Dear, KKN

By bluubearies

111K 13.9K 1.2K

Kisah tentang kegiatan kampus yang mengharuskan dua belas anak manusia hidup dan berbagi tempat tinggal selam... More

CAST - Keanggotaan KKN Desa Weringin
PROLOG - Kuliah Kerja Nyata
O1. Pembagian Kelompok
O2. First Meet
O3. Survei Pertama
O4. Tentang Desa Weringin
O5. Program Kerja
O6. Proposal & Dana
O7. Bimbingan Proposal
O8. Survei Kedua
O9. Posko KKN
1O. [ H-3 ] Keberangkatan
11. Keberangkatan KKN
12. Hari Pertama
13. Acara Syukuran
14. [ H-1 ] Penyuluhan Bank Sampah
15. [ D-Day ] Penyuluhan Bank Sampah
16. Musibah Tak Terduga
17. Khawatir
18. Sakit
19. [ Pelaksanaan Progker ] Bank Sampah
21. Progker Dulu, Liburan Kemudian
22. Kenangan Manis
23. Huru-hara Bendahara
24. Letupan Bahagia
25. Tom & Jerry
26. Yang Malang
27. Cerita Tentang Hari Ini
28. Tamu Tak Diundang
29. Berita Besar
30. "Lo Juga Cantik."
31. One Step Closer ✨
32. Hari Peresmian Perpustakaan
33. Kembali Pulang
34. Dana Gebyar KKN

20. Penghuni Lama

2.8K 397 41
By bluubearies

⚠️Warning
Disarankan untuk membaca di pagi atau siang hari.

-----

Entah ada yang salah dengan dirinya, Karin tidak tahu. Setelah percakapan singkatnya bersama dengan Renan di warung makan, ia menjadi lebih banyak tersenyum. Awalnya Karin tidak menyadari hal itu, sampai celetukan yang diberikan oleh Ajeng membuatnya kembali berpikir.

"Lo lagi seneng yaa? Kok gue perhatiin senyum-senyum sendiri dari tadi?"

Mungkin Karin bisa menjawabnya dengan mudah. Tapi ternyata Karin memilih untuk tidak menjawabnya dan hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Beberapa tahun silam saat kejadian tak mengenakan tersebut terjadi, Karin dan Renan memang tidak pernah terlibat suatu urusan. Hal itu diperkuat dengan adanya fakta kalau mereka tidak pernah terlihat bersama. Itulah salah satu alasan yang membuat keduanya kembali menjadi orang asing.

Sampai akhirnya kedua orang itu dipertemukan dalam program kampus, yaitu KKN—Kuliah Kerja Nyata. Walaupun rasa canggung itu masih Karin rasakan hingga sekarang. Setidaknya satu hal yang selalu mengganjal pikiran Karin akhir-akhir ini menemui kata usai.

         

Malam hari tidak ada yang istimewa, anggota KKN hanya berbincang-bincang ringan dan sesekali ada yang melempar guyonan. Tidak semuanya ikut berkumpul, karena sebagian dari mereka memilih untuk merebahkan diri—mungkin terlalu malas atau lebih tepatnya ingin menyimpan banyak-banyak energi untuk pekerjaan esok hari.

Suasana semakin larut, satu persatu anggota KKN bersiap untuk tidur. Tapi tidak dengan beberapa anggota laki-laki—Jendra, Hilman, Renan, dan Seno. Mereka berlima masih enggan beranjak meninggalkan tempatnya.

"Mau kopi nggak?" tanya Seno yang terlihat akan pergi ke dapur.

"Boleh. Lo yang bikin?" sahut Hilman.

"Gampang, btw pada ngopi semuanya, kan?" Semuanya tampak mengangguk. "Ada yang sesuai pesenan nggak?"

"Punya gue, gulanya banyakin."

"Diabet lo, Jen," ejekan Seno tersebut hanya ditanggapi kekehan ringaan oleh Jendra. Laki-laki itu tidak merasa terganggu sama sekali.

