Cicatrize ✔️

By chocokiiim

52.9K 6.1K 1K

Dia hadir dan memperbaiki semuanya, menjadikanku sosok tangguh yang lebih baik. Dia datang dengan cinta, dan... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 - Fin
Epilog
Bonus Chapter - 1
Bonus Chapter - 2

Chapter 26

940 101 11
By chocokiiim

Sepasang kaki berbalut sandal ninja itu menapak di dalam aula yang telah didekor sedemikian rupa untuk menyambut salah satu hari penting dalam agenda Aliansi Shinobi. Sepasang manik bak batu emerald  nan jernih itu bergulir, menyusuri setiap sudut ruangan ini dengan wajah cerah. Gedung serbaguna yang berlokasi di pusat desa Sunagakure ini telah terisi dengan ratusan manusia yang terdiri dari para ninja medis peserta pelatihan, pemateri, maupun perwakilan dari Aliansi Shinobi sebagai organisasi penyelenggara acara. Seisi gedung ini didominasi oleh orang-orang dalam balutan jas putih khas seorang ninja medis, membuat Sakura teringat jika ia belum mengenakan jas miliknya- atau biasa disebut dengan snelli.

Seiring berkembangnya zaman, para ninja medis di seluruh desa telah sepakat untuk menetapkan satu pakaian dinas di kala mereka bertugas. Sedikit tentang asal-usul jas tersebut, awalnya departemen kesehatan sempat berpikir untuk membuat rompi seperti para chunin. Namun setelah dipikir-pikir ulang, ada segelintir orang yang kurang setuju karena merasa tidak ada pembeda antara shinobi dan ninja medis sehingga dalam keadaan darurat, hal tersebut dianggap tidak efisien. Maka pada akhirnya, Senju Tsunade selaku pemimpin Departemen Kesehatan Internasional menetapkan peraturan kepada para ninja medis untuk memakai jas putih ketika sedang menjalankan tugas.

Baiklah kembali lagi pada Sakura yang saat ini tengah meremas kedua tangannya, pertanda jika ia tengah menahan rasa gelisah saat ini. Jantung gadis itu mulai berdegub kencang, merasa gugup lantaran harus menyampaikan kata sambutan sebagai perwakilan dari Departemen Kesehatan Internasional, menggantikan Tsunade yang sedang berhalangan hadir. 

Sejujurnya, gadis itu sering berpidato atau menjadi pembicara dalam sebuah koferensi. Namun untuk berbicara di hadapan orang sebanyak ini, tentu saja hal itu memberikan tekanan yang berbeda untuknya. Terlebih lagi, pidatonya akan disaksikan oleh beberapa orang besar- seperti Kazekage contohnya. Ternyata sekeras apapun Sakura berusaha untuk menghindar agar pemuda itu tidak melihatnya berbicara di atas podium, ternyata takdir berkata lain. Ya, setidaknya ia harus bisa menahan diri untuk tidak melihat Gaara selama tiga menit ketika ia berpidato nanti.

"Tenanglah, jidat. Kau pasti bisa."

Suara itu membuat lamunan Sakura buyar, tergantikan dengan seulas senyum tipis. Gadis berambut merah muda itu menyambut sebotol air yang diberikan Ino padanya. Setelah mengucapkan kata terima kasih, ia langsung meminum isinya sampai habis setengah botol.

"Wow, wow, tampaknya kau sangat gugup."

Sakura mengangguk tipis. Ia menarik napas lalu membuangnya perlahan, berusaha menetralisir rasa gugupnya saat ini.

"Bagaimana jika aku melajukan kesalahan nanti, Ino? Tidakkah itu sangat memalukan," ujar gadis itu. Ino menghela napas panjang. Menghadapi Sakura dengan kebiasaan overthingking selalu sukses membuat Ino pusing. Merasa tak ada pilihan lain, gadis berambut pirang itu memukul punggung Sakura dengan keras dan mendatangkan amarah padanya.

"Kau ini apa-apaan, sih?!" bentak Sakura. Ino tertawa puas. Selanjutnya gadis bermarga Yamanaka itu mengusap punggung Sakura lalu dengan santai berujar, "Baiklah, kau sudah kembali normal. Ayo kita duduk."

