Attack On Titan: Dragons VS T...

By ZonaViratama

434 30 2

Note: Semua tokoh di cerita fanfic crossover ini bukan milik saya melainkan milik dari masing-masing pembuat... More

Prologue
Chapter 1: From The Beginning
Chapter 2: Meeting With Them Again
Chapter 3: Fall Of Shiganshina
Chapter 4: The Mysterious Giant Winged Creatures
Chapter 5: The Dragons VS The Armored Titan
Chapter 6: The Aftermath
Chapter 7: The 104th Training Corps
Chapter 9: ODM Training
Chapter 10: Slashing The Titans Training
Chapter 11: Hand-To-Hand Combat Training
Chapter 12: Into The Graduation
Chapter 13: Trying To Get Closer
Attention
Chapter 14: The Incident Happens Again
Chapter 15: Battle Of Trost
Chapter 16: Rise From The Fall
Attention (Discontinue)

Chapter 8: Reassemble

10 1 0
By ZonaViratama

Matahari mulai terbenam dan jam makan malam telah datang. Pada saat itu, tiga kadet yang bernama Jin, Yuna, dan Taka sedang berjalan menuju ke aula makan. Mereka lalu melewati lapangan yang di mana terdapat seorang kadet yang bernama Sasha masih berlari mengelilingi lapangan untuk menjalani hukumannya karena memakan kentang sembarangan di masa orientasi, lebih tepatnya di hadapan Keith Shadis.

"Aku tidak menyangka dia mendapatkan hukuman berat seperti itu di hari pertamanya." ucap Taka.

"Lagian, siapa suruh makan di depan instruktur. Itu kan salahnya sendiri." ujar Yuna.

"Kelihatannya, dia masih kuat-kuat saja berlari. Tapi, aku tidak yakin kalau dia bisa bertahan hingga malam hari." ucap Jin.

"Hn. Dia pasti akan mati kelaparan secara perlahan karena tenaganya terkuras habis hanya untuk menjalani hukuman itu." ucap Yuna.

Mereka bertiga berhenti sejenak di sana untuk melihat gadis yang malang itu yang terlihat ngos-ngosan ketika berlari.

"Ayo, kita pergi." ucap Jin yang dibalas anggukan kepala dari Yuna dan Taka.

Jin, Yuna, dan Taka lalu kembali berjalan lagi menuju ke aula makan. Di tengah perjalanan, mereka mendengar suara yang memanggil mereka dari suatu tempat.

"Jin! Yuna! Taka!"

Ketiga sosok yang dipanggil itu menoleh ke arah asal suara itu dan mendapati tiga figur yang terlihat familiar bagi mereka.

"Tunggu. Bukankah itu Eren, Mikasa, dan Armin?!" ujar Yuna.

"Iya. Kau benar. Itu mereka!" seru Taka.

Ketiga sosok yang bernama Eren, Mikasa, dan Armin langsung menghampiri Jin, Yuna, dan Taka.

"Hei, di sini!"

Setelah sampai, Eren langsung memeluk Jin dengan sangat kencang. Begitu juga dengan Armin yang langsung memeluk Taka dengan kencang. Sedangkan Mikasa juga memeluk Yuna dengan seolah bertemu lagi dengan temannya yang sudah lama pergi.

"Aku pikir.. Tidak. Kami pikir kau sudah mati, Jin. Tapi, aku tidak menyangka bahwa kau ternyata masih hidup!" ucap Eren yang terlihat tersendu-sendu sambil memeluk Jin.

"Tentu saja aku masih hidup, Eren. Memangnya, kau pikir aku mati semudah itu di kejadian itu?" ucap Jin sambil memeluk balik kepada Eren.

Eren lalu melepaskan pelukannya dari Jin dan mulai menatap ke arahnya.

"Tapi, bagaimana kau bisa selamat? Padahal waktu itu, aku melihat kau berlari menuju ke tempat ibuku berada yang sedang terjebak di bawah reruntuhan. Lalu di saat yang bersamaan, aku juga melihat ada Titan yang sedang berjalan ke arahmu dan ibuku. Aku sempat meneriakimu sebelumnya tapi tidak kau gubris dan malah berlari menuju ke Titan itu. Lalu,"

Eren menceritakan semua yang terjadi sejak dua tahun yang lalu yang di mana pada saat itu, dia melihat Jin menghilang melalui kepulan asap yang muncul di tempatnya dan dikejar oleh Titan. Hingga kemudian, Eren juga menceritakan tentang kemunculannya Naga raksasa yang menghabisi Titan-Titan di sekitarnya dan membantu melepaskan Carla dari puing-puing reruntuhan yang menimpanya serta menyelamatkan Mikasa yang sempat ditangkap oleh Titan. Di saat itu juga, Jin mengetahui kalau wanita yang sempat ingin dia tolong pada waktu itu adalah ibu dari Eren. Eren terus menceritakan semua kejadian yang terjadi pada waktu itu termasuk tentang tiga Naga raksasa telah mengalahkan sesosok Titan berzirah yang sempat menjebol tembok Maria dan terbang menuju ke suatu tempat. Eren lalu mengakhiri ceritanya dengan menceritakan tentang kehidupannya bersama keluarganya di tempat pengungsian selama dua tahun sebelum memutuskan untuk bergabung dengan militer.

