Keadaan sudah mencekam, bahkan banyak karyawan yang berdatangan hanya untuk melihat kejadian ini. Tidak hanya itu saja, tapi banyak karyawan perempuan yang iri dengan Rea karena bisa di peluk oleh Pak Kelvin.
Ya maklum, walaupun Pak Kelvin itu di kantor humble, tapi jika soal di taklukan sangatlah sulit. Namun kebaikan hatinya, sikap dewasanya mampu membuat para karyawati terpesona.
"Apa Mas Kelvin udah berubah pikiran? Dia mau jujur tentang hubungan kita?" batin Rea.
Kelvin yang merasa risi karena di tatap oleh banyaknya pasang mata, lebih memilih untuk langsung melepaskan pelukannya di tubuh Rea. Untung saja dia ada di sekitar sini, jika tidak pasti Rea akan sakit mata karena akan disiram dengan sebotol saus oleh Cindy.
"Maaf, saya reflek memelukmu tadi. Anggap saja kita tidak pernah berpelukan," ujar Kelvin sembari menjauhkan tubuhnya dari Rea.
Sedang Rea hanya membalasnya dengan anggukan. Pak Kelvin masih saja bersikap seolah-olah mereka tidak ada hubungan apa-apa.
"Rea enak banget tuh, bisa di peluk sama Pak Kelvin."
"Gilak sih, Pak Kelvin emang orangnya baik banget, tapi Rea pasti seneng tuh."
"Coba kalau gak ada Pak Kelvin, pasti udah ke siram pakai saus tuh Rea."
Masih banyak lagi ucapan para karyawan yang dapat Rea dengar. Mereka semuanya hanya memuji kebaikan Pak Kelvin saja.
Sedangkan Cindy tampak menunduk, dia sudah salah besar karena mengotori meja milik Kelvin.
Kelvin tidak bisa memakai jas miliknya lagi karena sangat kotor dengan saus. Dia dengan segera melepaskan jas yang dipakainya itu, lalu menggulung lengan kemejanya sampai ke dekat siku tangan.
Sontak karena tindakan Pak Kelvin barusan membuat karyawati semakin heboh saja. Karena Pak Kelvin semakin terlihat keren dan muda dengan menggunakan kemeja seperti itu. Yang pasti itu kemeja yang telah di siapkan Rea tadi pagi.
"Rea, sebagai rasa terima kasih kamu ke saya, tolong bawa jas saya ke laundry di depan kantor sekarang," ujarnya sembari memberikan jas itu ke Rea, setelahnya dia memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.
*anggap aja Pak Kelvin ini yak
"Baik, Pak, segera saya antarkan." Rea langsung hengkang dari kerumunan ini, tapi sebelum dia benar-benar mengembalikan badan, Rea melihat Pak Kelvin mengkedipkan satu matanya ke arah dia.
"Eh, barusan Pak Kelvin ngedipin mata ke gue, deh," ujar salah satu karyawati yang merasa percaya diri.
"Masak sih, tapi kayaknya ke gue deh,' balas yang lainnya.
"Tapi ya, Rea malah yang suruh bawa ke laundry, kirain tadi si Cindy. Kan dia yang udah buat kemejanya Pak Kelvin kotor."
"Ya entalah, mungkin karena tadi Rea udah di bantuin. Tapi lihat aja, si Cindy bakalan habis itu."
Kelvin mendengar semua perkataan para karyawannya. Kenapa mereka malah berkumpul di sini?
"Sepertinya, saya tidak sedang membuat ajang pertunjukan!" ujarnya menyindir para karyawan, tapi dia bersuara tegas.
Sontak semua karyawan langsung berbondong-bondong pergi. Selang beberapa detik, OB datang dan hendak membersihkan lantai yang kotor karena saus.
"Tidak perlu, Pak, biar Cindy saja yang membersihkannya," ujar Kelvin ketika salah satu OB hendak mengepel lantai.
"B–baik, Pak, akan saya bersihkan sekarang." Cindy mengambil alih pel yang di bawa oleh OB tadi dan mulai membersihkan lantai.
Kali ini dia memang gagal untuk mengerjai Rea, tapi lain kali dia pasti tidak akan gagal.
"Cindy, setelah ini datang ke ruangan saya!" Kelvin berbicara masih dengan nada tegas.
"B–baik, Pak." Cindy ketakutan.
Bagaimana nasibnya setelah ini? Dia tidak mau di pecat dari kantor ini karena masih sangat membutuhkan pekerjaan. Tapi rasa kesalnya kepada Rea memang tidak bisa dia hilangkan begitu saja.
***
Cindy berjalan pelan menuju ke ruangan Pak Kelvin, dia benar-benar datang karena takut jika tidak datang masalah akan semakin rumit.
"Mbak Dea, mau ketemu sama Pak Kelvin. Tadi di suruh datang ke ruangannya," ujar Cindy kepada sekertaris Pak Kelvin.
"Okey, masuk saja kalau gitu."