"Normal apanya sih, dasar bodoh," sungut Sakura yang kemudian mendudukkan bokongnya di atas kursi, menunggu gilirannya untuk berdiri di depan sana dengan gedub jantung yang tak kunjung bersahabat.

***

"Perkembangan ilmu medis semakin hari semakin pesat, membuatku sadar bahwa ternyata ada banyak rahasia alam yang tersimpan dalam tubuh kita masing-masing. Sebagai seorang shinobi, kemampuan bertarung akan menjawab seberapa kuat dirimu. Namun semua itu tidak berarti jika kita tidak sehat, baik fisik maupun mental."

Sakura memandang dengan raut wajah serius pada seorang pemuda berbalut jubah putih di atas panggung. Namun jika diperhatikan baik-baik terdapat binar yang penuh sarat akan kekaguman pada kedua matanya, seraya membatin dalam hati bahwa sosok Sabaku no Gaara dalam balutan jubah Kazekage dengan segala karismanya tampak sangat mempesona dibandingkan apapun yang ada di dunia ini.

"Saat ini, ilmu kesehatan dianggap sebagai salah satu faktor seberapa besar dirimu bisa berkembang. Bukan hanya sekedar latihan dan mengasah jutsu, tetapi menjaga kesehatan lahir dan batin juga menjadi pendorong untuk membentuk seberapa kuat diri seorang shinobi."

Sekejap mata mereka bertemu. Emerald bersibobrok dengan jade. Gadis merah muda itu tertegun sejenak namun kembali sadar ketika Gaara melempar senyum tipis padanya, membuat Sakura langsung membalasnya dengan seulas senyum yang tak kalah manis.

"Hari ini, dalam kegiatan pelatihan ilmu ninja medis, aku berharap di antara kita memperoleh pelajaran penting dan mengaplikasikannya di desa kita masing-masing. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan ilmu baru pada kita semua, dengan harapan perkembangan dunia shinobi akan semakin membaik karena didukung oleh ilmu kesehatan yang baik pula."

Sakura menelan ludahnya kasar. Kini ekspresinya kembali serius ketika pemuda itu melakukan hal yang sama. Melihat Gaara yang tengah berdiri tegak dan berbicara seperti itu membuat dirinya merinding. Sosok berambut merah itu tampak keren dan seksi berkali-kali lipat dengan jubah Kazekage kebanggaannya. Wajah tegas serta nada bicara yang pasti membuatnya tampak karismatik, sangat berbeda dengan Gaara yang biasanya berdiri di sampingnya.

Entah kemana hilangnya sosok kekasihnya yang jahil dan menyebalkan itu. Seolah sosok yang selalu ia jumpai sangat berbeda dengan sosok yang tengah berdiri di depan sana. Kendati demikian hal itu tidaklah menjadi alasan untuk Sakura membuat satu pengakuan, bahwa untuk kesekian kalinya, Sakura jatuh ke dalam pesona pemuda itu.

"Akhir kata, aku mengucapkan selamat datang kepada kalian semua. Sebagai seorang Kazekage, aku mengucapkan terima kasih kepada para pemateri hebat yang telah bersedia membagi ilmu kalian selama kegiatan ini berlangsung. Semoga dengan diselenggarakan acara ini, dapat memberikan manfaat yang luar biasa dalam kemajuan dunia shinobi."

Pidato itu ditutup dengan tepuk tangan riuh serta sorakan heboh. Gaara menundukkan sedikit kepalanya kemudian beranjak dari podium. Saat melangkah menuruni panggung, tatapan Gaara dan Sakura kembali bertemu. Pemuda itu tersenyum tipis padanya kemudian membuka mulut, mengucapkan sesuatu tanpa suara.

Semangat.

Sakura menyadari hal itu. Ia tersenyum lebat lalu mengangguk. Tiba-tiba gugup yang menyerang sedari tadi pergi entah kemana. Gadis itu mengangkat tinjunya hingga batas dada, meyakinkan Gaara jika ia bisa memberikan yang terbaik.

