Om Kos

By PurpleCatCritters

47.2K 2.4K 6.6K

๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž Cerita ini mengandung banyak konten dewasa, dark jokes, sarcasm, gore, you name it. Read on your own r... More

๐Ÿ‡ตโ€Š๐Ÿ‡ทโ€Š๐Ÿ‡ดโ€Š๐Ÿ‡ฑโ€Š๐Ÿ‡ดโ€Š๐Ÿ‡ฌโ€Š.
1. Si Cantik.
3. Homeless.0
4. Si Nyonya.0
5. Si Kekar.
6. Si Om.
7. Si Eksentrik.0
8. Deja Vu.0
9. Si Tuan Rumah.0
10. Pernah Tau.0
11. First Sight.0
12. Playing Victim.0
13. Sleep Call.0
14. Tasty.0
15. Stalking.0
16. Worth It.0
17. Impressions.0
18. Pulang.
19. Tanggung jawab.
20. Bu Dosen.
21. Calon Istri.
22. Overall.
23. Rapuh.
24. Dendam.
25. Maaf.
67. Rindu
๐”ธ๐•ฃ๐•–๐•ค ๐”ป๐•จ๐•š๐•ก๐•’๐•Ÿ๐•˜๐•˜๐•’
๐•„๐•’๐•ฃ๐•š๐•ค๐•œ๐•’ ๐”ธ๐•Ÿ๐•˜๐•˜๐•’๐•ฃ๐•’
โ„‚๐•’๐•ค๐•ฅ ๐•ƒ๐•’๐•š๐•Ÿ๐•Ÿ๐•ช๐•’
โ„‚๐•’๐•ค๐•ฅ ๐•๐•’๐•š๐•Ÿ๐•Ÿ๐•ช๐•’ (part 2)
โ„‚๐•’๐•ค๐•ฅ (deceased)
๐Ÿ‡ตโ€Š๐Ÿ‡บโ€Š๐Ÿ‡งโ€Š๐Ÿ‡ฑโ€Š๐Ÿ‡ฎโ€Š๐Ÿ‡ธโ€Š๐Ÿ‡ญโ€Š๐Ÿ‡ชโ€Š๐Ÿ‡ฉโ€Š
๐Ÿ‡ดโ€Š๐Ÿ‡ฒโ€Š ๐Ÿ‡ฐโ€Š๐Ÿ‡ดโ€Š๐Ÿ‡ธโ€Š ๐Ÿ‡ฉโ€Š๐Ÿ‡บโ€Š๐Ÿ‡ฆโ€Š

2. Si Stripper.

1.8K 75 142
By PurpleCatCritters

"Ibu kos nggak tinggal di sini?" tanyaku.

Monik tertawa kecil. "Om Ares masih single," katanya sambil membuka pintu kamar yang paling ujung.

Monik masuk duluan dan menyalakan lampu kamar. Dia meletakkan tasku di lantai dan melambaikan tangannya, memberi isyarat agar aku masuk.

Aku melongo. Kamar ini fasilitasnya udah kayak hotel berbintang, sih. Dilengkapi dengan AC dan queen sized bed, juga ada customized bed side table yang menempel ke dinding di kedua sisinya, terbuat dari kayu yang satu tema dengan headboard. Built in closet dengan meja rias, jendela kaca dan balkon yang menghadap ke halaman.

Di kamar tersebut juga ada sofa dengan side table dan juga meja dengan recliner chair. Belum lagi kamar mandinya yang dilengkapi bathtub, shower, water heater, dan wastafel marmer yang cerminnya aja harganya pasti di atas lima juta.

"Mampus, udah pasti gak bisa bayar sih ini, aku," keluhku. Monik nyengir.

"Sini pus, tante hairdryer, biar Mama mandi dulu ...," kata Monik pada kucing di ranselku, aku tertawa mendengar caranya berbicara pada Pippo seolah kucing ini akan mengerti, dan melepas ranselku untuk kuberikan pada Monik.

"Namanya Pippo," kataku.

