Fall In Love by Accident

By sst_br

202K 13.2K 426

Seorang dokter muda bertemu dengan seorang preman yang berawal dari sebuah kecelakaan. More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17

chapter 5

8.3K 772 15
By sst_br

"Van, apa kamu tidak menginginkan sesuatu dariku malam ini?"

Pertanyaan Harvy serasa menimbulkan ambigu, bisa saja Devan salah paham. Namun pada akhirnya, ia bisa menepis keambiguannya itu. Tak ada hal aneh yang ia inginkan dari Harvy, ia hanya ingin mereka segera tidur karena malam sudah sangat larut. Keduanya kemudian tertidur hingga pagi menjelang.

Cukup pagi Harvy bangun dari tidurnya. Masih jam 7 pagi, ini jauh lebih pagi dari kebiasaan bangun paginya sebelumnya. Ada hal yang membuatnya bangun sepagi ini, ia tak ingin terkesan sebagai orang pemalas yang hanya akan menjadi beban bagi Devan.

Harvy masuk ke kamar mandi, cukup lama ia terpaku memandangi wajahnya di depan cermin. Seperti inilah sosok dia, rambut gondrong, telinga tertindik dan bekas luka di wajahnya itu, mungkinkah sosok itu bisa menjadi orang baik?

Ia seakan tak punya keyakinan, sama yakinnya bahwa piyama yang ia gunakan sama sekali tak cocok untuknya.

"Vy, bangun Vy." Terdengar suara Devan dari luar sana, segera ia tersadar dan buru-buru membersihkan wajahnya. Mungkin ia memang tak cocok menjadi orang baik, tetapi menjadi orang patuh saja setidaknya adalah sedikit cara ia tak menjadi beban untuk Devan.

Devan telah bangun sedari tadi, seperti rutinitas di awal paginya, Devan telah berolahraga dan sekarang telah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Pagi." Sapa Devan saat Harvy baru keluar dari kamarnya.

"Pagi." Balasnya terdengar kaku. Biasanya ia tak memberikan sapaan seperti ini di kala pagi hari.

"Ayo makan." Ajak Devan. Dua mangkuk sarapan yang berisi oatmeal telah tersaji di atas meja makan. Devan mengambil kotak susu di dalam lemari pendingin dan menuangkan masing-masing segelas penuh untuk mereka berdua.

Harvy hanya duduk memandangi menu sarapannya. Di mangkuk itu terlihat seperti bubur ayam, namun ia tahu bahwa itu bukan bubur ayam seperti yang biasa ia makan. buburnya tak terbuat dari nasi melainkan oatmeal. Di atasnya ada potongan dada ayam, sebutir telur yang dibelah dua, kacang merah dan juga sayuran berwarna hijau. Ini jelas bukan selera dia. Ia biasanya sarapan hanya mengandalkan warung-warung pinggir jalan, atau bahkan tak jarang ia melewatkan sarapannya.

"Kenapa cuman diliatin? Ayo makan!" Pintah Devan yang sudah terlebih dahulu menyantap sarapan paginya. Ia nampak sangat lahap.

"Ee... Boleh aku minta air putih?" Mintanya. Selain segelas susu putih itu, ia tak melihat ada air putih di atas meja. Harvy tak suka minum susu, terlebih itu susu putih.

"Ambil sendiri di kulkas." Jawab Devan. Ia membiarkan Harvy mengambilnya sendiri, ia ingin Harvy tak merasa terkekang selama tinggal bersamanya di apartemen ini.

Setelah mengambil air dari dalam kulkas, Harvy berusaha menghabiskan sarapannya, meski menu itu sudah jelas bukan selera dia. Ia menyisihkan sayuran hijau itu ke pinggir mangkuknya.

"Ck, sayurannya kenapa disisihin?" Devan mengambil sayuran yang disisihkan Harvy. "Kamu tahu, brokoli ini punya segudang manfaat. Dia protektor yang baik dari jantung hingga kulit kamu biar gak keriput." Ucapnya menggurui. Seketika Harvy memegang pipinya, perasaan kulitnya belum keriput. Yang disinggung Devan tadi bukan dirinya kan?