Aku tidak akan kalah keren darimu, lihat saja nanti.

***

"Hahhh... Leganya..."

Ino terkekeh geli di depannya. Gadis itu menyuapkan nasi kare yang baru saja dihidangkan oleh pihak konsumsi untuk para tamu undangan di acara ini. Saat ini kedua kunoichi sekaligus iryo-nin dari Konoha tengah menikmati makan siang mereka. Sakura dan Ino memilih untuk membawa menu makan siang mereka di pojok ruangan, duduk berdua dan membiarkan junior mereka berbaur dengan ninja medis dari desa lain setelah memastikan keadaan mereka baik-baik saja. Terlebih lagi Ino mengaku jika ia merasa kurang nyaman dengan kondisi seperti ini, dimana ia yang hanya menguasai teknik dasar medis justru diangkat menjadi asisten Sakura.

"Sampai detik ini aku bingung mengapa kau dengan teganya menuliskan namaku sebagai asistenmu. Padahal kalau dipikir-pikir, ada banyak ninja medis yang lebih pantas," ujar Ino lalu menyantap suapan pertamanya.

Sakura menggeleng tegas dengan mulut yang sibuk mengunyah. "Hanya kau yang pantas. Ayolah, kenapa kau selalu merendah seperti itu? Kemampuanmu telah berkembang pesat sejak usai perang. Masa kau tidak menyadarinya?"

"Aku tidak yakin tentang itu." Ino memicingkan matanya. "Sudahlah. Aku akan melakukan apapun untukmu asal bukan aku yang berbicara di atas sana."

"Kata siapa?" tanya Sakura lalu kembali menyantap nasinya. "Kau akan kebagian tugas untuk berbicara. Kau pikir aku mau menderita sendirian dengan semua ini?"

Ino mendadak memasang wajah horor. Ia menelan nasi serta daging domba kare dalam mulutnya bulat-bulat lalu berseru, "Kau bercanda kan, sialan?!"

Tawa Sakura menyembur begitu saja. Beruntung suasana aula saat ini cukup berisik sehingga tidak ada seorangpun yang peduli dengan kegiatan mereka. Sementara di depannya, Ino setia berwajah masam, menatap kesal pada sahabat merah mudanya itu.

"Sudah? Sudah puas tertawanya?" tanya gadis itu dengan nada sinis, memuat Sakura langsung meredakan tawa.

"Astaga, wajahmu terlihat semakin jelek jika seperti itu. Maafkan aku, hm?"

"Hahh, lupakan. Kau membuat selera makanku hilang."

Sakura terkikik geli. Ia pun menyodorkan satu sendok nasi kare, menyuapkan Ino sebagaimana yang gadis itu lakukan sebelumnya. Ino tersenyum lebar lalu menyambut suapan itu dengan senang hati.

"Kita tampak seperti sepasang kekasih jika seperti ini," celutuk Ino dan membuat Sakura memasang wajah datar.

"Maaf, aku setia pada kekashiku."

Ino menyeringai. "Benar juga. Berbicara tentang kekasih, tampaknya ada seseorang yang tidak kembali semalaman. Apakah kekasihmu menculikmu, nona merah muda?"

Sakura memasang ekspresi tegang, sementara Ino semakin melebarkan seringainya. Gadis pirang itu memajukan wajah, memberi isyarat pada Sakura untuk mendekat lalu berbisik, "Jadi bagaimana? Apakah telah terjadi hal fantastis di kamar Tuan Kazekage kemarin?"

Sakura tersedak ludahnya sendiri setelah mendengar kalimat ambigu tersebut. Reaksi seperti itu tentu saja mendatangkan curiga dari Ino. Sedetik kemudian gadis berambut pirang itu memasang senyum nakal, terlihat jelas jika ia tengah memikirkan sesuatu yang asyik.

"Baiklah jika kau tidak ingin menjawabnya sekarang. Aku menunggu ceritamu," tukas gadis itu. Sebenarnya dia penasaran saat ini, namun ia masih sadar jika mereka ada di tempat umum. Gaara adalah orang nomor satu di desa ini, tentu saja mereka tidak bisa sembarangan membicarakan pemuda itu sesuka hati. Apalagi jika terkait dengan- ekhem- hal pribadi seperti pertanyaannya barusan.

