Fall In Love by Accident

By sst_br

201K 13.1K 414

Seorang dokter muda bertemu dengan seorang preman yang berawal dari sebuah kecelakaan. More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17

chapter 10

7.7K 672 36
By sst_br

"Harvy, bisa gak sih kamu bersian dikit!?" Protes Devan begitu ia masuk ke pantry, Harvy baru saja menggunakan dapur dan ia meninggalkannya dalam keadaan yang sangat berantakan.

"Oh." Seperti biasa, respon Harvy hanya dengan satu kalimat singkat itu. Harvy sedang duduk di depan tivi, menikmati makanan yang baru saja ia buat tadi. Sepiring nasi goreng yang entah apakah itu masih bisa disebut nasi goreng, terlihat sangat cokelat karena ia terlalu banyak menuangkan kecap. Ada juga telor ceplok yang pinggirannya terlihat coklat kekeringan.

"Kalo kamu gak bisa masak, gak usah masak, biar aku yang masakin." Devan terus mengomel sambil membersihkan dapur yang berantakan.

"Gak, makasih." Tolak Harvy. Bukan karena ia tak ingin merepotkan Devan lagi, hanya saja, makanan yang ia buat, meski bentukannya tak jelas begini, rasanya jauh lebih enak dibanding harus makan makanan aneh yang di masak Devan. Masakan Devan bukannya tak enak, itu mungkin sangat enak bagi orang yang menjalani hidup sehat seperti Devan. Namun baginya yang masih sayang indra perasanya, masakan Devan adalah penghinaan bagi kaum micin.

"Kamu dikasih makanan sehat gak mau. Micin terus dimakan." Omelnya kembali. "Nanti kalo kamu udah aki-aki, baru tau rasa kamu. Ngerepotin aku aja nantinya." Lanjutnya.

Harvy tersadar setelah cukup lama tentang apa yang diucapkan Devan tadi, serasa ada yang salah, yang iapun belum menyadari sepenuhnya. Ia mencoba merunut kata perkata yang diucapkan Devan tadi.

Micin - aki-aki. Bukan itu sepertinya. Ngerepotin dia? Apakah ia akan sampai tua merepotkan Devan? Bukan itu intinya, apakah ia dan Devan masih akan bersama hingga tua nanti? Lantas Harvy kemudian berfikir keras, hubungan seperti apa sebenarnya yang Devan harapkan dari mereka berdua? Bukankah kemarin sikapnya telah menegaskan bahwa ia tidak seperti pikiran Harvy?

"Kenapa? Apa?" Tanya Devan mendapati Harvy menatapi dirinya. Harvy masih berusaha mencari jawaban, apa sebenarnya yang diinginkan Devan? Apakah normal jika mereka hidup bersama sampai tua padahal tak ada hubungan apa-apa diantara keduanya?

"Gak." Jawabnya kemudian tertunduk menghabiskan sisa nasi goreng di piringnya. Tak ada gunanya, ia memikirkan hal yang hanya akan membuatnya salah paham lagi. Tentang apa yang diinginkan Devan, biarkan waktu yang akan menjawabnya.

Harvy hari ini libur, ia bermaksud untuk best rest seharian. Bekerja sebagai waiters ternyata lebih sulit daripada ia bertarung melawan gangster musuh. Namun, entah ia masih bisa best rest mengingat Devan yang tak kunjung berangkat ke rumah sakit.

"Kamu...gak ke rumah sakit hari ini?" Tanyanya ragu saat ia baru keluar dari kamarnya. Devan masih terlihat duduk santai di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Gak." Jawab lelaki itu singkat tanpa sedikitpun mengangkat pandangnya dari gawai di tangannya.

"Oh." Balas Harvy, kemudian memilih duduk di sofa. Ia mengambil remote tivi dan mengganti channel yang mungkin bisa menghiburnya pagi ini.

Tak ada yang menarik minatnya, akhirnya tivi ia matikan dan melakukan hal yang sama seperti Devan. Ia menggunakan ponselnya sebagai alat hiburan.

Keduanya terlihat asik menikmati hiburan di ponsel mereka masing-masing, walaupun kategori yang ditonton Devan bukan sebuah hiburan. Ia sedang menonton video proses bedah dari sebuah case yang sedang ia pelajari belakangan ini. Berbeda dengan Harvy, yang terlihat sedang asik menonton sebuah podcast yang entah apakah ia cocok menonton podcast tersebut. Beberapa kali Devan meliriknya seolah berfikir bahwa Harvy tak cocok menonton podcast itu. Sangat tak terduga untuknya.

Selesai ia menonton podcast, ia membuka video yang disarankan di aplikasi itu, BTS crosswalk consert.

Smooth like butter, like a criminal undercover
Gon pop like trouble breaking into your heart like that
..........

Devan langsung memutat kepalanya saat mendengar lagu itu dari ponsel Harvy. "Really? BTS?" Tanyanya seolah tak percaya, lagu itu yang didengarkan oleh orang seperti Harvy.