Sembari menunggu Seno yang menyeduh kopi. Keempat orang tersebut kembali terlibat dalam sebuah perbincangan kecil. Hingga Shasha keluar dari dalam kamar, lalu menghampiri mereka dengan muka bantalnya. "Ada yang mau ke belakang nggak? Sekalian anterin gue pipis."

"Di belakang ada Seno."

Mengingat fakta bahwa posko yang mereka tinggali kosong selama waktu 3 tahun, membuat setengah dari penghuni posko merasa takut. Apalagi kalau tengah malam harus melawan rasa buang air kecilnya. Hal tersebut sudah seperti momok yang harus semuanya hindari. Jadi mau tidak mau, anggota laki-laki harus bersedia dimintai tolong untuk sekedar mengantarkan ke kamar mandi.

Sedikit banyak tentang kamar mandi yang berada di samping dapur. Kamar mandi tersebut cukup luas jika dibandingkan kamar mandi pada umumnya. Bak besar berlapis porselen yang berisi air mengalir dari selang terlihat sangat bersih. Bagian bawah kamar mandi hanya beralaskan semen tanpa ubin.

Satu ruang kamar mandi dibagi menjadi dua bagian—untuk mandi dan buang air besar—terdapat tembok di tengah-tengah yang menjadi pembatas. Sedangkan pintunya terbagi menjadi dua.

Pintu pertama menghubungkannya dengan dapur—yang terlihat sangat reot, itulah alasan mengapa anggota KKN sedikit merasa was-was jika sedang mandi. Takut kalau tiba-tiba saja roboh. Kemudian yang kedua, pintu penghubung antara kamar mandi dengan dunia luar.

Sedikit aneh memang. Entah apa motivasi si pembuat sampai terinsipirasi dengan hal semacam itu. Pintu tersebut juga sama mengenaskannya seperti pintu sebelumnya. Bedanya kali ini terdapat lubang besar di tengah-tengah. Sehingga anggota KKN mengakalinya dengan menambalkan kardus mie instan di sana.

"Sen? Masih lama, kan, nyedunya?" tanya Shasha saat ia akan meraih ganggang pintu kamar mandi.

"Eh elo, Sha. Tinggal tuang doang, sih. Kenapa?"

"Tungguin gue, ya. Gue mau pipis. Bentar doang kok."

"Sippp."

Akan lebih baik jika Shasha mengajak salah satu anggota perempuan untuk menemaninya hingga ke dalam. Tapi mereka semua tidak ada yang bisa dibangunkan. Atau mungkin sama takutnya dengan dirinya. Pencahayaan di dalam kamar mandi cukup redup. Di tambah lagi bagian satunya tidak diberi lampu, sehingga menambah kesan horor bagi yang menumpang buang air di sana.

Selama berada di dalam, sebisa mungkin Shasha tidak memikirkan hal-hal aneh. Ia bahkan menyenandungkan sebaris lirik dari penyanyi yang disukainya. Sayangnya semakin lama ia mencoba memikirkan hal-hal positif, beberapa kemungkinan buruk mulai melintas di kepalanya.

Sampai tanpa sengaja, Shasha mendengar bunyi ranting patah. Oh, mungkin itu batang pohon yang jatuh, batin Shasha. Namun Dewi Fortuna tidak mengamini ucapannya. Karena pasca Shasha menyiramkan air ke lantai kamar mandi, ia merasa ada sesuatu yang berdiri di belakangnya. Shasha tidak berani monoleh, sebab akan terlalu beresiko untuknya. Takut-takut kalau ia melihat sesuatu yang tidak pernah ia inginkan.

Dan saat Shasha akan menuju ke arah pintu, ekor matanya benar-benar menangkap sesuatu itu. Tubuhnya mendadak kaku, sebab ini adalah pertama kalinya ia melihat sosok yang tidak pernah ia lihat selama hidupnya.