"Begitulah kejadiannya. Waktu itu, kami sempat mengira kalau kalian bertiga benar-benar sudah mati. Tapi, siapa sangka kalau kalian ternyata masih hidup." ucap Eren.

"Iya. Pada waktu itu, kita sempat terpisah gara-gara ada Titan yang sempat menyergap kita. Saat itu, aku mengira kalau kalian tidak selamat karena tidak kunjung naik ke kapal." ucap Armin.

"Sebenarnya, kami kebetulan berhasil selamat dari para Titan yang sempat mengepung kami di sana pada waktu itu. Setelah itu, kami langsung berlari menuju ke dermaga dan menaiki kapal evakuasi yang tersisa yang akan segera berangkat." ucap Yuna.

"Iya, itu benar. Kami hampir saja dimakan oleh para Titan itu sebelum makhluk-makhluk raksasa bersayap muncul dan menghabisi mereka semua. Oleh sebab itulah, kami berhasil melarikan diri dari distrik Shiganshina." sambung Taka.

"Oh, begitu ya. Kalau Jin, bagaimana kau bisa selamat dari sana? Padahal, aku melihat kau juga dikepung oleh para Titan." tanya Eren kepada Jin.

"Kejadian yang kualami sama dengan Yuna dan Taka. Aku berhasil selamat berkat kemunculan makhluk raksasa bersayap itu. Ketika, aku keluar dari tempat persembunyianku, aku melihat makhluk itu menyelamatkan ibumu yang tertimpa reruntuhan. Setelah itu, makhluk itu pergi ke suatu tempat dan di saat itulah, aku melihat kau dan Mikasa bersama dengan seorang prajurit langsung membawa ibumu dari sana. Melihat itu membuatku berpikir kalau kalian semua telah aman dan hanya tinggal pergi menuju ke pelabuhan. Di saat itu juga, aku langsung pergi dari sana sambil menghindari para Titan yang ada di dekatku. Tak lama kemudian, aku berhasil mencapai di pelabuhan dan langsung menaiki kapal evakuasi yang tersisa. Di sana, aku bertemu dengan Yuna dan Taka yang juga berhasil selamat." ucap Jin sambil menceritakan kejadian yang dialaminya pada waktu itu.

"Begitu ya. Tapi setelah itu, kalian bertiga sendiri ke mana saja selama dua tahun terakhir? Kami tidak pernah bertemu dengan kalian setelah kejadian itu." tanya Armin.

"Soal itu, kami sebenarnya berada di sebuah tempat pengungsian. Mungkin pada waktu itu, kami tidak bertemu dengan kalian di sana setelah kejadian itu. Bisa saja, kami berada di tempat yang berbeda dengan kalian." jawab Jin.

"Iya, itu benar. Oleh sebab itu, kami tidak pernah bertemu dengan kalian lagi selama dua tahun itu karena kami sendiri harus mencari kebutuhan untuk bertahan hidup." lanjut Yuna.

"Oh.." sahut Eren, Mikasa, dan Armin.

"Hehe.. Maaf ya kalau kami tidak sempat bertemu kembali dengan kalian pada waktu itu." ucap Taka sambil mengusap-usap kepalanya bagian belakang.

"Tidak apa-apa. Yang penting, kalian bertiga juga selamat." ucap Armin.

"Iya. Syukurlah juga, kita bisa bertemu lagi di sini." ucap Eren yang dibalas deheman setuju dari Jin, Yuna, dan Taka.

"Omong-omong, bagaimana kabar dari ibumu, Eren? Apakah dia sekarang sehat-sehat saja?" tanya Jin kepada Eren.

"Iya, ibuku sehat-sehat saja meskipun kakinya masih sakit dan sulit untuk digerakkan sampai sekarang. Tapi syukurlah juga, ibuku berhasil selamat dari kejadian itu." jawab Eren.

"Begitu ya. Baguslah kalau begitu." sahut Jin.

"Mungkin, jika bukan karena kau ataupun makhluk raksasa bersayap itu, ibuku pasti akan mati. Begitu juga dengan Mikasa yang hampir saja dimakan oleh Titan pada waktu itu." ucap Eren.

"Hn. Tidak juga, Eren. Aku tidak melakukan apapun di sana selain hanya bersembunyi di balik bangunan dari kejaran Titan sebelum makhluk itu muncul." ucap Jin.

"Tidak. Itu tidak benar, Jin. Kau tetap menyelamatkan ibuku dengan mengalihkan perhatian Titan itu sebelum dia mencapai ke tempat ibuku berada. Jika tidak, maka ibuku bisa saja ditangkap dan dimakan." sanggah Eren.

Sedangkan Mikasa terlihat menunduk setelah mendengar percakapan itu. Dirinya teringat kembali dengan kejadian itu yang di mana dia sempat ditangkap dan hampir dimakan oleh Titan. Tapi untungnya, Mikasa berhasil diselamatkan oleh Naga merah raksasa yang langsung membunuh Titan itu. Meskipun demikian, dirinya tetap merasa trauma dengan kejadian yang menimpanya itu.

"Ya sudah. Ayo, kita menuju ke aula makan karena jam makan malam sudah dimulai." ucap Yuna yang dibalas dengan anggukan kepala dari teman-temannya.

Akhirnya, mereka berenam langsung berjalan menuju ke aula makan untuk menyantap makan malam. Sesampainya di sana, mereka mengambil jatah makanannya masing-masing dan langsung duduk di bangku makan yang tersedia. Di samping itu, terdapat beberapa kadet yang sedang memerhatikan sesuatu di luar melalui jendela aula makan.