"Segelas susu ini juga, bukan hanya sebagai sumber protein. Tetapi sumber nutrisi otak, biar kamu bisa konsentrasi seharian." Lanjutnya saat melihat Harvy lebih memilih air putih daripada segelas susu yang ia tuangkan tadi. Ia terdengar seperti seorang ahli gizi atau mungkin ia hanya tak ingin Harvy tak menghargai apa yang telah ia sajikan. Harvy serasa tahu makna tersirat yang disampaikan Devan, ia langsung menenggak habis segelas penuh susu putih yang terasa hambar di lidahnya.

"Ck.... Kamu seperti anak kecil aja." Ucap Devan menarik selembar tissue dan menyeka sisa susu yang belepotan di bibir Harvy.

"O..oh, makasih." Balas Harvy terdengar kaku. Ia tak tahu apa yang salah dengannya, tubuhnya serasa syok, mungkin karena adegan tadi biasanya terjadi antara sepasang manusia yang sedang dalam fase pendekatan.

Selepas sarapan, Harvy membantu Devan berberes rumah, meski ini adalah bukan pekerjaan yang biasa ia lakukan. Tak banyak juga yang bisa ia lakukan, ia hanya membantu Devan mencuci piring bekas sarapan mereka, kemudian dengan inisiatif membersihkan ruangan itu walau pada akhirnya Devan mengambil alih pekerjaannya. Seperti tadi, pekerjaan ini bukan pekerjaan yang biasa ia lakukan.

"Van, aku boleh pinjam baju kamu lagi gak?" Pintahnya setelah semua pekerjaan selesai. Ia sungguh merasa sangat tidak nyaman menggunakan baju yang ia gunakan sekarang.

"Boleh." Jawab Devan kemudian masuk ke kamarnya mengambilkan baju untuk Harvy. Sepasang baju kemeja dan celana jeans, membuat Harvy terlihat ragu menerimanya.

"Ada yang lain gak?" Tanyanya. Yang ia butuhkan hanyalah baju santai yang nyaman digunakan, semisal kaos oblong dan celana pendek.

"Pakai itu aja. Sekalian kamu mandi, entar ikut aku keluar." Balas Devan yang tak disangkal lagi olehnya. Keduanya masuk ke kamar masing-masing, bersiap-siap, entah kemana mereka akan pergi.

Harvy selesai mandi, cukup cepat. Segera ia memakai pakaian yang dipinjamkan Devan tadi. Namun, sepertinya ia mendapatkan masalah. Ia tak yakin, apakah ia masih akan memakai dalaman yang sama dengan yang ia gunakan tadi. Sudah berhari-hari ia gunakan dalaman itu. Baunya mulai tak sedap, dipakai pun sudah serasa tak nyaman lagi.

Ia ingin meminjam dalaman Devan, tapi malu juga rasanya. Tak menggunakan dalaman akan sangat tidak nyaman jika ia memakai celana berbahan jeans. Akhirnya ia bermasa bodoh, ia memutuskan untuk meminjam celana dalam Devan, seharusnya ukuran mereka sama.

"Van, Devan..." Panggilnya mengetuk kamar Devan.

"Iya, kenapa?" Balas Devan. Ia masih di kamar mandi, ia belum selesai mandi. Tak terdengar jawaban lagi dari Harvy.

"Masuk aja." Pintahnya. Harvy lalu mendorong pintu kamar Devan yang tak terkunci. Ini pertama kalinya ia masuk ke kamar Devan, kamarnya lebih luas dari kamar yang ia tempati, terdapat walk in closet sendiri.

Harvy harus menunggu cukup lama hingga Devan selesai mandi. Devan memang orang yang menghabiskan banyak waktu saat mandi, sampai kulit Harvy rasanya telah mengering.

"Ada perlu apa?" Tanya Devan saat keluar dari kamar mandi. Ia hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggulnya.

"Eng itu, boleh aku pinjam dalaman kamu gak?" Tanyanya malu-malu.

