Love Shoot! | Sungsun โœ”

By piscesabluee_

133K 13.1K 1.5K

[COMPLETED] "Fuck a princess, I'm a King." Kenneth Raymond, adalah seorang cucu laki-laki dari pemilik perusa... More

-PROLOG
-Meet The Characters
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
INFORMATION

Twelve

4K 433 56
By piscesabluee_

Vin langsung berlari keluar kamar saat pintu kamar mandi Bryan terbuka, dan memunculkan sosok Bryan berbalut bathrobe kuning polkadot sambil membawa pistol.

"Kamu dapat itu dari mana Bryan sayang? Itu senjata api lho. Tidak boleh buat main-main." kata Vin sambil berjalan mundur menghindari Bryan yang terus mengarahkan moncong pistol milik Ray pada tubuh Vin. "Lukaku yang ini saja belum sembuh, tolong jangan ditambah lagi."

"Duduk diam lah disini, sementara aku memikirkan cara untuk membuat mu kembali keasalmu."

Vin mencebik ingin protes, memangnya dia setan apa harus kembali ke asalnya segala. Ia sama sekali tidak percaya bahwa Bryan bisa menembak, tapi cara memegang senjata yang Bryan lakukan sudah seperti profesional. Ia jadi teringat tembakan Ray, dan bergidik geli saat ingat bagaimana rasanya peluru itu mengenai kulitnya.

Akhirnya dengan pasrah Vin duduk di meja makan. Dan melihat kepergian Bryan yang kembali menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

Bryan terkekeh geli melihat betapa pasrahnya Vin, padahal pistol yang ia pegang tidak ada peluru nya sama sekali. Ia menemukan pistol air ini di dalam etalase dinding kamar mandinya. Bryan yang tahu Vin sudah masuk ke dalam kamarnya, akhirnya ia mendapat ide untuk menakut-nakuti pria itu dengan pistol air yang bentuknya seperti pistol sungguhan.

Jika kamu ingin mendapat aksesoris yang menyerupai pistol, hubungi Ray saja. Lelaki itu selalu mendapat berbagai macam benda yang bentuknya seperti pistol sungguhan.

Baru saja Bryan selesai ganti baju, Will sudah menghubunginya lagi.

"Apa-apaan ini Bryan? Tante Caroline diwawancarai beberapa wartawan dan mengatakan kalau kau akan rujuk dengan Vin dalam waktu dekat?"

"APA?"

Tante... Tante itu.. Seenaknya saja.

Ray mendekati mayat Dillbert untuk mencari senjata, tapi tak temukan. Ia berpaling pada anak buah Dillbert yang terbujur kaku dengan tembakan di leher, dan menemukan pistol revolver yang pelurunya masih terisi penuh.

Meskipun hanya memiliki lima peluru, setidaknya Ray masih bisa bertahan menggunakan si kecil Ruger LCR ini untuk sementara waktu.

Setelah mengatur nafas agar rasa sakit di perut dan kelapanya hilang, Ray mulai berjalan mengendap menuju ke luar rumah.

Ada lima orang yang sedang berjaga di halaman depan dan dua lagi di samping kiri. Ray tidak tahu ada beberapa orang yang berjaga di sini, karena itu ia harus lebih berhati-hati. Mata tajamnya menyelidik target satu persatu untuk mencari keberadaan pistol yang bisa ia dapatkan. Dan akhirnya Ray memilih meringkus dua orang di samping kiri untuk mendapat senjata mereka.

Masalahnya, pistol yang ia pegang ini tidak ada peredam suaranya, sudah pasti aksinya akan segera ketahuan. Bisa-bisa ia langsung dikeping nanti. Ray bukanlah manusia super yang bisa melawan lebih dari enam orang laki-laki sekaligus, ia butuh sesuatu untuk meringkus mereka. Dan bantuan itu datang dari Axel, dua dari lima orang yang tengah berkumpul mulai tumbang akibat jarak jauhnya.

Sial. Apapun itu Ray sangat berterima kasih pada Axel.

It's showtime.