"Hei, gadis kentang itu masih berlari mengelilingi lapangan."

"Aku mengira kalau instruktur akan membunuhnya saat itu juga."

"Iya. Aku juga berpikiran begitu."

"Tapi lucunya, dia tidak merasa keberatan jika dia disuruh untuk berlari seharian sampai tidak sadarkan diri selama dia masih bisa mendapatkan makanan untuk beberapa hari ke depan."

"Aku dengar kalau dia berasal dari desa Dauper."

"Dauper? Bukankah, desa itu adalah desa pemburu, ya?"

"Iya, itu benar."

Beberapa kadet sedang berbicara tentang sesuatu termasuk tentang Sasha yang dijuluki oleh mereka sebagai gadis kentang. Kemudian, mereka melihat sesuatu yang ada di kejauhan di luar sana. Hal itu juga diketahui oleh Eren.

"Hei, apa itu?" tanya Eren.

"Oh, mereka adalah yang dikeluarkan. Mereka lebih memilih untuk menggarap lahan." jawab Mina.

'Cih, lemah.' batin Jin yang menanggapi itu.

"Padahal, ini baru hari pertama, lho." tanggap Armin dengan tatapan bingung.

"Tidak semua orang yang sanggup untuk menjadi seorang prajurit. Instruktur bahkan menempatkan kita semua ke dalam latihan neraka yang akan kita jalani nanti. Mungkin karena itulah, banyak dari mereka yang tidak akan bertahan pada saat latihannya dimulai." tanggap Yuna.

"Aku tidak percaya kalau mereka memilih untuk menggarap lahan ketimbang bertarung. Menyebalkan!" ucap Eren yang terlihat jijik terhadap para kadet yang dikeluarkan itu.

"Itu masih lebih baik karena mereka membantu untuk meningkatkan jumlah pangan untuk orang lain. Walaupun mereka tidak mau ditempatkan di garis depan, tapi setidaknya mereka tetap melayani kemanusiaan dengan baik. Kau jangan meremehkan mereka hanya karena tidak bisa bertarung, Eren." ucap Yuna.

"Jadi, kau lebih mendukung mereka yang memilih untuk menggarap lahan, Yuna?!" ucap Eren dengan geram kepada Yuna.

"Aku tidak pernah bilang kalau aku mendukung mereka. Aku hanya menyampaikan pendapatku. Itu saja." ucap Yuna sambil menatap Eren dengan datar.

"Tapi, itu tetap saja kalau mereka semua itu lemah. Asal kau tahu, aku tidak suka melihat orang-orang yang hanya berkeliaran di dalam tembok tanpa memberikan perlawanan apapun kepada para Titan." ucap Eren.

"Memangnya, kau sendiri tahu apa tentang mereka yang berkeliaran di dalam tembok? Jika bukan karena mereka yang menggarap lahan, kita semua tidak mungkin bisa mendapatkan makanan seperti ini." ucap Yuna.

"Lalu, apa yang sebenarnya kau katakan?" tanya Eren yang masih sedikit marah dengan Yuna.

"Aku hanya mengatakan kepadamu bahwa kita hidup bukan untuk bertarung saja, Eren. Tapi, kita juga hidup untuk melindungi dan membantu orang-orang agar kita bisa bertahan di kondisi seperti yang sekarang ini." jawab Yuna.

"Kau terdengar seperti orang bijak saja. Kau bahkan juga pernah mengatakan itu pada saat upacara sebelumnya." ucap Eren.

"Heh.. Memangnya, kau sendiri sanggup bertarung untuk menghadapi para Titan yang berkeliaran di luar tembok itu?" tanya Yuna dengan nada remeh.

"Tentu saja, aku bisa. Aku akan berusaha untuk menjadi kuat agar bisa menghabisi para Titan sampai tak tersisa satupun yang hidup." jawab Eren dengan tegas.

"Hn.. Terserahlah." sahut Yuna.

Eren hanya membalas dengan decihan terhadap tanggapan dari Yuna yang terdengar seperti acuh tak acuh. Sedangkan yang lain tidak berniat untuk menyampaikan apa-apa di dalam pembicaraan itu selain menyimaknya saja.

"Ehm.. Omong-omong, aku tahu tentang beberapa dari kita. Tapi, kau belum menyebutkan tentang tempat asalmu." ucap Marco yang memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan kepada Eren.

"Sama seperti Armin, Jin, dan Yuna. Aku berasal dari distrik Shiganshina." jawab Eren.

"Shiganshina?! Itu berarti..." sahut Marco dengan terkejut.

"Kau yang ada di sana pada hari itu!?" sambung Connie yang terlihat sangat tertarik.

"Diamlah!" seru Marco yang menyadari tentang apa yang ingin diucapkan oleh Connie.

Akan tetapi, Connie tidak menggubris seruan dari Marco dan malah terus berbicara.

"Titan Colossal itu! Apakah kau melihatnya di sana?!" tanya Connie dengan sangat antusias.

Beberapa para kadet yang mendengar itu langsung mengerumuni meja makan yang ditempati oleh Eren untuk memastikan kebenaran dari ucapan Connie.

"Iya, aku Melihatnya." jawab Eren dengan suaranya mulai menggelap karena teringat kembali tentang kejadian itu.