Kenapa babi gendut ini sangat yakin dengan sejuta spekulasi kotor di otaknya? Batin Sakura seraya menatap malas pada sahabatnya itu.

"Tidak, aku akan menjawabnya," ujar Sakura kemudian meloloskan satu tegukan air mineral ke tenggorokannya. Gadis itu menarik napas panjang sementara Ino telah menegakkan tubuh, memasang wajah antusias.

"Aku ketiduran di kantornya kemarin lalu dia membawaku pulang ke rumahnya. Tamat."

Ino mengerjapkan kedua matanya, tak percaya dengan yang baru saja ia dengar.

"Ha?"

Sakura menatap Ino tak senang lalu berkata, "Apa-apaan dengan reaksimu itu?"

"Begitu saja?"

"Apanya?"

"Tidak, maksudku- kau yakin cerita sebenarnya hanya begitu saja?"

"Memangnya kau mengharapkan apa, shannaro?!"

Ino terkekeh dan membuat Sakura bertambah kesal. Tentu saja gadis musim semi itu tau kemana arah pmhicaraan ini akan berakhir. Tetapi- wah Ino ini. Dia memang sudah gila, batin Sakura kembali.

"Ne jidat, jika ada seorang lelaki dan seorang gadis tidur di ranjang yang sama, kau tau apa yang akan terjadi, bukan?"

"Tentu aku tau. Tapi nyatanya aku tidur di kamar tamu."

"Ah, tidak seru."

Sakura terkikik kecil. Dia sudah menduga jika Ino akan berkata demikian. Tentu saja. Bagi mereka yang telah berusia hampir dua puluh tahun, bukanlah menjadi hal tabu untuk membahas segala hal yang berhubungan soal kebutuhan biologis dengan hasrat seksual seperti ini. Terlebih lagi, keduanya telah lama berkecimpung dalam dunia medis yang bisa dikatakan akan lebih mengerti tentang hal ini dibandingkan kaum awam. Namun tidak seperti kebanyakan orang yang melakukan hubungan seksual untuk kesenangan, Sakura telah berkomitmen untuk menjaga kesuciannya hingga hari dimana ia resmi menjadi seorang pengantin. Bukannya bermaksud untuk menjadi sosok yang sok suci namun memang beginilah keinginannya.

Ia hanya ingin membuatnya menjadi sesuatu yang sangat berharga. Melakukan hal seperti itu bersama dengan cinta sejatinya, sosok yang kelak akan menerima segala kekurangannya serta melengkapi kekurangan tersebut. Bukan hanya sekedar melepas hasrat atas dasar kesenangan, namun juga dilandasi cinta serta komitmen yang mendalam. Tidakkah hal seperti itu sangat indah untuk dibayangkan?

"Aku ingin membuatnya menjadi lebih berkesan, Ino. Jika memang pada akhirnya tetap Gaara yang mendapatkannya, setidaknya kami melakukannya benar atas dasar cinta."

"Apa kau ingin berkata jika kau meragukan cintanya saat ini?"

Sakura spontan menggeleng kecil. "Tidak, bukan seperti itu. Tetapi aku merasa akan lebih baik jika pengalaman pertamaku dilakukan dengan dasar cinta, dan juga cinta itu diakui oleh Tuhan maupun hukum. Jawabanku tetap sama. Aku tidak akan berhubungan seks sebelum menikah."

Ino tersenyum tipis. Tentu saja kalimat itu bukanlah ia dengar untuk pertama kalinya. Meski keyakinan mereka tidak sejalan tentang hal ini- karena nyatanya Ino sudah pernah melakukannya bersama Sai -kekasihnya, namun ia tidak pernah meragukan keputusan Sakura. Jika sahabatnya itu memilih untuk menempuh prinsip yang berbeda, maka Ino harus mendukungnya, kan? Lagipula prinsip tersebut tidaklah terdengar buruk.

"Aku mengerti. Santai saja padaku, jidat," ujar Ino lalu mengetuk pelan kepala Sakura, membuat keduanya tertawa ringan.

