Miss My Regret

By 2was_JJ

12.8K 1.7K 412

Kesalahan membuat mereka terpisah. Pilihan membuat mulut itu tak bisa mengatakan hal yang sejujurnya. Ketika... More

Me & You
Be a New Profile
Hard
Can We Together?
You Broke Me First
The Gift
I'm
A Lie
Where are You?
Seriously?
When Be Going This?
I Forced You
Heart
Cause
Questions?
Love Maze
Crazy Over You
I'm in Here
The Blood Tears
I Need Someone
Stupid and Ego
Hurt Marriage?
Never!
Only Mine
My Son
Jerk!
Skin to Skin
I Love You
The Reason
Tata?
The Ending I Want?
Lost

Now, It Just Us

262 39 8
By 2was_JJ

"Jaga putriku baik-baik Jungkook"ucap Nyonya Park memeluk Jihyo.

"Tentu eomma, dia akan selalu bersamaku" Balas Jungkook tersenyum.....aneh.

Jungkook memandang mata Jihyo yang juga menatapnya. Ada atmosfer aneh dalam diri Jihyo ketika melihat suaminya itu menatapnya. Sesuatu yang tidak bisa ditebak.

"Kami pasti merindukanmu. Tapi tenang saja, jika sesuatu terjadi jangan lupa kalau kami akan selalu ada untukmu, Thomas" Ujar Jimin yang diangguki setuju oleh Chanyeol.

Jihyo memeluk kedua kakaknya erat. Ia pasti akan rindu semua ini. Pelukan kedua kakak laki-lakinya yang tampan. Mulai sekarang ia harus bisa menggantikan pelukan hangat itu oleh suaminya.

"Appa akan selalu menunggumu untuk mengunjungi kami dirumah, sayang" Tuan Park tak lupa mengucapkan salam hangat nya pada sang putri.

"Tentu appa, Jungkook akan menjaga Thomas sampai dia lupa kapan terakhir ia merasa sedih. Benar bukan?" Jungkook menoleh.

Jihyo mulai merasakan sesuatu yang aneh menjalar. Jungkook begitu posesif dan terlalu keras mencengkram pinggangnya. Mau tak mau Jihyo harus berpura-pura tersenyum meski dalam hati ia merasa tak nyaman. Dalam sejenak, mengapa sifat Jungkook begitu berubah?

Akhirnya mereka berdua pun pergi ke mansion yang sudah disediakan untuk kehidupan mereka berdua secara pribadi. Jihyo akan mulai berkerja dibawah kepemimpinan Jungkook sebagai bossnya. Tapi jangan salah, mereka sama-sama menjalani kuliah sembari menjalankan bisnis.

Mansion itu begitu besar dengan diisi mereka berdua saja. Tapi tentu saja ini lebih dari nyaman. Jihyo sudah membayangkan waktu luang yang akan ia habiskan disini dengan sekali melihat.

"Jung..." Niat Jihyo memanggil terhenti ketika Jungkook melewatinya begitu saja.

'Ada apa dengannya? Apa ia terlalu lelah?'

Pikir Jihyo terus berkecamuk. Namun, pada akhirnya ia memilih untuk bersikap tak peduli. Toh, memang hubungan mereka belum terlalu baik. Jihyo mengangkat barangnya dan masuk ke kamar. Ia menata sendiri barang-barangnya. Tak mau jika Jungkook menyentuhnya. Apapun itu. Dan berlaku sebaliknya.

Jihyo
Tata, biasanya apa yang membuat pria menjadi marah?

[Send]

Taehyung
Mungkin dia terlalu lelah, pria biasa menyibukkan dirinya. Kau mungkin bisa menghiburnya, Mic Girl. Memang kenapa?

[Read]

Jihyo
Ah, tidak. Kurasa Jungkook tidak dalam mood yang baik. Apa yang harus kulakukan?

[Send]

Taehyung
Mungkin mengajaknya bicara atau buatkan coklat hangat? Itu menjadi rileks bukan?

