Kisah Resta✔

By Adawiyahnc05

873 376 100

[FOLLOW DULU AUTHORNYA BIAR ENAK!] Resta tidak pernah menyangka akan kehilangan seseorang yang telah menemani... More

Prolog
BAB 1 - Dark
BAB 2 - Kakak Cantik
BAB 3 - Pantai
BAB 4 - Bertemu
BAB 5 - Kembali
BAB 6 - Poor Tiara
BAB 7 - Membujuk Resta
BAB 8 - Kembali ke sekolah
BAB 9 - Regendra Wiratama
BAB 10 - Sebelum misi
BAB 11 - Persiapan misi
BAB 12 - Tinggal kenangan
BAB 13 - Misi Regen
BAB 15 - Kehilangan lagi
BAB 16 - Re(ka)gen
BAB 17 - Nggak selamanya tentang dia
BAB 18 - Poor Lopi
BAB 19 - Pray for Mia
BAB 20 - Pinjam tubuh
BAB 21 - Tak terduga
BAB 22 - Resta comeback!
BAB 23 - Ulang tahun
BAB 24 - Akhir (EPILOG)

BAB 14 - Banyak kesamaan

26 11 3
By Adawiyahnc05

"Ada banyak kesamaan di antara kamu dan dia, Rek."

***

"Lo langsung pulang, Gen?"

"Iya nih gue langsung pulang."

"Padahal gue sama yang lain mau nongkrong dulu. Lo gak mau ikut?" tanya Aris. Saat ini mereka berdua berada di parkiran sekolah.

Regen memasang helmnya. "Emm, next time deh. Gue masih ada urusan soalnya habis ini," ujarnya merasa tidak enak pada Aris.

"Ohh yaudah oke."

"Oke gue cabut duluan," pamit Regen. "Oh ya, tos dulu dong," ajaknya.

"Tos?" tanya Aris tidak mengerti.

"Iya tos-an. Kita, kan udah jadi temen, harus ada ala-ala salam perpisahan sebelum pulang. Lo tinggal ikutin gue aja. Gini." Regen mulai memimpin gerakan tangannya.

"Gini, gini, gini, terus ... ck." Terakhir Regen menjentikkan jarinya dengan matanya yang tertutup sebelah.

Aris seketika tercengang. Merasa dejavu.

***

"Gue langsung pulang deh, Rek."

"Oke, tos dulu dong."

"Ya! Ya! Ya! Ck!" Mereka kemudian melakukan tos ria.

"Emang harus banget pake tos dulu?" tanya Aris.

"Aris, udah berapa kali gue bilang, ini tuh sebagai salam perpisahan kita sebelum pulang. Kita, kan temen. Nanti kalo besok gue udah gak ada gimana? Kita gak bisa tos-an kayak gini lagi dong."

"Astaghfirullah, Reka! Amit-amit. Lo kalo ngomong yang bener aja," tegur Aris dengan nada kesal.

"Hehe gue bercanda. Dah lah, gue mau ngapel dulu. Byee!"

"Dasar bucin!" ejek Aris.

***

"Woy, Ris! Lo ngapa bengong dah?"

Seketika lamunan Aris buyar dan langsung menatap Regen yang sudah duduk di atas motornya.

"Baek-baek jangan bengong. Gue cabut duluan, mau ngapel. Bye!"

Lagi-lagi Aris merasakan dejavu. Lelaki itu terdiam di tempatnya masih memikirkan yang tadi.

"Gue kangen, Ris."

***

"Yang ini bukan, Fer anaknya?" tanya Rian sembari menyodorkan ponselnya yang sudah menampilkan foto seseorang di sana.

Fero mengamati lamat-lamat foto itu. "Iya itu, tapi tunggu! Kok lo bisa dapet foto itu?"

"Serius ini anaknya?" tanya ulang Rian.

"Iya itu yang nolong anak lo."

"Kemarin gue pergi ke daerah yang lo bilang, Jalan Kaswari yang deket pantai itu."

"Lah, jadi juga lo nyari anak itu? Mau ngapain? Mau lo kasih duit sebagai imbalan?" tebak Fero ngaco.

"Yeuhh bukan itu. Gue cuma mau mastiin anak itu ngeliat tas sama buku Resta apa enggak. Soalnya gue udah janji mau cari buku itu buat anak gue."

"Ohh gitu." Fero manggut-manggut mengerti.

"Syukur deh kalo bener itu orangnya. Besok gue mau temuin lagi."

"Lo emang tau rumahnya?" tanya Fero.

Rian mengangguk. "Waktu itu gue sempet nolongin nenek-nenek. Nah, kebetulan anak laki-laki itu cucunya nenek itu. Sekalian deh gue anterin ke rumahnya."

Lagi-lagi Fero manggut-manggut mengerti.

"Oh ya, Yan. Tadi gue ketemu Mira di rumah sakit. Katanya sih mau jenguk temennya," ungkap Fero memberitahu pertemuannya tadi dengan Mira.