Harvy hanya mengangkat bahu, tak ada yang salah jika ia mendengarkan BTS, dia memang suka dengan boygrup dari negeri gingseng itu.

"Coba deh kamu berdiri?" Minta Devan yang langsung dituruti olehnya.

"Berputar."

Harvy mengikuti arahan Devan lagi dan saat selesai berputar, ia mendapati Devan geleng-geleng kepala dengan ekspresi tak percayanya.
"Ckckck, sungguh tak terduga." Sindirnya.

Harvy serasa tak terima mendapatkan sindiran itu. Tak ada salahnya ia suka dengan BTS, lagunya enak, kebanyakan juga pake bahasa inggris yang mudah dilafalkan.

"Keren tau lagu mereka, apalagi yang permission to dance." Belanya.

"We dont need permission to dance...." Devan menyanyikan lagu itu sambil bibirnya tercebik ke depan, mengejek Harvy.

"Da-na-na-na-na-na-na, da-na-na-na-na-na-na,
Da-na-na-na-na-na-na." Harvy melanjutkannya sambil mengikuti gerakan dance lagu itu.

"Woeeh, gak cocok anjir." Devan melempar Harvy bantal sofa, rasanya jijik melihat Harvy dance seperti itu. Tapi cukup menghibur juga untuknya, ia seakan menemukan satu sisi baru dari Harvy yang katanya seorang gangster.

"Cih..." Harvy mengalah, ia duduk kembali dan tak mendengarkan lagu BTS lagi.

Sejam bergelut dengan ponselnya, rasanya toleransi kebosanan Harvy mulai membuncah. Ia tak pernah melakukan hal buang-buang waktu seperti ini sebelumnya. Sesekali ia melirik kearah Devan yang terlihat masih nyaman-nyaman saja dengan gawainya.

Harvy berusaha bertahan, mungkin best rest seperti ini yang ia inginkan. Sekedar nonton youtube, kemudian beralih ke Netflix, main game hingga akhirnya Devan mengajaknya ke tempat fitness yang berada di lantai bawah gedung bertingkat ini saat sore menjelang.

Harvy menolak, ia sudah terlanjur malas untuk bergerak. Lagian, jika hanya ingin berolahraga, alat fitnes di unit apartemen Devan juga sudah cukup. Ada treadmill, pulldown machine, ada set dumbell yang sudah sangat cukup jika ia ingin berolahraga.

Di malam hari, Devan mengajaknya keluar. Harvy tak menolak lagi kali ini, apalagi saat mendengar kata makan malam. Akhirnya ia bisa terbebas dari masakan aneh Devan. Ia rasanya ingin bilang ke Devan bahwa makanan itu seperti ini, bukan hanya sehat tetapi juga enak. Ingin rasanya ia meminta chef di restoran itu untuk mengajari Devan bagaimana memasak makanan sehat yang enak.

"Van, kamu suka alkohol?" Tanyanya saat mereka selesai bersantap malam.

"Tidak." Jawab Devan singkat, kemudian menatap Harvy. Ia melihat ada kekecewaan di wajah lelaki itu. Yah, setidaknya ia punya gambaran bagaiman kehidupan gangster Harvy dulu, tentu saja tak pernah lepas dari minuman yang tidak hanya memabukkan tetapi juga tak ada faedah untuk kesehatan di dalamnya. "Tapi kalo sesekali, no problem." Lanjutnya dan itu telah mengusir ekspresi kecewa di wajah Harvy.

Malam mereka masih berlanjut, kini ia berpindah ketempat dimana anak muda ibukota menikmati dunia malam mereka. Minuman alkohol, asap rokok yang mengebul, lampu kerlap-kerlip, dentuman musik keras, hingga pertujukkan tidak senonoh di lantai dansa. Devan sama sekali tidak familiar dengan apa yang mengelilinginya sekarang. Ia bukan anak malam yang suka berpesta di tempat seperti ini.

Ia hanya menenggak segelas wisky yang di sajikan oleh bartender di depannya, sedang Harvy sendiri, entahlah, itu sudah gelas keberapa. Ia sepertinya mulai kehilangan kendali hingga dalam keadaan mabuk berat.

Untungnya, Devan masih dibawah kesadarannya, segelas wisky tadi pun tak sampai habis ia minum. Ia kemudian membawa Harvy kembali ke apartemen yang mulai berbicara meracau. Mengurus orang mabuk sungguh merepotkan baginya.

Butuh tenaga banyak mengurus orang mabuk seperti Harvy. Devan rasanya ingin mengeluh, tapi tak ada gunanya juga. Dengan sabar ia menuntun langkah lelaki itu hingga sampai ke apartemennya.

Devan langsung menghempaskan dirinya di sofa saat masuk ke apartemennya, sedang Harvy sendiri bergerak kesana kemari sambil meracau. Ternyata dia adalah tipe orang rese saat mabuk.

"Van, sini, main sama aku." Ajaknya membuka kamar tidur Devan.