"Apa?! Benarkah itu?" tanya Thomas dengan terkejut.

"Iya, itu benar. Aku melihat si besar itu." jawab Eren.

"Wow! Yang benar saja." sahut Thomas.

"Seberapa tinggi dia itu?" tanya seorang kadet yang bernama Samuel.

"Dia sangat tinggi sampai kepalanya terlihat sangat jelas di bagian atas tembok." jawab Eren lagi.

"Wow! Tunggu, aku dengar kalau dia bisa melangkahkan kakinya melewati tembok."

"Iya, aku juga."

"Rumor itu pernah dibicarakan di desaku."

"Tidak. Dia memang besar. Tapi, tidak sampai sebesar itu." sambung Eren sambil membenarkan pernyataan yang diucapkan oleh kadet-kadet lainnya barusan.

"Seperti apa wujudnya?" tanya Mina.

"Dia memiliki mulut yang sangat besar seperti mayat dan tidak mempunyai kulit. Hanya otot-ototnya saja." jawab Eren.

"Lalu, bagaimana dengan Armored Titan yang menjebol tembok Maria itu?" tanya kadet yang lain.

"Apakah mereka menyebutnya untuk Titan itu? Ya kurasa, dia sama saja seperti Titan biasa lainnya." jawab Eren yang terlihat tidak tertarik ketika membicarakan tentang Titan berzirah atau disebut juga dengan Armored Titan.

"Bagaimana dengan makhluk-makhluk raksasa bersayap yang juga muncul di sana?" tanya kadet yang lainnya lagi.

Pertanyaan itu menarik perhatian dari Jin, Yuna, dan Taka yang langsung menoleh ke arah yang menanyakan tentang makhluk-makhluk raksasa bersayap.

"Aku juga melihat makhluk-makhluk itu. Mereka ada tiga. Tapi yang paling mengejutkannya adalah mereka hanya membunuh para Titan di sana dan tidak tertarik untuk menyerang manusia. Menurutku, itu aneh." jawab Eren.

"Hah?! Masa sih?!"

"Mereka tidak menyerang manusia!? Apakah itu benar?!"

"Iya, itu benar. Aku bahkan pernah melihat salah satu dari mereka yang berwarna merah dengan banyak dorsal di punggungnya dan tingginya sekitar 20 meter. Dia sangat besar. Dia bisa menghabisi para Titan dengan cakarnya dan juga memiliki kemampuan berupa menyemburkan nafas api untuk membakar mereka semua. Makhluk itu juga yang telah menyelamatkan ibuku dan temanku yang hampir mati dimakan oleh Titan. Aku juga mendengar dari seseorang yang berada di kapal evakuasi yang sama denganku pada waktu itu yang mengatakan kalau makhluk-makhluk raksasa bersayap itu disebut sebagai para Naga." sambung Eren.

Mendengar itu membuat semua kadet yang mendengarnya sangat terkejut. Mereka tidak menyangka kalau makhluk raksasa bersayap itu atau disebut sebagai para Naga juga telah menyelamatkan nyawa seseorang.

"Para Naga?!"

"Tidak mungkin!"

"Makhluk itu bahkan menyelamatkan nyawa orang lain!?"

"Iya. Aku juga mendengar tentang itu di tempat asalku. Banyak orang-orang yang selamat dari sana karena mereka."

"Aku bahkan juga mendengar kalau mereka bisa mengalahkan Armored Titan dengan sangat mudah."

"Yang benar saja! Sebenarnya, makhluk macam apa mereka itu?!"

"Aku kira kalau mereka itu hanyalah mitos atau takhayul."

Tanggapan demi tanggapan terdengar dari mulut para kadet ketika membicarakan tentang para Naga itu.

"Selain itu, mereka terlihat seperti apa?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Eren menjatuhkan sendoknya dan berhenti makan. Dia teringat lagi dengan kejadian-kejadian buruk yang menimpanya pada hari itu. Dia bahkan langsung menutup mulutnya dengan tangannya seolah ingin muntah. Di sisi lain, Taka yang melihat itu langsung mencarikan sesuatu semacam wadah untuk menampung muntahan yang mau keluar dari mulut Eren yang malang jika merasa sangat diperlukan.

"Tenanglah, Eren. Jika kau merasa tidak kuat lagi, keluarkan saja." ucap Taka kepada Eren.

Sedangkan Jin yang melihat reaksi dari temannya itu langsung menatap ke arah kadet-kadet lainnya.

"Kalau kalian datang ke sini hanya untuk menghilangkan nafsu makan orang lain, sebaiknya kalian pergi saja!" ucap Jin dengan nada gelap dan dingin sambil memberikan tatapan menyolok kepada para kadet lainnya.

Mendengar itu membuat semuanya bergidik ngeri dan ketakutan.

"M-ma-maaf! Kami tidak bermaksud seperti itu kepadanya. Maafkan kami!" ucap Connie dengan nada gemetar.

"I-i-iya. Kami tidak akan bertanya-tanya lagi kepada dia. Aku yakin dia sedang tidak ingin mengingat kembali tentang semua yang telah dia lalui sebelumnya." ucap Marco yang juga ikut gemetar.

"Tidak. Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, kok." ucap Eren sambil menstabilkan keadaannya dan menggigit sebuah roti di tangannya.

"Oi, Jin! Kau tidak perlu mengatakan seperti itu kepada mereka. Mereka menjadi ketakutan karenamu." tegur Eren kepada Jin.