Setelah obrolan tersebut, kini keduanyae kembali menyantap makan siang di hadapan mereka dengan tenang. Namun beberapa saat kemudian, gadis blonde itu kembali buka suara, "Ne, jidat. Apakah semua orang sudah mengetahui hubungan kalian?"

Sakura mengendikkan bahu sejenak lalu berkata, "Kurasa tidak. Mungkin hanya Kankuro-san dan Temari, lalu sisanya kalian."

"Kalian tidak berniat untuk menyembunyikan hubungan kalian dari publik, kan?"

Sakura terdiam sejenak. Jujur saja ia tidak pernah membicarakan atau menyepakati ini dengan Gaara. Keduanya seolah memiliki prinsip yang sama, dimana mereka membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Sakura menghela napas lalu berkata, "Tidak tau."

Ino tak bertanya apapun lebih jauh. Gadis pirang itu kembali melanjutkan kegiatan makannya yang sempat tertunda. Iris aquamarine itu menatap ke sisi kanan mereka, dimana di sana tampak para peserta pelatihan tengah menikmati makan siang seraya bercengkerama satu sama lain. Tanpa sengaja matanya melirik Sakura yang terdiam di tempatnya, menatap tak fokus pada piring dengan hidangan yang hampir kandas dan membuat Ino heran melihatnya.

"Hei."

"Eh, Iya?"

"Kau melamun."

"Ah, maaf," jawab Sakura kemudian menyendokkan suapan terakhir makan siangnya. Ino menghela napas. Ia tau jika ada seuatu yang tengah mengganggu pikiran Sakura. Namun sepertinya, ia tidak bisa menanyakan hal itu sekarang karena seorang tiba-tiba saja seorang ANBU dari Suna muncul di sisi meja mereka.

"Maafkan aku. Apakah anda Haruno Sakura?"

"Ah, benar. Ada apa?" tanya Sakura dengan bingung. Ia melirik Ino yang kebetulan juga menatapnya dengan heran.

"Mari ikut saya ke kantor Kazekage. Gaara-sama memanggil anda."

*

*

*

Tbc...

Wokehh chapter 26, updated!!

Ini tuh sekedar intermezo sebelum peralihan ke konflik selanjutnya, yaks. Aku minta maaf banget kalo menurut kalian alur di cerita ini terlalu lambat. Work ini udah bener-bener aku buat terstruktur, dimana aku udah nentuin akan ada di chapter berapa ada konflik, chapter berapa bagian-bagian snatai, ataupun part penuh keuwuannya. Insya Allah semoga semuanya berjalan sesuai rencana aku. Jadi, aku berharap kalian bersabar buat nunggu yaakk hehe.

Tapi kalian tenang aja. Work ini udah aku tulis sampe ending. Aku akan usahakan buat namatin work ini sebelum aku balik ke kesibukan studi aku nanti. Makanya aku tuh bener-bener usahain buat rajin update supaya work ini selesai sesuai dengan target aku. Semoga kalian ga bosen yaa kalo liat notif dari aku mulu huhuu:(((

Okede aku rasa sekian untuk part ini, kau harap kalian suka. Seperti biasa, aku mengharapkan vote dan komen dari kalian karena satu vote dan komentar dari kalian adalah semangat aku buat lanjut nulis. Akhir kata, terima kasih dan see you!!

Salam 

Ilaa.

Continue Reading

You'll Also Like

13.8K 1.2K 28
It's the year 2153. The world has fallen into a state of monarchy. Every country has a king and queen. And every country wants to increase their tie...
155K 11.2K 61
BOOK #2 They say love heals scars, but Seokmin's scars were lessons-bitter reminders that twisted him into a creature of darkness. His life was a ser...
207K 9.5K 59
Orm Kornnaphat's feelings for Lingling Sirilak have undergone a transformation over time. Initially, at the age of 11, Orm held an unromantic, platon...
9.4K 510 21
~•ON-GOING•~ wherein, Hwang Yeji, was arranged to marry the son and soon to be CEO of YC Industry and the current PD of ACE Entertainment, the agency...