Setelah mendapatkan ijin dari Mbak Dea, Cindy langsung mengetuk pintu ruangan Pak Kelvin. Dia segera masuk saat Pak Kelvin sudah mengijinkannya untuk masuk ke dalam ruangan.
Keadaan di ruangan ini terasa pengap untuk Cindy, padahal ruangannya luas dan ber-AC. Tapi tidak berlaku dengan Cindy yang sekarang ketakutan. Apalagi tatapan Pak Kelvin langsung mengintimidasinya.
"Silahkan duduk, Cindy," ujar Kelvin tegas.
Cindy menarik kursinya dan langsung mendudukan dirinya di sana, dia menunduk karena takut menatap wajah Pak Kelvin.
"Cindy, kamu sudah tahu kenapa saya memanggil kamu ke sini bukan." Kelvin menatap Cindy dengan tatapan datar.
Rasanya dia ingin marah besar ke Cindy karena hendak menyakiti isterinya. Tapi dia tidak bisa gegabah karena bisa berakibat tidak baik. Dia harus bisa profesional sebagai seorang bos di kantor ini sekarang.
"I–iya, Pak, ka–karena kejadian tadi, kan. Saya benar-benar minta maaf telah menyiram Bapak tadi." Cindy masih menundukan kepalanya.
"Cindy, lihat lawan bicaramu sekarang!"
Cindy sontak mendongak dan menatap mata bak elang milik Pak Kelvin. Walaupun wajahnya terlihat santai, tapi aura tegasnya benar-benar muncul. Beda sekali dengan Pak Kelvin yang biasanya ramah dengan para karyawan. Mungkin karena kesalahannya sangat fatal.
"Sudah tahu apa kesalahanmu?"
"Sudah, Pak, karena saya telah melanggar peraturan kantor. Sesama karyawan harus bersikap baik." Cindy sudah paham.
"Itu kamu tahu, kenapa kamu malah hendak berlaku tidak baik ke Rea? Bukannya saya membela Rea atau bagaimana. Tapi kamu juga sudah mengakui apa kesalahanmu sendiri bukan. Sedang saya tidak bisa menerima kelakuan tidak baik dari karyawan saya."
Cindy membulatkan matanya, dia benar-benar takut jika Pak Kelvin akan memecatnya.
"Pak, saya mohon jangan pecat saya," ujar Cindy dengan wajah memelas.
Kelvin berpikir sejenak, dia harus mengambil keputusan apa sekarang? Sedangkan dia tahu, jika Cindy yang menjadi tulang punggung keluarga, karena dia banyak mendengar cerita-cerita dari karyawan yang lain.
"Baik, asalkan kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama." Kelvin akhirnya berbaik hati memberikan kesempatan.
"Terima kasih banyak, Pak, saya janji gak akan ngulangin kesalahan saya itu." Mata Cindy berbinar-binar.
"Oke, namun kasih saya jaminan atas perkataan kamu barusan." Kelvin tidak mau kecolongan.
Cindy bingung, dia benar-benar di sudutkan oleh Pak Kelvin. Permainan katanya membuat Cindy bimbang.
"Pecat tanpa pesangon dan hari ini kamu kena SP 1. Sekarang boleh keluar dari ruangan saya!"
Padahal Cindy belum mengambil keputusan, tapi Pak Kelvin sudah mengambilnya sendiri.
"Tap —"
"Silahkan keluar, Cindy. Jangan lupa minta maaf dengan Rea setelah ini," potong Kelvin.
"Baik, Pak." Cindy pasrah, dia tidak bisa melakukan apapun juga.
Cindy keluar dari ruangan Pak Kelvin dengan langkah gontai. Dia terancam di pecat sekarang, sepertinya dia tidak bisa membalaskan dendamnya ke Rea jika di kantor.
Sedangkan Kelvin tampak menghela napas, dia cukup lega karena Rea baik-baik saja. Kelvin pun mengambil ponselnya dan mengetikan pesan ke nomor Rea.
Si Polos
Alangkah baiknya seorang istri itu mencucikan baju suaminya.
Kelvin tersenyum tipis setelah berhasil mengirimkan pesan itu ke Rea. Dia memang sengaja menyimpan nomor Rea dengan nama Si Polos agar tidak ada yang tahu.
Sedangkan di tempat lain, Rea sudah sampai di parkiran laundry. Pasalnya laundry yang berada di depan kantor tutup, jadi dia harus berjalan kaki untuk menemukan laundry yang lain walaupun jaraknya jauh dari kantor jika di tempuh dengan jalan kaki.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan jika ada pesan yang masuk. Rea memang sering mensilent ponselnya dan lebih memilih mengaktifkan mode getar.
"Astaga ini orang satu ada-ada saja, mana udah sampai laundry lagi. Terus aku harus gimana sekarang? Mana jauh lagi dari kantor, masak ya balik lagi dan nyuci di kamar mandi," gumam Rea kesal.
"Aha! Aku ada ide."
Kira-kira apa ide dari Rea?
Next gak nih?
Jangan lupa share cerita ini ya.