[Read]

Jihyo
Mmm, aku akan coba. Thank you Tata. Lain kali aku tanya lagi. Mimpi indah,

[Send]

Jihyo tersenyum. Mungkin mulai sekarang ia bisa berkonsultasi dengan Taehyung perihal perasaan pria. Toh mereka memutuskan hidup untuk mencari kebahagiaan masing-masing. Usai berkomunikasi dengan pria Kim itu Jihyo memasuki kamar mandi dan membersihkan diri.


Taehyung
Have a good dream too, Mic Girl ❤
[Read]


Bukan. Bukan Jihyo yang membaca pesan itu. Melainkan Jungkook. Dengan senyum sinis, lelaki itu membaca pesan dengan akhiran tanda love. Namun, Jungkook lupa satu hal. Jika untuk memahami keadaan seharusnya perlu untuk mengetahui akar permasalahan. Tidak. Jungkook hanya dipenuhi emosi dan rasa tak mau kehilangan.

"Oh, kau kemari? Apa ada yang kau butuhkan?" Jihyo keluar dari kamar mandi dengan piyama ungu.

Tidak mendengar jawaban dari Jungkook. Jihyo terus mendengus. Lalu menatap kearah kaca. Menambahkan pelembab wajah dan mengusap wajahnya pelan. Rengkuhan dari perutnya seketika membuatnya terkejut. Jungkook memeluknya begitu erat.

"Jung, a-apa kau ada masalah?" Gugup gadis itu.

Jungkook menggeleng pelan. Ia mencium leher Jihyo yang jenjang. Lalu dengan cepat mencium bibir istrinya yang candu. Awalnya lembut, namun semakin lama, ciuman itu penuh tuntutan. Kemarahan. Kekecewaan. Yang dimana Jihyo mulai tak nyaman.

"Jungkook hentikan! Jaga batasanmu!" Bentak Jihyo menyadarkan Jungkook.

"Why? I'm your husband right now. Sudah menjadi hak bagiku melakukan apapun padamu bukan?"

"Kita tidak dalam hubungan yang baik dalam pernikahan ini Jung. Aku masih perlu waktu" Jawab Jihyo.

"Kuharap waktumu tidak habis dengan pria lain. Atau aku tidak tahu apa yang harus kulakukan pada istriku ini nanti" Jungkook tersenyum. Iblis?

"Kau i-ini kenapa?"

Jungkook tiba-tiba mengubah raut wajahnya tersenyum polos. "Hei, Thomas. Aku hanya bercanda. Kau tak perlu takut jika dengan suamimu kan? Justru suamimu ini takut kau diambil pria lain kekeke..."

Pria Jeon itu merebahkan dirinya dikasur. Dikamar mereka berdua. Jungkook menutup matanya menuju ke alam mimpi terlebih dahulu. Sedangkan pikiran Jihyo masih berkutat pada keanehan suaminya ini.

Pelan. Jihyo menyelimuti tubuh Jungkook dengan telaten. Ia mematikan lampunya. Sesaat itu ikut merebahkan tubuh mungilnya. Dengan keraguan ia mendekat dan berbisik ditelinga Jungkook. "Aku tidak tahu apa yang terjadi dimasa depan. Tapi aku harap Taehyung benar, jika denganmu aku bisa bahagia. Selamat malam, Kookie. Mimpi indah"


Cup....


Jihyo mengecup pipi Jungkook dan keningnya. Tanpa ia menyadari jika lelaki itu mendengarnya. Sungguh, Jungkook bingung dengan perasaannya. Apapun yang Jihyo katakan selalu dan selalu berhubungan dengan apa yang Taehyung katakan. Gadis itu seolah robot yang dikendalikan oleh pria bermarga Kim itu.

"Thomas, aku ingin kau hanya untukku. Bahkan ketika kau melukaiku. Mengapa aku tidak bisa benci padamu? Apa aku terlalu bodoh? Jika iya, sanggupkah aku untuk melepasmu?" Jungkook mengambil tubuh Jihyo dan memeluknya erat. Ia tak peduli dengan respon Jihyo saat terbangun. Lagipula sah-sah saja kan?