"Hn." dengus Jin sambil melanjutkan kegiatan makannya.

"Ehh.. Apakah temanmu memang seperti itu?" tanya Marco.

"Sebenarnya, temanku ini ramah. Tapi kadang-kadang, dia bisa menjadi seperti itu jika dia melihat ada sesuatu yang tidak disukainya. Aku sendiri bahkan juga pernah diperlakukan hal yang sama olehnya pada saat kami saling bertemu untuk pertama kali." ucap Eren yang dibalas sahutan "oh" dari yang lainnya.

"Selain itu, para Titan bodoh itu bukanlah masalah yang benar-benar besar. Jika kita fokus dalam menguasai penggunaan peralatan ODM, maka kita bisa memberikan pembalasan kepada mereka. Aku sudah menunggu selama bertahun-tahun untuk menjadi seorang prajurit. Hingga kemudian, kenyataannya mulai terjadi. Aku akan bergabung dengan pasukan pengintai lalu aku juga akan mengirim para Titan itu kembali ke neraka. Aku akan membantai mereka semua." sambung Eren.

Mendengar itu membuat semua kadet yang ada di sana terdiam sejenak. Tetapi, Eren belum selesai berbicara.

"Tapi, ada satu hal yang ingin sekali kuketahui."

Semuanya menatap Eren dengan kebingungan setelah mendengar itu.

"Apa maksudmu?"

"Sebenarnya, dari mana asal-muasal para Naga itu? Kenapa mereka bisa muncul secara tiba-tiba di sana pada waktu itu? Kenapa mereka memilih untuk menyelamatkan kita? Apa tujuan yang sebenarnya dari mereka? Dan yang paling penting, apakah mereka ada di pihak umat manusia atau tidak?" ucap Eren yang penuh penasaran.

Para kadet yang mendengar itu juga ikut penasaran dengan kemunculan para Naga yang telah menyelamatkan banyak nyawa manusia saat terjadinya invasi para Titan di distrik Shiganshina. Mereka juga menanyakan hal yang sama dengan Eren tentang keberpihakan dari para Naga itu dan kenapa mereka bisa muncul di sana secara tiba-tiba.

"Ya.. Semoga saja, para Naga itu memihak umat manusia karena mereka bisa menjadi kekuatan tempur andalan kita untuk melawan para Titan yang merajalela itu." sambung Eren.

Mendengar itu membuat beberapa kadet setuju dengan pernyataan yang disampaikan oleh Eren. Jin yang mendengar itu hanya menghela nafasnya sambil memutarkan kedua bola matanya dengan malas. Sedangkan Taka tidak bisa membantu apa-apa selain tersenyum kecil.

"Hei! Apakah kau sudah gila?"

Tiba-tiba, terdengarlah suara ucapan yang berasal dari sebrang meja. Di sana, terdapat seorang kadet yang bernama Jean sedang duduk sambil ikut mendengarkan seluruh pembicaraan itu.

"Kau bilang makhluk-makhluk yang kau bicarakan itu bisa menjadi kekuatan tempur andalan kita? Mereka itu cuma mitos. Tidak ada makhluk aneh yang kau sebut sebagai Naga. Itu pasti khayalanmu saja." ucap Jean.

"Apa maksudmu?! Mereka itu ada! Aku bahkan melihatnya dengan mata kepalaku sendiri! Para Naga itu muncul dan menghabisi para Titan di kejadian itu!" sanggah Eren.

"Itu jelas tidak mungkin. Yang kita ketahui selama ini adalah para Titan yang suka memangsa manusia. Selain itu, aku dengar kalau kau ingin bergabung dengan pasukan pengintai. Apakah itu benar?" ucap Jean.

"Ya, kalau itu benar, kenapa? Bukankah, kau sendiri yang ingin bergabung dengan polisi militer dan lebih memilih bersembunyi dengan nyaman di interior?" balas Eren.

"Dengar, aku ini orang yang jujur. Bagiku, bergabung dengan pasukan pengintai itu sama dengan mendaftar untuk bunuh diri. Aku berpendapat kalau lebih baik bersembunyi ke tembok yang lebih dalam ketimbang menjadi orang yang sok jagoan yang sebenarnya merasa ketakutan terhadap para Titan itu." ucap Jean dengan nada menyindir.

"Apakah kau sedang membicarakan tentangku?!" seru Eren dengan marah.

"Hei! Kalian berdua, hentikan!" seru Marco yang mencoba untuk melerai Eren dan Jean.

"Tenanglah, kalian berdua!"

"Apakah kau ingin mengajak berantem denganku?!" tanya Eren dengan marah.

"Tidak juga. Tapi jika kau yang memintanya, dengan senang hati." balas Jean.

Jean langsung beranjak dari tempat duduknya. Dia lalu berjalan menghampiri Eren yang juga beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke arah Jean. Kedua pemuda yang berasal dari distrik yang berbeda itu mulai saling berhadapan dan akan segera terjadi baku hantam terhadap satu sama lain. Hingga kemudian, terdengarlah suara bel berbunyi secara tiba-tiba yang menandakan kalau jam makan malam telah usai. Hal itu membuat mereka berdua tidak jadi berantem.

"Hufft... Maaf, itu salahku. Aku tidak bermaksud untuk mengkritikmu atau semacamnya." ucap Jean sambil mengulurkan tangannya kepada Eren.