Devan geleng-geleng kepala, ia bangkit dan mengikuti Harvy masuk ke kamarnya.

Saat masuk, Devan kaget saat tiba-tiba Harvy menyerangnya, ia harus mundur ke belakang hingga punggungnya menempel di dinding.

"A...apa yang ingin kamu lakukan?" Tanyanya gagap, jantungnya berdegup sangat kencang saat Harvy makin dekat dengannya. Dalam hitungan detik, bibir Harvy menempel di bibirnya. Matanya langsung terbelalak, ia kaget bukan kepalang, sudah dua kali Harvy menciumnya. Namun kali ini, ia tak mendorong tubuh Harvy lagi, ia membiarkan bibir Harvy terus menempel di bibirnya.

"Haha...hahaha...kamu payah Van." Harvy tertawa mengejeknya.

Meski tahu bahwa yang mengejeknya adalah orang mabuk, Devan tak terima diremehkan olehnya. Hanya sekedar ciuman, bukan perkara sulit untuk dilakukan, begitu pikirnya.

Tangannya kemudian tertangkup di pipi Harvy, ia menatapnya cukup lama sembari mengumpulkan keberaniannya. Matanya terpejam kemudian dengan berani menempelkan bibirnya di bibir Harvy.

Harvy menyambut ciuman itu, Devan bisa merasakan beginilah seharusnya manisnya saat berciuman. Namun yang terjadi kemudian, Harvy tak bergerak lagi kemudian kepalanya terantuk ke depan, jatuh di pundak Devan.

"Haahhh!!! Haha....hahaha....." Devan seperti kehabisan kata-kata, ia seperti orang gila. Lantas, siapa yang payah sekarang?

Ia kemudian membaringkan Harvy di tempat tidurnya. Dalam waktu yang lama, ia menatap lelaki yang tak berdaya itu lagi. Apa yang sebenarnya telah ia lakukan? Berciuman dengan orang mabuk? Ahh sungguh gila dirinya. Bagaimana jika seandainya Harvy tak mengingat kejadian tadi?

Devan kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Lagi-lagi, ia terdiam lama di dalam cermin sambil menyentuh bibirnya. Ia bisa merasakan bibir Harvy lebih lembut dari kemarin, ia bisa merasakan ciuman yang lebih manis. Ciuman Harvy tadi bagai buah anggur merah, lembut dan manis.

"Oh shit." Umpatnya menyadarkan diri.

Setelah cukup lama di dalam kamar mandi, ia akhirnya keluar dan yang ia dapati adalah Harvy yang tidur tengkurap dengan pakaian yang sudah terlepas, hanya menyisakan bokser yang ia kenakan.

Devan sempat berfikir, apakah ia akan tidur di kamar sebelah ataukah ia tidur di sofa?

Ia seperti tak bisa menentukan pilihan, ia hanya berdiri terpaku memandangi tubuh Harvy. Baru kali ini, ia melihat jelas tubuh Harvy, walaupun yang ia lihat tubuh bagian belakang pria itu.

Di punggungnya ada ukiran tattoo berbentuk sayap. Di sisi kanan sebuah sayap malaikat, sedang di sisi kiri punggungnya, ukiran tattoo sayap iblis. Cukup menarik.

Di punggung pria itu juga, ia bisa melihat lebih jelas bekas luka sabetan panjang seperti telah tertebas pedang. Devan tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya itu.

Matanya bergerak lebih ke bawah, entah apa yang ia lihat hingga ia menelan ludah dalam-dalam. Ia kemudian memutuskan untuk tidur di samping Harvy, toh Harvy sepertinya telah tertidur pulas. Namun saat ia berbaring di samping pria itu, Harvy mendekatkan tubuhnya lebih dekat ke tubuh Devan hingga ia bisa merasakan desahan nafas pria berbau alkohol itu.

"Van....." Panggil Harvy lirih yang serasa sangat dekat di telinganya. Seketika bulu roma Devan berdiri, jantungnya berdegup kencang. Ia tidak sedang ketakutan, namun lebih dari itu.

"Aku tanya kamu sekali lagi, apa kamu tidak menginginkan sesuatu dariku?" Pertanyaan ambigu itu lagi yang membuat Devan hanya diam membisu. Apa yang ia inginkan dari seorang yang hilang ingatan seperti Harvy?

"Kalo kamu ingin tahu jawabannya, jangan pernah tanyakan disini." Bisik Harvy meletakkan telunjuknya di dada Devan, tepat diatas jantung pria itu. "Tapi...." Tangannya kemudian bergerak kebawah hingga dengan berani bersarang dibalik celana Devan. "Dia bilang ya, Van." Bisik Harvy lagi terdengar menggodanya.
______________

Di karyakarsa udah sampai chapter 19 yah guys. Yang nanya siapa seme siapa uke, jawabannya ada di sana🤭🤭🤭

Continue Reading

You'll Also Like

7.1M 349K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
916K 38.5K 65
Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba - tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi...
1.8M 87.1K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.5M 6.7K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...