"Dalaman? Celana dalam maksudnya?" Yakin Devan yang harus membuat Harvy harus malu dua kali.

"Iya itu." Jawabnya membuang muka, namun sesekali juga melirik ke arah Devan. Tubuh Devan terlihat seksi, otot-ototnya terpahat sempurna, entah bagaimana ia bisa mendapatkan tubuh itu di selah aktifitasnya yang sangat padat. Kulitnya putih bersih dan juga aroma tubuhnya yang semerbak telah merangsang indra penciuman Harvy. Coba saja Devan adalah wanita, mungkin Harvy sudah kalap akan menyerangnya.

"Kamu mau apa? Brief, boxer, jockstrap, thong, strings?" Tanya Devan memberinya banyak opsi, meski ia tak punya semuanya. Ia hanya ingin menggoda Harvy.

"Ah apa sajalah." Ucapnya merasa malu. Ia juga tahu ketiga jenis celana dalam yang disebutkan tadi, celana dalam yang tampak tak senonoh dan ia juga tahu bahwa Devan hanya sedang menggodanya.

Devan mengambil selembar bokser di lemari, untungnya ia masih punya bokser yang belum pernah ia gunakan sebelumnya. Namun sebelum memberikannya ke Harvy, ia membentangkan celana dalam itu di depannya sembari menatap Harvy.

"Keknya kebesaran deh." Ucapnya tak yakin celana dalam itu tak sesuai ukuran Harvy atau ia hanya sedang mengejek Harvy.

"Enak aja." Harvy langsung meraih celana dalam itu, ia tak terima Devan mengejeknya.

"Yakin?" Ledek Devan kembali.

"Mau aku tunjukin?" Tantang Harvy, ia juga hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggulnya. Atasannya ia menggunakan piyama yang ia gunakan semalam dalam keadaan tak terkancing. Jika ia berani, dengan sekali gerakan, ia bisa membuktikannya ke Devan.

"Emang berani?" Tantang balik Devan. Harvy tak punya keberanian itu, ia keluar dengan membawa selembar celana dalam yang ia pinjam dari Devan.

Devan membelalakkan mata kemudian menghela nafas lega. Untungnya Harvy tak terima tantangannya. Entah apa yang terjadi jika lelaki itu menerima tantangannya. Ia seperti sedang menyulut api, walau sebenarnya ia juga takut terbakar api.

Di kamar sebelah, Harvy langsung memakai celana dalam yang ia pinjam dari Devan. "Nih, liat nih. Enak aja bilang kebesaran." Ucap Harvy kepada dirinya yang berdiri di depan cermin. "Jangan remehin gue yah." Ucapnya lagi mengelus apa yang bersembunyi di balik celana dalam itu.

Ia kemudian mengenakan celana dan kemeja yang masih punya Devan. Apa yang ia lihat di dalam cermin, sungguh tidak terlihat seperti dirinya. Skinny jeans dengan kemeja lengan panjang berleher sanghai, membuatnya terlihat sangat rapih atau bahkan terlihat culun dan juga ini sangat tidak nyaman untuknya. Sebenarnya, celana yang ia gunakan bukanlah skinny jeans melainkan regular fit. Hanya saja, karena posturnya sedikit lebih besar dari Devan, sehingga celana regular fit itu harus mengetat di pahanya.

Ia kemudian bermaksud menggulung lengan bajunya, mungkin tampilannya bisa sedikit berbeda. Namun saat ia mengangkat lengan baju berwarna abu-abu itu, tattoo di tangannya jadi terlihat. Ia kemudian mengurungkan dan membiarkan lengan kemeja itu tetap memanjang.

Harvy telah siap, Devan pun sudah terlihat rapih dengan tampilannya yang casual layaknya seorang pria metropolitan. Kemana mereka akan pergi sepagi ini? Sepertinya Devan telah menyiapkan skenario yang akan merubah total hidup Harvy kedepannya.

Continue Reading

You'll Also Like

5.2M 280K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
2.2M 26.9K 27
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
1.2M 75.1K 35
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
286K 28.7K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...