"Iya. Itu juga salahku. Aku hanya akan merasa tersinggung jika ada seseorang yang meremehkanku dan keinginanku." ucap Eren yang juga mengulurkan tangannya kepada Jean.

Eren dan Jean saling berjabat tangan sebagai bentuk permintaan maaf dari mereka masing-masing. Di sisi lain, Jin memutuskan untuk beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke pintu keluar aula makan. Dia lalu berjalan melewati Jean yang kebetulan masih berada di tempatnya. Jean yang melihat Jin memutuskan untuk memanggilnya.

"Hei, kau!"

Jin lalu berhenti dan menghadap ke arah Jean.

"Namamu Jin, bukan? Kedengarannya seperti sesosok setan yang menyamar menjadi manusia dan ditambah lagi dengan model rambutmu yang lucu itu. Sepertinya, kau memang terlihat seperti seorang berandalan yang tinggal di jalanan." ucap Jean sambil mengejek Jin.

"..."

Jin tidak membalas apa-apa terhadap ucapan itu selain memberikan tatapan dingin dan datar kepada Jean.

"Hei, aku tidak bermaksud untuk mengejekmu. Jadi, kau tidak perlu menatapku seperti itu. Itu membuatku takut." ucap Jean sambil membela dirinya sendiri.

Jin tidak menggubris ucapan itu dan kembali berjalan keluar dari aula makan.

"Oi! Sebaiknya, kau jangan mencari masalah dengan dia atau kau akan tidak akan suka dengan akibatnya." ucap Eren sambil memperingatkan Jean.

"Aku tidak sedang mencari masalah dengan dia. Dia nya saja yang aneh." ucap Jean.

"Hufft... Terserahlah. Tapi yang penting, aku sudah memperingatkanmu." ujar Eren.

"Heleh.. Kau terdengar seperti ibuku saja." sahut Jean dengan acuh tak acuh yang tidak dibalas apa-apa dari Eren.

Kemudian, Eren berjalan menuju ke pintu keluar dengan Mikasa yang mengikutinya dari belakang. Jean memberikan senyuman sombong kepada Eren dan tiba-tiba, Mikasa berjalan melewatinya. Adegan seolah diperlambat di mana Jean menatap Mikasa dengan terpesona. Hal itu membuat kedua pipinya merona.

"T-tunggu!"

Mikasa yang mendengar itu langsung berbalik dan menghadap ke arah Jean.

"A-aku memang belum pernah bertemu denganmu sebelumnya. Tapi, aku merasa kalau rambutmu itu sangat indah." ucap Jean dengan nada gugup.

"Terima kasih." balas Mikasa dengan nada yang sama dinginnya dengan Jin.

Mikasa lalu berjalan menyusul Eren yang sudah keluar dari aula makan. Jean yang terdiam di tempatnya selama beberapa detik, memutuskan untuk keluar dan mencoba mengejar Mikasa yang saat itu sedang berjalan di samping Eren di luar.

"Ayolah, Mikasa. Tinggalkan aku sendiri!" seru Eren yang tidak ingin bersama siapapun

"Kau selalu saja menjadi pemarah setiap saat, Eren. Apalagi terhadap anak itu barusan." ucap Mikasa.

"Hufft... Kau tidak usah mengkritikku. Kau seharusnya lebih mengkhawatirkan rambutmu daripada aku. Akan lebih baik kalau kau memotongnya karena itu akan mengganggumu ketika kita akan menggunakan peralatan ODM." ucap Eren sambil menyisir helain rambut panjang Mikasa dengan punggung telapak tangannya.

"Hmm... Benar juga. Aku akan memotongnya. Tapi, seberapa panjangnya?" tanya Mikasa sambil memegang sehelai rambutnya.

"Ya, secukupnya saja, lah. Yang penting, kau harus memotongnya." jawab Eren.

"Baiklah." sahut Mikasa.

Sedangkan di kejauhan, Jean yang melihat Mikasa yang berjalan berduaan dengan Eren hanya memasang raut wajah kecewa. Dia merasa sedikit putus asa melihat seorang gadis yang menjadi cinta pandangan pertamanya mengabaikan dirinya begitu saja dan langsung pergi. Kemudian, Jean melihat Connie yang baru saja keluar dari aula makan langsung mengusap-usap tangannya di punggung Connie. Hal itu membuat Connie terkejut karena tindakan tiba-tiba dari Jean terhadapnya.

"Hei! Apa yang kau lakukan dan untuk apa itu?" tanya Connie dengan nada kesal.

"Tidak ada. Hanya kepercayaan." jawab Jean yang terdengar lesu seperti orang sakit.

Kembali ke posisi Eren dan Mikasa berada,

"Oh ya, Eren. Apakah kau melihat Jin?" tanya Mikasa.

"Entahlah. Mungkin, dia sudah sampai di baraknya." jawab Eren.

Mendengar itu membuat Mikasa menatap ke bawah sambil memasang raut wajah sedih.

"Kenapa, Mikasa?" tanya Eren.

"Tidak ada. Hanya saja, aku ingin berbicara dengannya sebentar." jawab Mikasa.

"Kau bisa berbicara dengan dia di lain waktu. Lebih baik, kau segeralah kembali ke barakmu karena latihannya akan dimulai besok." ucap Eren.

"Iya, kau benar." balas Mikasa.