•°•


"Kenapa kau terlihat murung, honey" Tuan Jeon mengamati wajah istrinya yang pucat.

"Bisa kau carikan data untukku? Aku ingin memastikan sesuatu"

"Jangan berpikir terlalu berat. Jika Jungkook tahu, dia akan memarahiku"

"Ini penting! Aku rasa aku sudah menemukan cheetah itu. Kumohon dapatkan informasi tentang Kim Taehyung. Sahabat Jimin" Pinta nyonya Jeon.

"A-apa kau yakin itu adalah Taehyung yang sama?"

"Seharusnya aku tak seyakin ini. Namun, dengan sekali melihat anak itu, entah mengapa aku percaya mereka adalah orang yang sama. Kumohon, aku ingin memeluknya. Tolong..."

"Shh.... Kita pasti bisa. Hanya perlu waktu. Meski tak akan mudah"

Tuan Jeon memeluk istrinya erat. Ia tak tahu apa yang kini wanita itu alami. Melihat kegugupan dan kekhawatiran itu, ia yakin akan banyak hal yang segera istrinya ungkap. Termasuk tentang sosok Kim Taehyung ini.

"Semoga dia memang orang yang sama. Aku harap kebencian itu hilang dan kita bisa menebus kesalahan dimasa lalu" Bisik lelaki itu singkat.


•°•


Jihyo terbangun dari tidurnya. Ia terkejut ketika tak mendapati Jungkook tidur di sampingnya. Detikan jarum jam menyadarkannya. Bukankah masih pukul enam? Untuk apa Jungkook bangun sepagi ini?

Tak mau menunggu lama. Jihyo segera merapikan tempat tidur. Rencana hari pertama setelah menikah tak lain adalah bekerja. Tidak ada honeymoon seperti pasangan lainnya.

Langkah Jihyo mantap memasuki ruang pakaian. Menyiapkan jas dan perlengkapan Jungkook ke kantor. Sama seperti dirinya yang tengah mengenakan blues biru muda dengan paduan rok putih selutut. Rambutnya dikuncir kuda dengan make up natural. Persis seperti sekertaris yang menawan. Sangat.

"Jungkook? Apa kau ada didalam?" Ucap Jihyo mengetuk ruang gym.

Tidak mendapat respon. Jihyo dengan membawa sarapan nutella coklat dan kopi itu masuk. Ya, seperti yang ia duga. Jungkook sedang berolahraga. Kebiasaan Jungkook jika pagi hari pemuda itu berolahraga membentuk ototnya.

"Sudah kusiapkan sarapan dan pakaianmu. Kita harus berangkat ke kantor tepat waktu"

"Hmm... Aku akan bersiap. Kau bisa pergi" Balas Jungkook dingin.

Jungkook masih melanjutkan olahraga pagi. Tak sabar, Jihyo mengambil handuk dan mengambil posisi didepan Jungkook yang sedang sit up. Saat kepala pria itu mendongak. Jihyo dengan sigap menahan kepala suaminya dan mengelap kepala Jungkook pelan. Ia juga tak sadar ketika kening mereka sama-sama menyatu.

Mata Jungkook melihat tingkah istrinya yang gemas. Ia tahu, Jihyo merasa kesal. Namun, tetap saja ia marah saat melihat wajah Jihyo yang begitu lega ketika Taehyung menciumnya. Dihari sakral mereka.

"Apa kau mau membuatku menunggu lama tuan Jeon? Sejak semalam kau bersikap dingin padaku. Sekarang ayo katakan dimana letak kesalahanku hmm?!" Bentak Jihyo.

Jujur melihat wajah Jihyo yang polos dan menggemaskan sudah mampu membuatnya luluh. Tapi untuk memastikan dimana hati istrinya itu berlabuh, maka ia harus sedikit mengeluarkan tenaga ekstra.

