abort mission • jayseung - ja...

By flavorush

120K 22.3K 4.7K

[COMPLETED] Ketika Heeseung hampir putus asa karena dia 'gagal sebelum berjuang', sesuatu yang baru menghampi... More

# prolog
# 1
# 2
# 3
# 4
# 5
# 6
# 7
# 8
# 9
# 10
# 11
# 12
# 13
# 14
# 15
# 16
# 17
# 18
# 19
# 20
# 21
# 22
# 23
# 24
# 25
# 26
# 27
# 28
# 29
# 30
# 31
# 32
# 33
# 34
# 35
# 36
# 37
# 38
# 39
# 40
# 41
# 42
# 43
# 44
# 45
# 46
# 47
# 49
# 50
# 51
# 52
# 53
# 54
# 55
# 56
# 57
# 58
# 59
# 60
# epilog
# tertanda, j
sequel : new mission

# 48

1.1K 252 83
By flavorush

Headnote : vote dan komen yang banyak mempengaruhi kecepatan update HAHAHA.

Seriusan ini. Jadi please be excited buat fanfic ini meski aku lama update yaaa, udah mau tamat loh (masih lama sih, 16 chap lagi).... Tapi ya gitu, kalau bisa komen tolong sempetin yaa give this book so much love <3

.

.

.

"Halo semuanya~! Selamat datang di radio sekolah sesi istirahat kedua! Kembali lagi dengan Penyiar Hamster di sini!"

Confess It Out kembali mengudara setelah dua minggu vakum karena persiapan waktu UTS. Di meja kontrol ada Jungwon dan Aeri. Heeseung tersenyum kecil, sepertinya anak kelas 11 sudah mulai mengajarkan anak kelas 10 untuk menjadi operator.

"Gimana, nih, dengan ujiannya kemarin? Musingin? Kalau aku pribadi, sih, pusing kerjainnya. Semoga nilai kita semua sesuai dengan usaha yang udah dikerahkan ya!" Heeseung sedikit merengut saat ingat betapa berengseknya soal fisika dia saat UTS kemarin. "Semangat buat melanjutkan sisa semester ganjil. Katanya UAS sebulan lagi, lho~"

Heeseung memegang naskah CIO hari ini. Sepertinya tidak banyak pernyataan yang harus ia bacakan.

"Oke kalau begitu, kita lanjut ke bagian yang paling kalian tunggu-tunggu! Yey!" Heeseung bertepuk tangan kecil di dekat mikrofon. "Ada yang bisa tebak, gak, kalau hari ini bakal ada keseruan apa yang bisa kita dengarkan? Dururururu.... Ayo komentar di IG klub penyiaran sebagai tanggapan untuk episode kali ini, ya~"

Siaran belangsung dengan lancar. Confession semuanya sederhana, kebanyakan dari sana hanyalah curhat dan beberapa rencana liburan yang sudah dibuat terlalu cepat. Heeseung menanggapinya dengan cengiran kecil, sesekali matanya melirik Jungwon yang sepertinya kebingungan dalam mengoperasikan alat-alat kontrol.

Begitu lampu tanda 'On Air' dimatikan, Heeseung menghela napas lega sambil menjauhkan mikrofon dari wajahnya.

"Kayaknya Jungwon masih kewalahan buat pegang kontrol, ya?" tanya Heeseung ke Aeri. Jungwon sendiri langsung noleh terus cengengesan. "Tadi aku liat kamu hampir matiin filter suara, lho."

"Huhuhu, maaf ya Kak!" Jungwon langsung menyatukan kedua tangannya dan membentuk pose minta maaf. Heeseung meringis. "Untung Kak Aeri langsung pukul tanganku! Kalau gak gitu, mungkin suara asli Kakak langsung kedengeran."

Heeseung terkekeh. Aeri langsung memandang nyalang Jungwon. "Lain kali, perhatiin ya aku ngomong apa! Warna tombolnya beda jauh, lho, masa hampir salah!"

Mendengar perdebatan Aeri dan Jungwon yang kemungkinan besar akan lama selesainya, Heeseung mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan klub. "Beomgyu mana?" tanya Heeseung begitu sadar bahwa tidak ada pemuda absurd yang menjabat sebagai ketua klub di ruangan ini.

"Urusan sama OSIS," jawab Aeri. "Dia nitip pesan buat lo. Katanya nanti langsung ketemuan aja di Ruang OSIS pas mau rapat progres."

"Oh, oke kalau begitu."

Setelah Heeseung mendudukan dirinya di salah satu kursi sambil menikmati waktu istirahat yang tersisa, dia membuka ponselnya. Tidak ada pesan baru dari Jay, mereka terakhir kali berkirim pesan tadi pagi untuk saling bilang selamat pagi. Heeseung menghembuskan napas keras. Sepertinya Jay juga lagi sibuk dengan urusan ekskulnya.