Ray keluar dari tempat persembunyiannya dan menembak orang-orang yang tersisa. Hanya tinggal dua orang yang belum ia tembak saat tiba-tiba lengannya tergores peluru.

Brengsek. Ray lupa kalau ada bodyguard lain yang tidak ia ketahui keberadaannya, pistol revolver yang ia pegang sudah terlepas jatuh akibat tangan nya yang sakit karena luka tembakan. Itu berarti ia harus menghadapi mereka dengan tangan kosong.

Sial. Luka tembakan itu rasanya lebih sakit dari yang Ray bayangkan. Ia berlari ke arah mayat terdekat untuk mengambil pistol yang tertangkap oleh matanya. Dengan tangan kiri ia berhasil menumbangkan tiga lawan sekaligus. Saat hendak berbalik menghadap lawan terakhir, suara pistol yang dikokang di dekat telinganya membuat Ray berhenti.

"Wah... Tidak kusangka kau hebat juga." bisik penjahat terakhir yang kini menodongkan pistolnya ke arah pelipis Ray. "Sepertinya kami terlalu memandang rendah dirimu."

Pistol yang Ray pegang mulai ia lepas dan ia mulai mengangkat tangan.

"Anak pintar." puji penjahat itu. "Dimana temanmu itu?"

"Teman apa?"

"Jangan pura-pura bodoh cantik. Aku melihat cahaya laser sedaru tadi, jadi katakan dimana teman snipermu itu berada?"

Si penjahat yang satu ini membawa Ray menjauhi jendela dan bersembunyi di balik pilar besar.

"Kau tahu jika peluru yang temanku punya bisa menembus dinding?" bisik Ray.

"Sangat tahu. Tapi dia tidak berani menembak karena dia tidak tahu posisi kita saat ini."

Tubuh Ray menegang saat pria itu memeluk tubuhnya dari belakang. Tubuh nya yang jangkung membuat laki-laki itu menjulang tinggi di belakang Ray, dan matanya sejajar dengan tangan Ray yang terangkat. Ray menahan diri untuk tidak bergerak saat lidah pria itu membersihkan darah yang terus keluar dan mengaliri lengan putihnya.

"Sepertinya teman-teman ku sedikit keterlaluan padamu. Pasti sakitkan rasanya?"

"Siapa kau?" desis Ray.

Tubuh Ray seperti dialiri listrik saat lidah pria itu menjilati daun telinganya.

"Ingat baik-baik namaku sayang, karena kita akan bertemu lagi. Panggil aku... Harry."

Suara mobil yang mendekat menarik perhatian Ray.

"Kalau kau ingin tahu siapa aku, tanya pada Smith, dia yang akan menjawab semua rasa penasaran mu tentangku."

"Cih kau pikir kau sangat penting hingga aku ingin tahu."

Ray tahu laki-laki bernama Harry tersebut tengah tersenyum menyeringai mendengar balasannya.

"Percayalah. Kau akan mencari tahu tentangku sayang.

Cup...

Harry pun menyelinap pergi bersamaan dengan kedatangan Steve.

Ray melihat Steve memasuki ruangan tempatnya berada bersama tiga orang yang juga memegang senjata. Melihat keberadaan Ray membuat Steve bernafas lega, tapi tidak setelah mendapati darah segar mengalir di lengannya.

Laki-laki itu berderap kearahnya untuk melihat keadaan.

"Brengsek." umpat Steve saat melihat luka Ray.

"Siapa yang melakukan ini?"

Ray hanya menatap pria itu dalam diam sebelum ambruk tak sadarkan diri. Rupanya pertahanan diri Ray sudah mencapai batasnya, ia sudah bisa memejamkan mata dengan tenang ketika melihat orang yang ia kenal berada di dekatnya

Steve... Dia sangat merindukan pria itu.

"....Dillbert mati akibat luka tembakan jantung. Ada setidaknya enam orang bodyguard Dillbert yang selamat, semuanya masih hidup karena Ray menembak nya di tempat yang tidak fatal."

Perkataan Vante terus terngiang dalam telinga Steve ketika ia melangkahkan kakinya yang panjang dan lebar memasuki gedung perusahaan Evesky.