"Gwenchana....Berhenti berdebat, aku akan bersiap. Tinggalkan aku sendiri, Thomas" Oh ayolah, Jungkook justru memancing amarah yang Jihyo pendam.

"Pria menyebalkan! Aku berusaha menjadi istri yang baik, dan kau justru membuatku tak ingin mengenalmu lebih jauh. Dasar breng-..."

Cup....

Jihyo membelalak. Tanpa peringatan apapun, Jungkook tiba-tiba mencium bibirnya. Bahkan saat ia ingin mengatakan sumpah serapahnya.

"Kurang ajar! Beraninya kau mencium-..."



Cupp.....


Kedua kalinya. Kali ini Jungkook Bersungguh-sunguh. Lelaki itu mencium dan melumat lembut bibir pink dengan rasa vanilla milik istrinya. Bulatan magam itu menutup seolah menikmati. Dengan kekuatannya, Jungkook menggendong Jihyo ala koala dengan masih menciumnya. Berjalan meninggalkan ruang gym.

Sesaat kemudian, ia mendudukkan Jihyo disofa ruang tamu. Ia menunduk mensejajarkan tubuh dengan istrinya yang masih bingung dengan kejadian barusan. Gigi kelinci itu kemudian nampak sembari senyuman polos yang muncul.

"Ok nyonya Jeon Jihyo. Aku tak akan membuatmu menunggu karena kau begitu cerewet sekarang. Jadi tunggu aku. Dan terimakasih untuk sarapannya" Jungkook mengecup punggung tangan Jihyo.

"Jeon Jungkook!!!" Bentak Jihyo yang tersadar.

Lelaki itu hanya berjalan sembari melayangkan tangannya tanpa menatap Jihyo. Bersenandung tanpa beban menaiki kamar. Mengejek. Tentu saja.

"Sialan! Tidak Jihyo! Kau tidak bisa langsung tunduk pada pria itu! Kau tidak bisa langsung mempercayainya!" Gumam Jihyo meyakinkan dirinya sendiri.



'Bisakah aku mendapatkan hatinya, Tuhan?'





•°•


"Hyung, mereka berusaha mencari identitasmu" Ungkap Jaehyun.

Lelaki bermata elang itu hanya menatap jendela didepannya dengan tenang. Menikmati secangkir ekspresso. Mendengar berita dari adiknya tentu saja bagaikan sarapan yang tak baik jika dilewatkan.

"Biarkan saja. Bukankah mereka terlalu lamban? Haruskah aku muncul didepan mereka baru mereka akan curiga? Huh-bullshit!" Umpatnya.

"Apa jika semua terungkap, kau akan kembali pada mereka, hyung?" Tanya Jaehyun risau.

Pemuda itu tersenyum. Berdiri dan menepuk pundak bidang adiknya. Senyumannya senyaman mentari. Yang bisa panas membara disuhu tinggi. Ia malaikat tapi ia juga iblis. Iblis untuk hidupnya. Malaikat untuk kehidupan orang yang ia cintai.

"Aku hanya ingin mereka merasakan sakit yang lebih Jaehyun. Tidak mungkin kutinggalkan ibu kita dan kembali dengan iblis jahannam itu bukan? Percayalah, aku hanya ingin mendapatkan kepuasan sebelum hari penantianku berakhir"

"Apa aku perlu mengambil Jihyo untukmu? Aku tidak sanggup jika melihatmu seperti ini. Kau terus terluka sejak kecil hanya untuk lelaki pengecut yang berdiri dibawah kaki ibunya itu!"

Taehyung menatap Jaehyun dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan. Dengan tatapan itu Jaehyun yakin, bahwa Taehyung sedang tidak ingin membahas tentang gadis itu. Park Jihyo. Jaehyun menunduk. Ia terlalu terintimidasi jika di hadapan kakaknya.