Rian mengernyit bingung mendengar perkataan Fero. Memikirkan kenapa istrinya tidak memberitahunya kalau ingin pergi keluar? Biasanya Mira selalu bilang. Walaupun itu hanya untuk pergi ke warung depan, Mira tetap bilang pada suaminya.

"Kenapa muka lo?" tanya Fero heran.

Rian langsung menoleh. "Gapapa. Gue cuma lagi mikir, Mira tumben gak bilang dulu kalo mau pergi. Biasanya dia selalu bilang kalo mau kemana-mana."

"Yeuhh gak usah manja lo. Baru gak dikasih kabar aja mikirnya langsung kemana-mana. Kayak remaja yang masih pacaran aja sih lo. Kalo mau apa-apa harus bilang dulu." Fero membentuk tangannya seperti gagang telepon, lalu menempelkannya di telinga. "'Halo ayang, aku mau main sama temen, bener kok gak ada cowoknya', 'Halo sayang, aku mau pergi ke rumah temen, bener kok gak sama cowok'." Suaranya dibuat-buat seperti perempuan yang sedang izin pada pacarnya.

Sementara itu, Rian yang melihatnya langsung mengernyit geli mendengar suara Fero.

"Bilang aja lo iri, 'kan? Gak bisa kayak gitu sama istri lo?" balas Rian dengan nada mengejek.

"Gue? Iri?" Fero menunjuk dirinya sendiri. "Oh sorry, yaa brader. Prinsip gue sama Arin adalah ... saling jujur dan percaya. Saling jujur dan percaya itu nomor satu, Yan dalam suatu hubungan. Kalo udah ada dua poin ini nih, kita gak perlu takut mikir yang enggak-enggak tentang pasangan kita. Gak akan takut ngira selingkuh lah, apa lah."

Rian terdiam mencerna semua ucapan Fero yang masuk ke dalam telinganya. Selama ini gue sama Mira saling jujur dan percaya kok. Batinnya. Jadi tidak ada yang harus dipikirkan lagi bukan?

***

Pulang sekolah, Regen mampir ke supermarket terlebih dahulu untuk membeli sesuatu. Regen memarkirkan motornya lalu masuk ke toko itu. Regen mengambil keranjang lalu berjalan ke tempat rak camilan.

"Thanks, bro."

"Anjir!" Di sela-selanya sedang memilih makanan, tiba-tiba Reka datang dan mengagetkannya. Hantu lelaki itu datang dengan menongolkan kepalanya di rak-rak makanan.

"Astaghfirullah," ralat Reka memberitahu.

"Lo ngapain sih di sini?" tanya Regen dengan teriak tertahan. Jadinya hanya suara bisikan yang terdengar.

Reka memutar bola matanya. "Lagi reuni!" jawabnya. "Yaa lagi ngikutin lo lah," balasnya kemudian tak kalah kesal dengan Regen.

"Dasar lo, ya, hantu gak tau terima kasih. Awas aja gak gue bantuin lagi." Regen merajuk lalu pergi ke tempat lain. Mengabaikan Reka. Hantu itu yang melihatnya langsung buru-buru mengejar Regen. Mampus lah dia!

"Eh, iya-iya. Jangan gitu dong. Gue cuma bercanda tadi." Reka cengengesan tidak jelas. "Please, yaa tetep bantuin gue. Please ...." Reka menangkup kedua tangannya di depan.

"Hantu mohon-mohon sama gue?" ujar Regen tak habis pikir.

"Please ... Regen yang baik, ganteng, tapi masih gantengan gue-" Reka langsung menghentikan ucapannya saat melihat Regen mendelik padanya.

"Eh iya, lo yang ganteng. Gue pokoknya yang paling ganteng," lanjutnya dalam hati.

"Gue tau, ya lo ngomong apa dalem hati," ujar Regen membuat Reka langsung membulatkan matanya terkejut.

"Jadi lo tau kalo gue ngomong, 'Gue pokoknya yang paling ganteng'?"

"Ohh jadi lo ngomong gitu?" balas Regen tambah kesal.

Reka langsung gelagapan. "Ehh bukan gitu." Namun sedetik kemudian dia sadar dan menghela napasnya. "Dah lah ribet ngomong sama manusia."

"Siapa duluan yang ngajak gue ngomong? Siapa duluan yang muncul di depan gue?" tanya Regen membalikkannya.

"Iyaa gue iya. Gue aja terus yang salah," ujar Reka miris. "Tapi, please lah bantu gue lagi. Yang tadi udah mau berhasil. Aris langsung keinget sama gue. Gue yakin lo cuma marah bohongan, kan? Iya, bohongan, kan?"

"Kata siapa?" tanya Regen dengan ketus.

"Ayolah, Gen, bantu gue. Please ...."

Regen menghela napasnya kasar. "Okeh! Tapi sebelum itu gue pengen tanya satu hal."

"Apa?" balas Reka dengan cepat.

"Tujuan lo ngelakuin ini tuh apa?" Reka memang pernah memberitahu sebelumnya tujuannya meminta bantuannya itu untuk apa. Tapi, dia butuh alasan yang lebih jelas.

***

#1049kata

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
621K 24.5K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
533K 87.7K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...