Setelah mengantar Ray kerumah sakit dan memastikan Ray mendapat perawatan terbaik. Steve meninggalkan submissivenya itu dibawah pengawasan Rain, papanya.

Ada tiga hal yang ada dalam diri Ray hingga membuat Steve bergegas ke Evesky.

Pertama luka tembakan di lengannya, meski tidak parah tapi Steve tidak suka Submissive nya terluka apalagi mengeluarkan darah segar yang mengalir bahkan hingga mengotori jasnya seperti sekarang, karena Steve membopong tubuh Ray menuju rumah sakit tadi.

Yang kedua adalah memar ungu diperut Ray. Darah Steve rasanya mendidih melihat memar itu muncul di perut putih kekasihnya, sudah jelas para bajingan Dillbert memukul Ray cukup keras hingga menyebabkan memar seperti itu. Steve tidak bisa membayangkan bagaimana Ray menahan rasa sakit itu sambil melawan bajingan-bajingan biadab tidak tahu diri itu.

Karena inilah insting Steve sebagai Dominan yang melindungi Submissive mulai menguat. Ia tidak suka Ray-nya disakiti siapapun setelah ini. Bahkan Steve memerintahkan para bajingan yang masih hidup itu ditahan dulu agar ia sendiri yang memberi mereka pelajaran nantinya. Pelajaran untuk mengganti rasa sakit yang Ray terima.

Yang ketiga dan ini yang terakhir, satu-satunya alasan Steve ingin segera di Evesky adalah bekas kissmark di leher Ray. Steve tahu bahwa itu adalah kissmark baru, ingin rasanya ia menghajar siapapun karena berani-beraninya mereka menyentuh teritorinya. Steve merasa marah, panas dan sesak. Lebih tepatnya cemburu. Bajingan mana yang berani mencium kekasihnya? Tapi sebelum menghajar para bajingan yang tengah menunggunya, Steve harus melaksanakan perkataan Ray.

Eye for eye.

Dalam hal ini berarti adalah Milla. Jika perempuan itu tidak berkoar pada ayahnya, mungkin semuanya tidak akan seperti ini, jika perempuan itu tidak mencintai dan terobsesi padanya, mungkin Ray nya tidak akan terluka, jika ia-Steve tidak mengajaknya sekretaris nya itu tidur, mungkin hidup mereka sekarang akan baik-baik saja. Jika dan banyak jika. Tetapi semua sudah terjadi.

Pintu lift terbuka dan Steve langsung melihat Red yang membungkuk hormat padanya.

"Mana wanita itu?" tanya Steve. Nafasnya menderu karena sudah tidak sabar untuk memberi Milla pelajaran. Pelajaran yang akan sangat berbeda dari yang akan ia berikan pada Ray nantinya.

"Sedang membuat kopi tuan."

Jawaban Red membuat Steve menuju ruang pantry yang ada di lantai tersebut. Ia bisa melihat Milla sedang mengaduk kopi dan tanpa berkata-kata ia tarik tangan wanita itu dengan kasar hingga cangkir yang sempat Milla pegang jatuh pecah berserakan. Mencipratkan air kopi yang masih panas.

Milla sampai mengaduh akibat terkena cipratan itu. Tapi ia tidak dapat bereaksi lebih lama karena Steve sudah menyeretnya pergi. Bahkan saat didalam lift cengkraman Steve tidak ia lepas membuat Milla meringis sakit.

"Lepas... Sakit Steve..."

Steve tidak menjawab. Amarah sudah melingkupi dirinya hingga mengabaikan bahwa ia sedang memegang benda jijik yang sedari tadi ja hindari. Mereka menuju hanggar pesawat dengan disaksikan oleh hampir semua pekerja di Evesky.
Bos dan sekretaris yang biasanya terlihat cocok dan penuh pesona hingga membuat decak iri, kini sedang terpecah. Mereka menjadi saksi bagaimana beringas nya Steve menyeret Milla yang menahan tangis sepanjang perjalanan menuju sebuah helikopter kepunyaan Steve.