"Urusan Jihyo adalah urusanku. Aku hanya hidup untuk kebahagiaan gadis kecilku, bukan siapapun. Jangan bertindak apapun tanpa intruksiku, gadisku itu mudah rapuh. Until the day come, aku hanya menjadi miliknya. Do you understand man?"


"Thanks for information, my brother" Lanjut Taehyung.

•°•

Hari pertama masuk kerja. Jungkook dengan setelan jas biru itu berjalan dengan gagah. Diikuti Jihyo yang jalan bersisihan. Pasangan itu nampak sempurna, baik bagi seorang boss dan sekertaris maupun pasangan hidup. Dua manusia itu juga rupanya sedikit memiliki kemiripan rupa yang sama. Oh jangan katakan kalau jodoh tak akan kemana.

"Selamat pagi tuan Jungkook" Sapa para pegawai menyambut boss baru mereka.

Dengan senyum tipis nan mahal Jungkook membalas. Sedangkan Jihyo menunduk ramah dan tersenyum lebar. Sangat mudah menarik perhatian lelaki disana. Sialan! Sihir apa yang istrinya gunakan.

"Anyeong, namaku Park Jihyo! Sekertaris baru tuan Jungkook. Mohon kerjasamanya" Ucap Jihyo sopan.

Seluruh pegawai menunduk sopan. Tingkah Jihyo memang sangat sesuai dengan image citra berwibawa. Ditambah rupawan wajahnya itu sudah menunjukkan paket lengkap. Mata jelalatan pekerja pria juga tak bisa Jungkook hiraukan. Mengapa ia harus menuruti Jihyo untuk tidak membuka identitas asli keduanya?!

"Ekhem...kalian bisa kembali bekerja" Potong Jungkook singkat.

Jihyo berjalan menuju tempat duduknya. Disamping tuan Jeon tentunya. Lelaki itu memandang sinis istrinya. Rok pendek dengan kucir kuda? Adakah hal lain yang masih ingin Jihyo tunjukan?

"Oh iya ada peraturan khusus untukmu nona Park"

"Aturan? Maksudmu aturan baru?"

"Sure. Khusus untukmu, tidak boleh tersenyum dengan pegawai lain kecuali para wanita. Kenakan juga celana panjang"

"Hey tuan! Dimana-mana seperti inilah style seorang sekertaris"

"Jangan lupa, jika aku juga suamimu. Sudah menjadi kewajiban untuk menjaga istri dari keluarga Jeon"

"Itu tidak berlaku saat kita bekerja. Lagipula mereka tidak akan tahu hubungan kita"

"Jadi kau tidak mau menurut?"

"Aturan aneh apalagi itu! Memang kau siapa?! Beraninya menyuruhku!"

"Kalau kau lupa, disini aku adalah Jeon Jungkook, bossmu"

Jungkook mendekat dan merengkuh pinggang istrinya dengan erat. Posisi mereka begitu intim. Jantung Jihyo memompa lebih cepat.

"Turuti atau kubuat satu perusahaan tahu kalau kau adalah istriku
Deal Mrs. Jeon?" Bisik Jungkook.


Jihyo memilih diam. Sabar. Adalah jalan satu-satunya untuk meredakan amarahnya yang meledak. Tenang. Ini baru awal. Ia pasti punya cara membalas Jungkook. Tapi tidak di kantor. Mungkin nanti.
















'Satu persatu semua akan terbuka. Entah dengan cara apa kau akan menyelesaikannya. Denganku yang tulus atau dengannya kau mungkin merasa bahagia'



Continue Reading

You'll Also Like

206K 31.5K 57
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
45.6K 6.1K 16
Pacaran sama degem, dengan jarak usia 5 tahun? "Gimana Ji? enak gak pacaran sama Hyunjin?" "Enak pala lo!!" Pacaran sama yang lebih muda itu bukanlah...
812K 39.1K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
6.5K 518 20
Danielle ingin masuk menjadi anggota cheerleader untuk tim basket di sekolahnya. namun, dia menyesal karena harus menyerahkan kevirginannya pada kapt...