"Sha, kok lama. Lo gapapa, kan?"

Terdengar ketukan dari arah pintu. Pasti Seno mengkhawatirkannya karena tidak kunjung keluar. Dan anehnya, ketika Seno menyerukan pertanyaan tersebut, sosok yang sempat dilihat oleh Shasha menghilang entah kemana. Lalu secepat kilat Shasha segera membuka pintu kamar mandi. Dan ia disambut dengan keberadaan Seno di depan sana.

"Lo lagi boker? Dipanggilin nggak nyaut dari tadi."

"I-itu gue. I-iya, gue lagi boker, hehe."

"Bentar deh, kayak ada yang aneh…" Seno menelisik kembali perempuan yang ada di hadapannya. Memang ada yang aneh dari gelagat Shasha dan Seno dapat menangkap itu. "Kenapa sama muka lo? Kok tiba-tiba pucet banget? Lo sakit?"

"Eng-enggak. Gu-gue gapapa kok. Gue mau balik dulu," dengan gerakan cepat, Shasha lekas menuju ke kamar anggota perempuan dan meninggalkan Seno yang masih kebingungan di tempatnya.

"Lama banget busettt. Ketiduran apa gimana?" Hilman membantu Seno untuk meletakkan gelas kopi di hadapan yang lain.

"Kan, gue nungguin Shasha dulu. Yang lama Shasha, bukan gue. Tapi ada yang aneh deh."

"Aneh kenapa?" tanya Jendra setelah menyeruput kopi miliknya. "Kurang manis nih kopinya."

"Anjir, Jen. Itu gulanya udah banyak ya. Lo kalau mau diabetes jangan acak-acak persediaan gula di dapur dong." Jendra hanya terkekeh renyah. "Tadi mukanya Shasha pucet banget pas waktu keluar dari kamar mandi. Padahal pas masuk dia baik-baik aja. Anaknya juga kayak ketakutan gitu."

"Oh, pasti habis diajak kenalan sama penghuni sini."

Seketika semuanya diam. Hilman yang awalnya sibuk memperhatikan Seno, kini mengalihkan pandangan ke arahnya. Jendra yang tengah asyik meminum kopi sampai terbatuk lantaran kaget dengan ucapan Renan yang tiba-tiba.

"Lo….tau?" tanya Seno

"Tau."

"Pernah lihat juga?" sambung Jendra.

"Pernah."

"Kapan?" Hilman penasaran.

"Kalau nggak salah sehari setelah kita tinggal di sini."

"Terus kenapa nggak bilang?"

"Takut yang lainnya jadi takut." Renan mengendikkan bahunya asal. "Paham maksud gue, kan? Yang tinggal di sini bukan cuma lo, lo, dan lo doang. Ada anak-anak cewek. Jadi gue lebih pilih diem aja. Daripada mereka tahu terus nggak betah di sini."

"Lo takut nggak?" Seno tampak tertarik dengan pembahasan kali ini.

"Dikit."

"Gimana bentukannya," sepertinya Jendra juga.

"Kok jadi ngomongin jurik?"

"Jangan disebut, Hil. Ntar dateng loh."

"NGGAK LUCU RENAN ANJING!!!"

* * *

"Pagiku cerahku, matahari bersinar. Ku genggam tas merahku…," sembari menjemur pakaian, Sella mendendangkan sebuah lagu anak-anak yang kerap ia dengar sewaktu kecil. Pagi hari ini tampak cerah terlebih lagi embun yang menambah kesegaran.

Shasha dengan muka bantalnya baru saja keluar. Perempuan itu terlihat kurang tidur. Terbukti dengan adanya mata panda yang menghias di bagian bawah mata. Rupanya tadi malam, Shasha tidak bisa tidur karena masih terus terbayang dengan sosok yang ada di dalam kamar mandi. Sebenarnya Shasha ingin menceritakan tentang ini pada teman-temannya. Tapi Shasha takut suasananya akan menjadi tidak menyenangkan.