Monik meninggalkan kamar yang sekarang dan entah sampai kapan akan jadi milikku ini. Aku segera membongkar tas besar di di lantai untuk memisahkan barang yang basah dengan yang kering, yang bersih dengan yang kotor, serta menyiapkan toilet box dan makanan untuk Pippo. Setelahnya aku mandi dan keramas dengan air hangat. Sisa barang-barang yang masih berserakan akan kubereskan setelah mandi.

Saat aku keluar dari kamar mandi Monik sedang duduk di karpet sambil memangku Pippo yang sudah hampir kering. Tangan kanannya memegang hairdryer, sementara tangan yang kirinya menyisir bulu Pippo dengan jari-jarinya.

"Udah cukup," katanya.

Pippo melompat turun dari pangkuannya dan langsung menghampiri mangkuk makanan, mengendus lalu makan dengan lahap. Kayaknya dia nggak perlu beradaptasi sama tempat baru yang nyaman ini.

Monik yang sudah menghapus semua makeup dari wajahnya, kini mengenakan kaus oversized warna putih dan celana bali pendek bermotif bunga-bunga warna hijau. Rambutnya dikuncir ekor kuda. Saat ini dia terlihat lebih imut daripada saat mengenakan 'seragam'nya.

Monik Raven Lukito

"Makasih udah bantuin," ucapku sungkan.

Aku mulai merapikan barang-barangku. Tanpa kuduga, Monik tetap berada di situ, mengarahkan hairdryer-nya ke kepalaku sambil menemaniku bekerja.

Kulihat Monik tersenyum. "4 tahun lalu aku diusir dari rumah. Aku gak punya apa-apa selain bakat nge-dance. Ares tampung aku di sini, aku gak dibolehin bayar kos sampek setahun kemudian. Masalah uang kos tenang aja, Ares nggak butuh duit segitunya. Yang pasti kami bakal jadi keluarga baru buat kamu."

Aku terharu, sungguh. Tunggu dulu ...

"Terus kalau semua yang ngekos di sini cewek, maaf ... apa yang gak ada yang kecantol sama si Om, secara-"

Belum juga aku selesaikan kalimatku, Monik sudah tertawa. "Kayaknya Elu yang bakal bisa meluluhkan hati Om Ares," katanya.

Waduh!

Aku mengangkat tanganku, "Bukan gitu maksudku-"

Monik ngakak. "Elu kira gue gak liat apa, when you gawking on him earlier (kamu ngiler liatin dia tadi). Dan meskipun cuma sedetik aku lihat si Om looking at you in the same way (menatapmu dengan cara yang sama). Muka lu merah, Mar! Hahahahahah! Sorry, gue lebih nyaman ngobrol pakai gua-elu daripada aku-kamu."

"Aku nggak berniat gitu, Moniiik!" cicitku.

"Gua ... lesbi, Mar. Lu pikir kenapa gua diusir?" Dia tertawa kecut. "Papah ngegeb gua ciuman sama mantan di mall. Ptlangnya, gue open up ke ortu dan diusir. Waktu itu gua udah diterima masuk kuliah di Unair, untungnya uang gedung udah dibayar. Dengan uang yang gue punya waktu itu, gua nekat naik kereta dari Jakarta ke Surabaya. Lalu cari kos dekat kampus dan ketemu rumah ini."

Wow.

"Sorry," ucapku.

Monik menggedikkan bahunya. "Anna udah anggap Ares seperti adiknya sendiri. Mishka selibat, dan Ruby sama sekali bukan tipenya Ares, jadi gak ada kemungkinan penghu i di sini bisa luluhin hati Ares," katanya. Aku mengangguk-angguk mengerti.

"Lalu kerja begini, nggak takut diapa-apain orang? Kamu cantik gini."

Dia tertawa, "Thanks. Gak ada yang bakal main-main sama gue, Mar. Gue jago karate," dia nyengir.

Aku berdiri untuk memasukkan buku-bukuku ke rak buku di samping lemari dan Monik mematikan hairdryer-nya. Pippo sudah lompat ke atas tempat tidur sedari tadi, setelah makanan di mangkuknya kosong.

"Gue gak tau harus kerja apa lagi. Tapi untuk sekarang, ini cukup profitable. Gue bisa beli mobil, penuhin kebutuhan hidup, nabung ... gue harus nabung yang banyak cepet-cepet karena beberapa tahun ke depan udah harus coas, mau gak mau gue harus berhenti kerja. Kalau udah buka praktek sendiri gua udah janji ke diri sendiri gak bakal stripping lagi, kecuali untuk pacar dan diri gue sendiri."