Didalam helikopter itu sudah menunggu orang kepercayaan Steve. Begitu sangat bos dan sekretaris itu masuk dan memasang sabuk pengaman, helikopter hitam pun terbang.

Milla tidak berani berucap, ia tahu Steve amat sangat marah. Entah karena apa. Ia hanya berharap bahwa ayahnya baik-baik saja.

Setelah cukup lama mengudara, Milla tahu bahwa mereka sekarang berada di Miami. Di markas besar kelompok geng ayahnya berkumpul. Firasat buruk langsung menghampiri Milla saat Steve menyeretnya keluar dan turun dari helikopter.

Ia bisa melihat Jackson Videl, pria bertato yang pernah ayahnya kenalkan padanya. Pria itu sepertinya menaruh perhatian pada Milla, tapi Milla tidak suka. Apalagi melihat tindik yang menempel di lidah Jackson.

"Wah.. Aku tidak menyangka kau benar-benar datang Smith."

Steve mendorong Milla dengan kasar kearah pria itu. Dengan senang hati Jackson merangkul Milla yang mulai berontak. Dibelakang Jackson setidaknya ada lebih dari seratus orang yang tengah berkumpul. Dan mereka menatap kearah Steve dan Jackson penuh keingintahuan.

"Kau tidak perlu menyingkirkan Anthony, dia sudah mati." kata Steve.

Milla tersentak kaget mendengar hal itu. Ayahnya... Mati? Air mata Milla kembali menetes, ia bahkan tak sadar bahwa Jackson sudah mulai menciumi rambutnya dan menjilat daun telinganya.

"Aku membawa sebagai bentuk perdamaian. Setelah ini aku tidak ingin ada anggota mu yang mengusik milikku, atau orang-orangku yang mengusik milikmu. Kau paham Videl."

Jackson menyeringai dan menempelkan tindik di lidahnya pada daun telinga Milla.

"Kau sangat tahu apa yang ku mau Smith." jawab Jackson.

"Steve... Jangan..." lirih Milla. Ia tahu akan kearah mana semuanya ini.

"Ambil dia. Kau bisa menggilirnya kalau kau mau."

Setelah berbicara seperti itu Steve berbalik pergi tidak mendengarkan tawa Jackson ataupun teriakan menyayat hati dari Milla.

Sambil mengeraskan rahang, Steve menyuruh pilotnya kembali mengudara. Meninggalkan Milla yang sudah di panggul paksa oleh Jackson menuju ruang tertutup. Jackson akan menikmatinya dulu, setelah ia bosan ia akan memberikannya pada anak buahnya.

Fillmore Harry Eduardo, adalah putra bungsu keluarga Eduardo yang kaya raya, yang sukses dalam perusahaan kapal pesiar nya. Kakek buyut Harry dulunya adalah seorang mafia Italia yang paling ditakuti, dan sampai sekarang nama Eduardo masih memiliki kekuatan sendiri, semua orang yang mendengar nama Eduardo pasti akan menghubungkannya dengan kelompok mafia.

Eduardo Sea mungkin sama besarnya dengan Evesky, hal itulaj yang memicu Harry untuk mengejar apa yang menjadi keinginan Steve.

Harry keluar dari rumah keluarganya yang ada di Milan dan menetap di Denver saat senior high school. Disanalah ia mengenal Steve Jeremy Smith, si dewa tampan dingin. Sebenarnya Harry pun tidak kalah tampan, jika disuruh memilih teman-temannya saat SHS pasti akan berat menentukan pilihan. Steve terkena dengan sikap dinginnya yang melelahkan. Harry terkena dengan sikap ramah menghangatkan.

Mungkin karena sering dibandingkan dengan Steve pada saat sekolah, membuat Harry terobsesi dengan segala hal yang berhubungan dengan Steve. Harry tidak suka kalah dari Steve, dan tidak hanya sekali ia puas jika Steve berdecak sebal saat Harry berhasil mengalahkan pria itu. Mereka bahkan pernah berada di college yang sama, sebelumnya akhirnya Steve pernah melanjutkan studi S2 nya ke college yang tidak Harry inginkan. Mungkin sejak itu mereka tidak pernah bertemu lagi, apalagi sekarang Harry sudah menetap di Florida, mengurusi beberapa yacht kecil miliknya.