Ponsel Heeseung bergetar. Mata Heeseung melebar, dia buru-buru membuka layarnya sebelum rasa excited-nya menurun saat menyadari pesan masuk itu bukan dari Jay. Dengan sedikit berat hati, Heeseung membuka dan membalasnya.

Jake

Nanti mau duduk sebelahan?
Klub penyiaran sama sepak bola

Boleh
Biar lebih gampang koordinasinya

Okay then
Anyway, good job for today!
Udah lama gak denger lo siaran haha

Thanks
Cuma libur dua kali, gak ada lama-lamanya wkwk

Bibir Heeseung tersenyum tipis.

   

   

    

    

    

Jay tidak tahu kenapa ia harus sedikit merasa tegang pada hari ini.

Sedari pagi, ia coba mendistraksi diri. Mulai dari berangkat lebih siang dari biasanya, tidak memegang ponsel, mencoba fokus ke pelajaran (sekalipun sulit karena Jay tidak suka sejarah), dan banyak hal lainnya.

'Tidak ada yang spesial dari hari ini,' batinya mencoba memberi reassurement sekali pun rasanya percuma. Dia memainkan pulpen di tangannya. 'Gak ada. Harusnya gue biasa aja.'

Namun, apa definisi dari 'biasa aja' baginya?

Di jam istirahat kedua, Jay bermain game di belakang kelas seperti biasa. Ada Jimin yang berteriak-teriak kesal sementara Jake cuma tertawa-tawa. Ada Guanlin yang bermain dalam diam karena lebih pilih mengemut permen kaki. Youngbin pilih berhenti main, anak itu sudah rebahan di lantai dari tadi.

Speaker di kelas berbunyi.

"Oh, udah CIO, ya." Suara Jake ikut terdengar bersamaan dengan suara Penyiar Hamster yang selalu berkumandang tiap hari Kamis. "Gue sampai lupa."

"Lo dengerin acara kayak gituan?" tanya Guanlin. Pemuda itu akhirnya bersuara lagi setelah sedari tadi pilih diam.

"Iya, hahaha. Lumayan seru, kok, dengerinnya," jawab Jake. Hal tersebut membuat Jay nyengir kecil lalu menggeleng-gelengkan kepala.

"Jake, kan, orangnya agak drama. Seneng dia kalau dengerin curhatan orang kayak gitu," jelas Jay. Dia merenggangkan lengannya. "Bagi gue pribadi, CIO itu ngebosenin. Cuma, ya, kadang ada yang seru buat didenger."

"Sama." Youngbin yang sedang rebahan ikut angkat bicara. "Apalagi kalau udah cinta-cintaan atau malah ngajak ribut. Ampas."

"Ohh, kirain gue doang yang gak begitu suka denger acara ini," kata Guanlin. "Kadang yang baca confession-nya drama parah. Gue yang dengernya kayak merinding sendiri."

Jay mengangguk setuju. Sekali pun dia akui bahwa pembawaan dari Penyiar Hamster itu menariknya, menurutnya terkadang sang penyiar terlalu berlebihan. Karena penyiar CIO adalah anonim, dia menduga bahwa penyiar acara CIO adalah anak cewek alay yang mungkin saja jadi bagian dari salah satu anak hits di sekolah.

Pernah suatu ketika Jay tanya ke Nicholas; siapa sebenarnya Penyiar Hamster. Akan tetapi, Nicholas benar-benar tutup mulut.

"Menurut gue asik-asik aja, kok, pembawaan si Hamster," komentar Jimin. Dari suara ponselnya, Jay bisa mendengar kalau pemuda itu baru saja menang main game. "Kalau menurut lo dia terlalu dramatis, kayaknya karena dia ngikutin demand dari pendengarnya sendiri. Iya, kan, Jake?"

"Eh, kok jadi gue?" Jake bertanya dengan ekspresi bingung yang jelas.

Jimin mendengus sebelum memukul kepala Jake dengan main-main. "Kan, lo yang langganan dengerin CIO."

Mata Jake mengerjap-erjap singkat lalu dia mengangguk. "Oh, yaa. Gitu deh, based on research emang kalau sesuatu yang dibawain dengan sedikit dramatis jauh lebih memikat buat didenger." Jake kemudian tersenyum tipis. "Gak masalah kalau kalian gak suka. Target pendengarnya bukan kalian."

Alis Jay terangkat sebelah. "Lo termasuk dari target pendengarnya berarti?"

Senyum di bibir Jake berubah menjadi seringai.

Jay tahu seringai itu, dia sebagai teman dekat Jake sangat mengetahuinya. Itu sebuah seringai jenaka yang biasa Jake tunjukan sebelum dia mulai main—senyum di mana ambisi dan adrenalin Jake sedang menyala.