Penjelasannya membuatku berpikir bahwa gak cuma aku di dunia ini yang hidupnya susah.

"Monik ambil kedokteran?" tanyaku, dia mengangguk.

"Spesialis anak, on the way," dia tersenyum bangga.

"Hebat!" pujiku.

"I know," dia mengedipkan mata, membuatku tertawa.

"Lalu pacarmu yang sekarang?" tanyaku pada Monik. Kurasa aku nggak perlu sungkan lagi untuk tanya hal pribadi padanya, seperti dia padaku.

"Anna. Dia sekamar sama aku, nanti aku kenalin. Sekarang ayok ke bawah dulu, Ares udah nungguin."

Aku mengangguk dan mengikutinya kembali ke lantai satu. Di lantai satu, si Om yang sekarang pakai atasan kaos fitted warna putih dan dilapisi apron, sedang sibuk memasak di dapur.

Dia mengaduk masakan di dalam panci dengan sendok sayur, menyendok dan menuangkan sedikit isi panci di sebuah sendok, lalu meniup dan mencicipinya. Setelah itu diaduknya kembali isi panci, dan dimatikannya api kompor.

Ya Tuhan! Udah ganteng, bisa masak, tajir-

Tunggu dulu, sejak kapan aku doyan om-om?

Aku mikir apa, sih?!
Kayaknya otakku korslet gara-gara kehujanan, deh.

Pria yang rupanya menyadari keberadaan kami tersebut menoleh ke belakang sambil melepas apronnya untuk digantung di samping oven mitt, di gantungan besi dengan desain rustic yang menempel di salah satu sudut dinding dapur.

"Duduk dulu," katanya sambil menggedikkan dagunya ke arah pantry.

Monik menarik tanganku untuk jalan ke arah situ, menyeret dua buah kursi, duduk di salah satunya, lalu menepuk kursi di sampingnya. Aku duduk di tempat yang disediakan Monik bersamaan dengan si Om menaruh nampan berisi tiga buah mangkuk di atas meja pantry.

Asap mengepul dari sup yang masih panas. Dia meletakkan masing-masing mangkuk di hadapan kami lalu kembali ke dapur untuk meletakkan nampan berbahan bambu tersebut di dalam bak cuci piring. Dia menarik kursi pantry dan duduk di hadapanku.

"Ambilin minum, Nik! Aku air putih aja, kamu pilih aja apa yang ada di kulkas," perintahnya pada Monik, "Mariska mau minum apa?"

Entah kenapa mendengar namaku terucap dari bibirnya membuat bulu kudukku berdiri. Aku benar-benar gak paham bagaimana bisa orang yang baru saja kutemui memiliki efek seperti ini pada diriku.

.
𝕁𝕒𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕝𝕦𝕡𝕒
🇰 🇱 🇮 🇰 ⭐🇻 🇴 🇹 🇪 
𝕕𝕒𝕟 𝕥𝕚𝕟𝕘𝕘𝕒𝕝𝕜𝕒𝕟 𝕜𝕠𝕞𝕖𝕟𝕥𝕒𝕣

Continue Reading

You'll Also Like

90.6K 4.1K 55
Ada pepatah bijak mengatakan, jangan pernah menceritakan kelebihan, kebaikan pasangan kalian pada orang lain. Karena itu sama halnya membuka jalan d...
328K 2.4K 6
HANYA UNTUK 25+++ Hasrat dalam tubuhnya meringkik-ringkik seperti kuda. Ia tahu ini dosa, ini haram, tapi Hasna sama sekali tidak paham, kenapa ia bi...
28.1K 928 4
Rere sangat syok saat tahu papanya yang sudah berumur 75 tahun , memutuskan untuk menikah lagi dengan janda cantik berumur 50 tahun . Sebagai konseku...
242K 7.1K 18
TELAH TERBIT TURUN RANJANG Ketika kau terjebak dalam sebuah pernikahan. Dimana harus menikahi kakak iparmu paska kepergian istrinya Sementara ada pri...