberontak seperti ini.
Malvin hanya tersenyum bila teman-teman bertanya, mengapa kamu mencari kebahagiaan dari luar ketika dari dalam saja kamu sudah punya.
Marvel hanya akan bilang.
"Kalian bukan gue! Kalian gak akan paham"
Hanya kata-kata yang selalu keluar dari bibir indah Malvin.
*******
Giandra setiap hari selalu menghampiri Malvin pria dengan senyum indah itu selalu menyuruhnya pergi menjauh.
Sekarang yang Giandra lihat Malvin sedang Diam di tempat biasa Malvin duduk dengan rokok di tangannya.
Giandra menghampiri, Giandra mengambil bungkus rokok yang ada di samping Malvin dan Malvin hanya menoleh.
"Kesehatan nomer satu, bila tidak ada yang sayang pada dirimu cukup kamu saja yang menyayanginya"
"Kenapa masih deketin gue?"
"Kan Gia bilang mau berteman sama Malvin!"
"Mau berteman atau cuma sekedar penasaran?"
"Kok Malvin ngomong nya gitu?"
"Gue udah biasa denger kata teman dari mulut orang-orang dan akhirnya mereka cuma penasaran dan cuma mau tau hidup gue kayak apa, Dan kalau Lo salah satu dari mereka gue cuma mau bilang
Hidup gue gak ada yang menarik!"
"Gak kok! Gia bener-bener mau berteman sama Malvin, Gia gak penasaran sama kehidupan Malvin karena Gia juga punya kehidupan Gia sendiri"
Malvin menoleh saat Giandra berucap seperti itu, Malvin baru mendengar ada seseorang yang tidak tertarik dengan hidupnya.
"Malvin coba dari Hal terkecil, jangan merokok ya!"
"Gue butuh yang manis!"
"Gia punya permen karet!"
Giandra memberikan sebungkus permen karet ke arah Malvin membuat pria itu menatap dan segera mengambil permen itu dengan tersenyum.
"Gia bawain strawberry ya setiap hari supaya Malvin gak ngerokok!"
"Gak usah!"
"Tapi Gia maksa!"
"Ini rokok Gia buang ya Malvin, dan coba lah hargai dirimu sendiri dengan tidak merokok"
Giandra pergi meninggalkan Malvin yang menatap Giandra dengan senyuman kecil, Malvin menggeleng kan kepalanya.
********
"PLAKK"
"KAPAN KAMU BERHENTI MEMBUAT ULAH HAH?"
"SAYA MALAS SETIAP HARI HARUS KE SEKOLAH HANYA UNTUK MENEGUR KAMU!"
"ANAK SIALAN!"
"BUGH~~"
Malvin terduduk di tangga karena pukulan dari Papa nya sangat terasa sakit, mereka di lorong sekolah Malvin sekarang.
Papanya dan Alvian Lah yang datang kesekolah karena panggilan dari kepala sekolah yang mengatakan Malvin terlibat perkelahian lagi.
Papa Malvin pergi dari sana meninggalkan Malvin sendirian di bawah tangga, mereka berada di lorong tangga yang cukup sepi.
"Mangkannya gak usah bertingkah! Anak pungut"
Alvian pergi meninggalkan Malvin sendirian, Malvin hanya tertawa miris di bawah tangga menertawakan hidupnya.
Dia bisa memukul puluhan orang bahkan ratusan tapi dia tak bisa memukul keluarganya, dia bisa mencegah orang lain menyakitinya tapi dia tak bisa mencegah keluarganya menyakiti dia.
"Malvin!"
Malvin mendonggak saat melihat siapa yang ada di depannya ini, Giandra! Pria yang akhir-akhir ini selalu datang kepadanya dan meminta Malvin untuk berteman.
"Kenapa gak Malvin lawan?"
"Dia papa gue"
"Gak ada orang tua yang kayak Gitu Malvin!"
"Gue udah janji sama nenek untuk Gak nyakitin papa"
Giandra hanya menatap Malvin yang juga menatap matanya, Giandra menyaksikan apa yang Malvin dan papa nya lakukan.
Giandra bukan menguntit dia berniat ke lorong karena memang ingin ke perpustakaan meminjam kamus bahasa Inggris atas permintaan Gurunya.
"Malvin butuh pelukan gak?"
Malvin hanya diam tapi Giandra langsung memeluk Malvin dengan erat, Malvin menutup matanya menikmati setiap elusan yang Giandra berikan di punggung kokohnya.
"Malvin! Semua orang memang ingin memiliki keluarga bahagia dan semua orang juga tidak ingin masalahnya di ketahui orang lain, tapi terkadang kita juga butuh orang lain untuk sekedar menjadi tempat kita bersandar!"
"Gue udah pernah lakuin itu tapi semuanya ninggalin gue! Tuhan ngasih orang-orang baik dalam hidup gue cuma sebentar Gia, mangkannya sebelum Lo juga pergi dari sisi gue, gue minta sama Lo dulu jangan hadir untuk pergi"
"Gia gak akan pergi kok! Gia udah pernah bilang kalau Gia mau jadi temen Malvin kan?"
Malvin tak menjawab lagi, Gia melepaskan pelukannya dan menatap Malvin dengan tatapan teduh menyejukkan Malvin.
"Gak semua orang kayak gitu Malvin terkadang Kita harus merelakan mereka yang pergi dan memberi salam pada mereka yang datang, tuhan melakukan itu untuk mencari siapa yang benar-benar layak berada di sisi Malvin"
"Tuhan sayang sama Malvin, jangan pernah ragukan itu"
"Kalau Tuhan sayang sama gue, tuhan bakal ngasih gue kebahagiaan tapi nyatanya gak"
"Bahagia itu kita yang ciptain dan kita yang cari, Malvin harus terus mencari kebahagian Malvin"
"Lo mau gak Temenin gue cari kebahagiaan?"
"Gia akan bantu Malvin kok tapi Malvin harus kuat"
"Gia ada permen karet! Jangan ngerokok lagi ya"
"Gia mau ke perpustakaan, sampai bertemu lagi Malvin!"
Giandra pergi tapi dia memberikan sebungkus permen karet ke tangan Malvin, Malvin menatap permen karet itu dengan senyuman.
Giandra sudah tau bagaimana keluarganya, apakah Giandra akan semakin tau kehidupannya seperti apa.
Malvin hanya bisa berdoa ketika Giandra tau kehidupan Malvin dan semoga Giandra tidak pergi seperti yang lainnya.
Hai hai
Aku balik
Hmm... Ini tuh ada nyes-nyes nya dikit tapi tenang aja yaa tau kan aku si pecinta Fluff jadi nyes-nyes nya gak akan kerasa, mungkin:)
Aku bakal kasih judul di setiap part, sepertinya akan berhubungan cerita nya hehe.
Ini book pendek tapi kalau aku mood mungkin di Panjangin 😃
Oke lah
See you next part👋