Eren dan Mikasa terus berjalan menuju ke baraknya masing-masing. Sementara itu, Yuna dan Taka baru saja keluar dari aula makan dengan Taka yang membawa sepotong roti dan air minum di kedua tangannya dan Yuna membawa sebuah mangkok berisi sup.

"Hei, Taka. Apakah kau yakin ingin memberikan ini kepada dia?" tanya Yuna.

"Tentu saja. Lagipula, dia pasti sangat kelelahan dan kelaparan setelah menjalani hukumannya itu. Aku hanya ingin memastikan agar dia bisa mengikuti latihan besok dengan keadaan yang baik." jawab Taka.

"Ya sudah. Tapi, cepatlah." ucap Yuna.

"Hm." balas Taka sambil menganggukkan kepalanya.

Kemudian, Yuna dan Taka berjalan menuju ke lapangan yang di mana Sasha baru saja menyelesaikan hukumannya. Terlihat dari dia yang sedang terlungkup di tanah dengan keadaan yang sangat lelah sampai membuat kedua matanya terpejam dan nafasnya tidak beraturan.

"Hah... Hah... Hah... Akhirnya, selesai juga..." gumam Sasha yang kemudian langsung pingsan sebelum mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya.

Kemudian, Yuna dan Taka berjalan menghampiri Sasha yang sedang tidak sadarkan diri. Tiba-tiba, hidung Sasha mulai bergerak dengan sendirinya dan mengendus bau di sekitarnya. Setelah mencium adanya bau makanan di dekatnya, kedua mata Sasha terbuka lebar dan tubuhnya mulai bergerak oleh instingnya. Sasha yang sudah sadarkan diri langsung melompat ke arah Taka yang memegang roti di tangannya. Rotinya direbut oleh Sasha dengan mulutnya dan setelah itu, Sasha melahap roti itu dengan sangat cepat hingga habis tak tersisa seperti binatang buas. Hal itu membuat Yuna dan Taka sangat terkejut sampai berteriak panik karena aksi yang dilakukan oleh Sasha.

"Oi! Apa-apaan kau?!" seru Yuna yang masih terkejut kepada Sasha setelah menghabiskan rotinya.

"Astaga... Aku tidak mengira kalau dia menjadi seperti itu karena kelaparan." gumam Taka yang masih terkejut dengan tindakan Sasha barusan.

Kemudian, Sasha berbalik dan menghadap ke arah Yuna dan Taka yang masih berdiri sambil memerhatikannya. Dia lalu berlari menghampiri Taka dan langsung memegang kedua bahunya.

"Apakah kau adalah dewa?! Kau adalah penyelamatku! Mulai sekarang, aku akan selamanya berhutang budi kepadamu!" ucap Sasha dengan haru.

Mendengar itu membuat Taka meringis sambil terkikik pelan terhadap kelakuan Sasha.

"Ehh.. Aku bukan siapa-siapa melainkan hanya orang biasa. Aku hanya datang ke sini untuk memberi makan kepadamu yang sudah kelelahan karena menjalani hukumanmu itu. Lagipula, kau tidak perlu mengatakan seperti itu kepadaku." ucap Taka dengan gugup.

"Aku tidak peduli. Kau adalah dewa penyelamatku!" ucap Sasha yang terlihat kegirangan.

"Hn. Kau setidaknya harus berterima kasih karena sudah ada yang mau memberikanmu makanan. Bukan dengan bertindak seperti hewan buas yang gila seperti yang kau lakukan barusan." ucap Yuna yang sedikit kesal.

"Tidak apa-apa, Yuna. Yang penting, dia sudah mendapatkan jatah makannya." ucap Taka.

Yuna yang mendengar itu hanya bisa memutarkan kedua matanya dengan malas.

"Oh ya. Apakah kau mau makan sup ini?" tanya Taka sambil menunjuk mangkok berisi sup yang dipegang Yuna.

"Mau!" jawab Sasha dengan sangat antusias.

Kemudian, Yuna memberikan mangkuk berisi sup yang dipegangnya kepada Sasha. Setelah itu, mereka bertiga duduk di lapangan dan Sasha langsung menyantap sup yang baru saja dia terima. Sasha menyantap sup itu dengan sangat lahap. Hal itu membuat Yuna dan Taka dibuat melongo karena melihat perilaku makan Sasha yang kelaparan.

'Ya ampun.. Dilihat dari cara makannya, Dia terlihat seperti belum pernah makan selama 100 tahun.' batin Yuna sambil sweatdrop.

Setelah supnya habis, Taka memberikan segelas air minum kepada Sasha yang langsung diterima olehnya dan dihabiskan hingga tak tersisa. Kemudian, Sasha merangkul Yuna dan Taka di bawah kedua lengannya.

"Kalian berdua adalah dewa dan dewi penyelamatku! Terima kasih!" ucap Sasha dengan isak tangis haru di matanya.

"Sama-sama." balas Taka sambil terkekeh pelan.

"Ya, tidak masalah. Tapi lain kali, kau jangan melakukan hal bodoh seperti itu lagi." balas Yuna dengan datar.

Sasha lalu melepaskan Yuna dan Taka dari rangkulannya.

"Aku berjanji!" seru Sasha.

Hingga kemudian,

"Hei, kalian bertiga!"