"Kinda?" Jawaban Jake diakhiri dengan nada tanya, tetapi ia tidak terlihat ragu. "Kalau ada fanclub khusus Penyiar Hamster, gue dengan sukarela daftar masuk ke dalamnya."

Pernyataan Jake membuat Jay, Guanlin, dan Youngbin tergelak kuat. Jay yang paling keras, dia sampai memegangi bahu Guanlin. Jimin sendiri hanya terkekeh ringan sambil geleng-geleng kepala.

"Dalam kata lain, lo nge-simp Penyiar Hamster?" Jay bertanya. Dia tidak berniat mencemooh Jake, ini hanya fenomena tidak biasa.

Jake tidak seterbuka manusia lain di circle mereka soal cinta-cintaan. Dia manusia paling datar dan no life bila tidak berurusan dengan klub sepak bola dan akademis.

Balasan yang Jay terima cuma bahu Jake yang terangkat. Sebelum siapa pun dapat melanjutkan, Jake menyeringai makin lebar kemudian bangkit dari posisi duduk lesehnya.

"Gue gak tau istilah tepatnya." Jake kemudian menepuk-nepuk pucuk kepala Jay dengan santai. "Btw, gue mau balik ke kelas dulu ya. Ada urusan."

Jake tidak menunggu lagi jawaban. Dia benar-benar langsung melenggang pergi setelah Youngbin mengiyakan.

Begitu Jake pergi, Jay dan Guanlin bertukar pandang.

"Dia gak marah sama kita, kan?" tanya Jay bingung.

Guanlin ikutan mengangkat bahunya. "Orang kayak Jake gak mungkin marah karena hal sepele," gumam Guanlin. "Dan dia senyum. Gak ada aura marahnya.'

"Alah, gausah dipikirin banget." Jimim berdecak. "Ayo main lagi!"

Lucu juga melihat Jake mendadak jadi seperti bucin hanya karena seorang penyiar radio sekolah yang bahkan namanya saja tidak ada yang tahu.

  
  
   
  
    
 
 

Ruang OSIS masih sepi. Heeseung merutuki kebiasaannya yang bisa stres kalau datang tidak setengah jam sebelum waktu yang ditentukan.

Meskipun sepi, ruangan yang besar dan mirip ruang rapat itu sudah terisi beberapa orang. Tidak banyak, Heeseung tidak kenal semuanya. Dia cuma tahu Riki, si anak kelas 10 tinggi yang menjadi wakil koordinator dalam projek gabungan ini, dan Jungwon yang sedang duduk di sebelah Riki sambil sibuk mengetik di laptopnya.

"Halo, Kak Heeseung!" Jungwon menyapa Heeseung begitu Heeseung memasuki ruangan dengan sungkan. "Ayo duduk! Rikiii, tolong arahin Kak Heeseung harus duduk di mana buat klub penyiaran."

Riki langsung berdiri. Dia menghampiri Heeseung dan mengulas senyum kasual. Ganteng, sih, tidak kalah dengan Jay.

"Tadinya saya udah atur tempat Kakak buat agak di depan, tapi ternyata Kakak udah janjian buat duduk sebelahan sama Kak Jake yaa." Riki mengarahkan Heeseung ke tempat duduk yang agak di tengah.

Heeseung mengerjap. "Oh, kamu kenal Jake?" tanyanya.

"Lumayan. Saya suka ikut sparring bareng Kak Jake, tapi belum tertarik masuk ekskulnya," jelas Riki. Heeseung mengangguk-angguk.

"Kenapa gak masuk aja? Klub sepak bola kita bagus, kok. Jake sebagai kapten juga bagus performanya," ujar Heeseung. Riki berhenti di sebuah meja. Heeseung bisa lihat di atas mejanya ada kertas bertuliskan Klub Penyiaran.

"Semester depan kayaknya saya mau masuk, Kak," kata Riki. Dia menarik kursinya untuk mempersilahkan Heeseung duduk—membuat Heeseung sedikit memerah karena perlakuan itu. Dia mengucapkan terima kasih dengan halus.

Apa semua orang yang datang ke rapat OSIS dilayani seperti ini? Keren juga OSIS sekolahnya.

"Di sebelah kiri nanti Kak Beomgyu yang duduk, di sebelah kanan baru perwakilan ekskul sepak bola," jelas Riki. Heeseung mengangguk. "Tunggu dulu di sini ya, Kak. Saya ambil minum dulu untuk Kakak."

Sebelum Heeseung bisa menolak, adik kelasnya itu sudah lebih dulu pergi. Heeseung membentuk senyum ketat yang tipis.