Tapi bukan berarti ia melewatkan berita tentang Steve. Tolak ukur keberhasilan Harry adalah dari Steve. Jika Steve berhasil membeli ini, Harry harus bisa melebihi nya, jika Steve sukses dengan ini, Harry pun harus bisa lebih, terus seperti itu hingga ke urusan wanita.

Harry sempat dibuat penasaran pada siapa nantinya sang Smith bertekuk lutut dan jatuh cinta. Sepengetahuan Harry, Steve menang sangat berhati-hati soal urusan yang satu itu. Tapi mereka pernah menyukai perempuan yang sama saat sekolah dulu. Sayangnya Steve memilih mundur hingga Harry tidak tertarik lagi.

Dan Harry sempat kecewa saat tahu bahwa pada Milla lah Steve menaruh perhatian. Meski Milla sangat cantik tapi Harry merasa kurang antusias. Menurut Harry, Milla sangatlah biasa-biasa saja.

Sampai ia bertemu Kenneth. Nah ini baru yang namanya Submissive.

Harry ditugaskan ayahnya untuk memata-matai pergerakan Dillbert Anthony, karena Dillbert mengedarkan narkoba di kapal pesiar milik ayahnya. Dari Dillbert lah ia jadi tahu jika Steve dijodohkan dan hendak menyingkirkan Milla.

Harry jadi penasaran dengan sosok Kenneth Raymond hingga mampu menggeser posisi Milla yang sudah hampir empat tahun ini ada disisi Steve. Karena itulah ia ikut dalam penjemputan Kenneth ke Colorado untuk menilai sendiri seperti apa calon nyonya Steve Jeremy Smith. Apakah seanggun dan selemah lembut seperti Milla?

Dan ia langsung memberi nilai delapan untuk Ray karena kecantikannya, sikap tenang dan pembawaannya, serta kepercayaan dirinya. Apalagi sepertinya submissive itu tidak mengenal rasa takut meski berada satu mobil dengan tiga laki-laki tak dikenal.

Nilai itu terus bertambah hingga menjadi sepuluh saat melihat bagaimana Kenneth bertarung. Dan Harry tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecup leher mulus itu, ia ingin memberi Steve salam perkenalan sekaligus mencicipi Ray-nya milik Steve.

Harus Harry akui, kali ini Steve sudah sangat tepat dalam memilih Submissive. Dan Harry tidak tahan untuk tidak mengusiknya, karena Ray ternyata tidak hanya sekedar menarik tapi juga mempesona.

Apakah ini berarti mereka menyukai orang yang sama lagi?

Watanabe Haruto as Fillmore Harry Eduardo (20+)

Hai, long time no see👀






































































HAPPY NEW YEAR GUYS.
NEW YEAR,
NEW FEELS,
NEW CHANCES.
SAME DREAMS,
FRESH START.

Semoga TAHUN 2022 SUNSUN selalu gopub dan no cupu² lagi Aamiin!! 🛐
Dan juga semoga sy tidak selalu telat dalam apdet cerita🥲



Don't forget to vomment, i hope you enjoyy and sorry for the typos n more.

Continue Reading

You'll Also Like

550 96 6
Warn! Heejake || BxB Story! *** Heeseung hanya pergi ke desa tempat Neneknya tinggal, saat musim dingin tiba. Namun siapa sangka, nyatanya dirinya m...
18.4K 2.5K 29
Menurut Sunghoon, Jake itu buta. Iya buta, karena bagi Jake semua orang akan memperlakukannya sama baik seperti dirinya memperlakukan orang lain. La...
114K 18.4K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
58K 8.4K 27
Sunghoon dan Sunoo, dua anak manusia dengan perbedaan yang sangat bertolak belakang, dua anak manusia yang seharusnya tidak pernah bersua ini pada ak...