Terdengarlah suara yang memanggil Yuna, Taka, dan Sasha dari suatu tempat. Mereka bertiga lalu menoleh ke sumber suara itu dan mendapati dua figur perempuan yang sedang menghampiri mereka. Yang satu tinggi berambut coklat gelap dengan wajah berbintik-bintik dan yang satunya lagi pendek berambut pirang dengan kedua matanya berwarna biru.

"Sedang apa kalian bertiga di sini?"

Perempuan berambut coklat itu lalu menoleh ke arah Sasha.

"Apa yang kalian lakukan terhadap gadis kentang itu?"

"Gadis kentang? Apakah itu adalah sebutan untuk dia?" tanya Yuna sambil menunjuk ke arah Sasha.

"Iya, itu benar mengingat apa yang telah dia lakukan tadi pagi. Dia seenaknya memakan kentang di hadapan instruktur."

"Itu sih, aku juga tahu. Bahkan, aku melihatnya membagi kentangnya hanya sepertiganya saja kepada instruktur. Pada akhirnya, dia dihukum untuk berlari mengelilingi lapangan hingga malam." ucap Yuna sambil terkekeh.

"Hahaha... Iya, itu benar. Bisa-bisanya dia melakukan itu. Menyedihkan sekali."

"Ymir! Kau jangan mengatakan seperti itu. Itu tidak baik!"

"Hah.. Biarkan saja, Krista. Itu memang salah dia sendiri."

"Omong-omong, kalian berdua siapa? Aku belum mengenal kalian sebelumnya." ucap Taka.

"Oh ya. Perkenalkan, namaku Krista Lenz. Kalau yang di sebelahku ini namanya Ymir."

"Senang berkenalan dengan kalian berdua." ucap Taka.

"Kalau kau, siapa namamu?" tanya Ymir kepada Taka.

"Namaku Taka Yarikawa. Kalau yang di sana, namanya Yuna Yarikawa dan dia adalah kakakku." jawab Taka sambil memperkenalkan dirinya dan juga Yuna.

"Wah! Jadi, kalian berdua kakak beradik ya?" tanya Krista.

"Lebih tepatnya, kami adalah saudara kembar. Taka lahir 1 jam setelahku. Jadi, aku yang paling tua." jawab Yuna.

"Oh, begitu ya. Aku tidak menyangka kalau ada sepasang saudara juga bergabung ke dalam militer." ucap Ymir.

"Ya, itu karena memang kesepakatan kami untuk bergabung ke sini dan juga atas usulan dari teman kami." ucap Yuna.

"teman kalian?" balas Ymir dengan mengerutkan dahinya.

"Dia juga bergabung ke sini dan kami memutuskan untuk mengikutinya ke mana pun dia pergi." sambung Yuna.

"Tunggu dulu. Apakah kalian berdua adalah teman dari si berandalan itu?" tanya Ymir

"Berandalan? Apakah yang kau maksud itu Jin? Iya, kami berdua adalah temannya." jawab Yuna.

"Begitu ya. Tidak mengherankan." sahut Ymir.

"Ehm.. Ymir, kau seharusnya tidak memanggilnya dengan sebutan itu." ucap Krista.

"Hn. Suka-suka aku, lah." balas Ymir dengan nada ketus.

Tidak lama kemudian, Sasha menguap dan langsung tertidur. Hal itu membuat semua atensi lainnya beralih ke arah Sasha.

"Heh!? Dia pingsan lagi?" kejut Taka.

"Sepertinya, dia hanya kelelahan. Dia pasti sedang tertidur karena ini sudah malam." ucap Yuna.

"Apakah kalian tidak mendapatkan apa-apa dari yang kalian perbuat kepada dia?" tanya Ymir.

"Tidak. Kami bahkan tidak mengharapkan apa-apa darinya. Rasa terima kasih dari dia saja sudah cukup." jawab Yuna.

"Lagipula, dia membutuhkan energi yang banyak untuk latihan besok. Jadi, kami memutuskan untuk memberikannya makan." sambung Taka.

"Begitu ya. Lupakan saja dengan aku tanyakan barusan." balas Ymir.

"Sangat baik dari kalian berdua untuk membawakan makanan untuknya." ucap Krista.

"Tidak juga. Sebenarnya, ini hanyalah ide dari Taka." ucap Yuna.

Sedangkan Taka yang mendengar itu hanya bisa cengengesan.

"Ya sudah. Kalau begitu, kita harus segera kembali ke barak." ucap Ymir.

"Kau benar. Taka, kau kembalilah ke barakmu. Biar aku yang akan membawa Sasha kembali ke barak kami." ucap Yuna kepada Taka.

"Aku mengerti. Kalau begitu, selamat malam, semuanya." ucap Taka.

"Selamat malam, Taka." balas Yuna.

"Malam." balas Ymir.

"Selamat malam juga, Taka." balas Krista.

Akhirnya, Taka langsung berjalan menuju ke baraknya. Sedangkan Yuna, Ymir, dan Krista juga langsung kembali ke baraknya dengan Yuna menggendong Sasha di punggungnya untuk persiapan latihan besok.


















Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 58.8K 83
"The only person that can change Mr. Oberois is their wives Mrs. Oberois". Oberois are very rich and famous, their business is well known, The Oberoi...
216K 4.9K 71
imagines as taylor swift as your mom and travis kelce as your dad
90.5M 2.9M 134
He was so close, his breath hit my lips. His eyes darted from my eyes to my lips. I stared intently, awaiting his next move. His lips fell near my ea...