Dia mengambil ponselnya, sudah mengumpulkan niat untuk memaki Beomgyu untuk cepat datang. Masih belum ada pesan dari Jay untuknya dan senyuman ketat Heeseung semakin ia tarik.

Miris betul hidupnya. Dia tidak berani bertanya langsung ke Jay karena takut dicurigai, tetapi bila berdiaman terus seperti ini Heeseung malah gelisah dan khawatir.

Apakah ia berbuat salah? Apa kemarin ia terlalu dekat dengan salah seorang temannya sampai Jay marah? Heeseung tidak tahu, dia tidak mau menebak terlalu jauh.
 
Harapannya sekarang semoga Jay baik-baik saja dan mau bercerita kepadanya setelah ia sampai di rumah.

"Permisi."

Jari Heeseung baru mengetikan kata 'Beomgyu' ketika suara itu terdengar.

Suara seseorang yang bisa membuatnya terdiam dan menoleh. Suara yang ia kenal baik, yang tidak pernah luput dari ingatannya.

"Jay?" Heessung bergumam bingung. Dia benar-benar menoleh ke arah pintu ruang OSIS.

Matanya membesar ketika ia menemukan figur Jay berdiri di depan pintu ruang OSIS. Heeseung tidak ingat Jay pernah bilang kepadanya kalau dirinya menjadi perwakilan ekskul untuk OSIS.

Jungwon, yang kebetulan sedang di dekat pintu dengan menenteng laptopnya, juga menoleh.

"Oh, Kak Jay." Pemuda itu terlihat biasa saja ketika melihat Jay. Jay pun tersenyum ketika melihat sosok Jungwon. Heeseung juga tidak ingat kalau Jay kenal dengan Jungwon.

Mendadak, Heeseung menyadari kalau banyak hal yang tidak diketahuinya.

"Wonyoung-nya ada?" Heeseung mendengar Jay bertanya.

"Ada," kata Jungwon. "Mau masuk dulu Kak? Nanti saya panggilin."

"Gak usah." Jay menggeleng lalu tersenyum tipis. "Gue tunggu di luar aja, Won."

Jungwon mengangguk. "Oke, Kak. Bentar ya."

Begitu Jungwon berbalik untuk memanggil seseorang bernama Wonyoung—yang ternyata merupakan adik kelas cantik dengan tubuh sangat tinggi dan wajah imut–Heeseung bisa lihat Jay juga berbalik pergi dan sedikit pun bagian tubuhnya tidak terlihat dari Heeseung.

Bilang saja Heeseung gila, tetapi dia pilih bangkit dari tempat duduknya begitu ada perasaan yang tidak nyaman terbentuk di hatinya.

Dia tidak tahu apa tujuan Jay mencari adik kelas bernama Wonyoung tersebut, namun Heeseung—dengan agak keras kepala—mendadak ingin tahu.

Dia akan berbasa-basi singkat dengan Jay. Bila urusannya tidak begitu krusial, Jay pasti memperbolehkan Heeseung berada di sisinya.

Langkahnya menuju ambang pintu terhenti ketika melihat sebuah badge kecil yang tersemat di saku kemeja seragam Wonyoung.

Badge khusus perangkat kelas. Ada tiga warna; merah untuk ketua, hitam untuk wakil, kuning untuk bendahara, dan biru untuk sekretaris. Tidak harus selalu digunakan, tetapi setiap upacara atau rapat penting harus digunakan. Heeseung mengenakan warna kuning tahun lalu sebelum dia muak dengan urusan uang kas.

Wonyoung menggunakan yang warna biru.

Anak OSIS. Baru masuk tahun ini.

Sekretaris kelas sudah pasti berurusan dengan BK karena menyerahkan absensi.

Beberapa bulan lalu. Confession Jay yang misterius karena tidak ada yang tahu siapa.

Heeseung membeku di tempatnya.

'Oh ... ?'

.

.

A/N : sksksksk maaf agak lama update

Si cantik dengan pink pink uuuuu

Jangan lupa jaga kesehatan yaa temen-temen. Makasih yang udah mau baca! Selamat liburan <3

Continue Reading

You'll Also Like

12.2K 1K 19
[Cerita ini hasil remake novel dengan judul serupa karya @Amphititre23] Saya telah memiliki izin dari original writer untuk membuat remake ini. . . P...
178K 8.7K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
53.9K 7.7K 18
Sunghoon bucin Jake. Jake juga bucin... Layla. Oh, buat yang belum tahu, Layla itu anjing. . . "Anjing emang." - Park Sunghoon. "Yang bilang kucing j...
31.7K 3.3K 29
Menceritakan tentang seorang anak kembar beda darah, beda nasib dan kembar tampa ikatan persaudaraan, bagaimana bisa di sebut kembar,? Untuk lengkap...