"Sel, yang lain pada kemana? Kok sepi?"

"Jendra, Yesmin, Hilman, Ajeng ada di belakang. Kalau Talia, Jev lagi beli persediaan makanan. Karin sama Renan lagi ke balai desa. Kayaknya sih lagi lihat-lihat tempat yang bakal dijadiin perpustakaan. Tuh mereka baru dateng."

Jarak dua rumah dari posko, Renan dan Karin sedang berjalan santai. Keduanya tampak terlibat dalam perbincangan. Shasha yang masih berdiri menyandar pada dinding dekat pintu masih menunjukkan wajah malasnya. Perempuan itu masih mengantuk. Ingin rasanya Shasha pergi tidur, tapi ia takut tidur sendirian. Karena kejadian malam tadi, tingkat keparnoannya jadi semakin tinggi.

"Beler banget tuh muka. Pasti habis diajak kenalan ya?" Renan yang sudah sampai bersama Karin pun langsung melemparkan pertanyaan kepada Shasha. Shasha jelas saja terkesiap.

"Ha? Kenalan?" Bukan Shasha melainkan Sella yang sudah selesai dengan jemurannya.

"Iya."

"Kenalan sama siapa, Sha?" Karin jadi ingin tahu.

"Sama hihihihihi."

"Kenapa pake diingetin sihh!!!" kesal Shasha karena Renan memperjelas penglihatannya kemarin. Shasha juga tidak merasa heran kenapa Renan bisa tahu. Palingan Renan tahu tentang kejadian semalam karena Seno yang menceritakannya.

"Makanya kalau punya rambut jangan panjang-panjang."

"Hubungannya apa sama rambut panjang?"

"Lo dikira temennya kali. Jadinya disamperin."

Ingatkan kalau Renan itu sebenarnya cukup menyebalkan. Sekarang Shasha merasakannya sendiri. Laki-laki itu bahkan menertawakan kesialannya.

Renan saat rapat dan progker sangat berbeda dengan kesehariannya.

Sella serta Karin yang tidak tahu maksud pembicaraan mereka hanya bisa beradu pandang. Hingga Karin dengan wajah polosnya mulai bertanya, "emangnya kita mau punya temen baru?"

"Iya. Tunggu diajak kenalan satu-satu dulu yaa," ujar Renan sebelum berlalu dari sana sembari menunjukkan senyum misteriusnya.

"Emang kenapa, Sha?"

"Gapapa. Nggak usah didengerin si Renan. Emang tuh cowok agak gila."

Dalam hati Shasha berharap agar ucapan Renan tidak benar-benar terjadi. Apa jadinya jika selama beberapa minggu ke depan satu posko dibayangi-bayangi dengan teman yang dimaksud oleh ketua KKN-nya tersebut. Pasti akan sangat menakutkan. Dan Shasha tidak mau membayangkan hal itu.

         

To be continued.

* * *

Jangan lupa tinggalkan jejak🐾

Stay healthy semuanya.

Salam hangat,

         

Dia.

Continue Reading

You'll Also Like

39.2K 6.7K 43
STM dan SMEA bukankah sama-sama SMK? Lantas apa sebenarnya yang membedakan dua sekolah kejuruan itu? Perbedaan yang sangat jelas terletak dari jurusa...
30.8K 2.6K 36
KKN atau Kuliah Kerja Nyata. Mata kuliah 3 SKS ini mewajibkan 1 kelompok untuk tinggal bersama selama satu bulan untuk menjalankan berbagai proker de...
1K 269 28
Hidup sebatang kara dan terlalu sering dibully, membuatnya hampir melakukan percobaan bunuh diri. Bella Auryn Dealova kini kembali muncul setelah 1 t...
133K 13.8K 65
Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun berlalu dan satu persatu mereka semua ber...