Kisah Resta✔

By Adawiyahnc05

873 376 100

[FOLLOW DULU AUTHORNYA BIAR ENAK!] Resta tidak pernah menyangka akan kehilangan seseorang yang telah menemani... More

Prolog
BAB 1 - Dark
BAB 2 - Kakak Cantik
BAB 3 - Pantai
BAB 4 - Bertemu
BAB 5 - Kembali
BAB 6 - Poor Tiara
BAB 7 - Membujuk Resta
BAB 8 - Kembali ke sekolah
BAB 9 - Regendra Wiratama
BAB 10 - Sebelum misi
BAB 12 - Tinggal kenangan
BAB 13 - Misi Regen
BAB 14 - Banyak kesamaan
BAB 15 - Kehilangan lagi
BAB 16 - Re(ka)gen
BAB 17 - Nggak selamanya tentang dia
BAB 18 - Poor Lopi
BAB 19 - Pray for Mia
BAB 20 - Pinjam tubuh
BAB 21 - Tak terduga
BAB 22 - Resta comeback!
BAB 23 - Ulang tahun
BAB 24 - Akhir (EPILOG)

BAB 11 - Persiapan misi

22 12 0
By Adawiyahnc05

Misi untuk membuatmu kembali. Kami siap!

***

Regen turun dari mobil ketika sudah sampai di depan rumahnya. Sebelum memasuki rumahnya, Regen menyapukan pandangannya ke penjuru arah. Benar apa kata mang Oji tadi. Mobil papanya saja tidak ada di garasi.

Regen langsung saja masuk ke rumahnya. Saat ingin pergi ke kamarnya, terdengar suara Bi Irah-pembantunya- yang memanggilnya.

Bi Irah menghampiri Regen. "Den Gen."

Regen berhenti lalu menoleh. "Kenapa, Bi?"

"Tadi tuan sama nyonya titip pesan kalau mereka lagi pergi ke luar kota. Terus di sana mereka bakal nginap selama 2 hari," ujar Bi Irah memberitahu.

Regen mengangguk. "Makasih, Bi infonya. Tadi udah dikasih tau kok sama mang Oji."

"Ohh gitu." Wanita itu manggut-manggut. "Yaudah, Den Egen mau makan apa?"

"Kayak biasa aja, Bi. Tapi nanti tolong dibawa ke kamar aja, ya."

"Siap, Den."

***

"Nek kenalin, ini Om Rian yang udah bantu Nenek bawa ke sini," ujar Rendi memperkenalkan Rian pada neneknya setelah sadar.

"Terima kasih banyak ya, Nak sudah bantu nenek," lirih sang nenek.

"Sama-sama, Nek." Rian mengangguk ramah.

"Oh ya, dokter bilang, Nenek udah bisa pulang. Soalnya gak ada luka yang serius. Tadi Nenek cuma kaget aja makanya langsung pingsan." Rendi tahu karena tadi dokter sudah menceritakan semuanya.

"Alhamdulillah kalau begitu. Nenek juga gak enak kalau harus di sini terus. Nenek gak punya banyak uang."

"Nenek tenang aja. Semuanya udah saya yang urus. Nenek gak usah pikirin itu."

Sang nenek tersenyum haru mendengarnya. "Alhamdulillah. Sekali lagi terima kasih banyak, Nak."

Rian mengangguk sekali. "Iya, Nek."

"Terima kasih ya, Om." Kali ini Rian yang mengucapkan terima kasih.

"Sekalian saya antarkan pulang, mau?" Lagi-lagi Rian menawarkan bantuan yang membuat sang nenek terus mengucapkan syukur dan terima kasih.

***

Malam harinya, Regen sedang bersiap untuk tidur. Ia baru akan tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Kebiasaan Regen kalau tidak ada orang tuanya di rumah, lelaki itu selalu bergadang dengan main game online, dan dia akan tertidur jika sudah mengantuk.

Regen hampir masuk ke dalam mimpinya sebelum suara-suara seperti ketukan terdengar. Regen mencoba untuk mengabaikan suara itu, namun tidak bisa. Malahan suara itu semakin kencang ditambah tiba-tiba ada angin yang membuat jendela kamarnya terbuka begitu pun dengan gordennya yang berterbangan.

Regen langsung tersentak dan langsung bangun dari tidurnya. Menatap takut ke arah jendela kamarnya yang terbuka lebar. Regen meneguk salivanya susah payah. Tenggorokannya terasa tercekat.

"Jangan lagi," ucapnya dalam hati.

Regen berusaha memberanikan diri untuk mendekat guna menutup jendelanya. Beberapa kali dia melafalkan doa dalam hatinya. Ketika sudah dekat dengan jendelanya, buru-buru Regen menarik jendelanya lalu menutupnya. Menghela napasnya lega.

Saat ingin kembali ke kasurnya, Regen tiba-tiba membulatkan matanya ketika ada sosok lelaki di depannya dengan wajah pucat ketika ia berbalik.

"Pura-pura gak lihat, Reg. Pura-pura gak lihat."

Regen tau kalau yang di depannya ini adalah sosok hantu. Makanya Regen terus mengucapkan kalimat itu agar dia berpura-pura tidak menyadari sosok di depannya.

Regen menghembuskan napasnya. Bersikap biasa saja dan mengabaikannya dengan berlalu di sampingnya lalu buru-buru naik ke kasurnya. Regen menutup matanya erat-erat. Dia yakin hantu itu masih ada di depannya.

"Hei, gue tau ya lo bisa liat gue."

Regen tercengang mendengar suara itu. Sejak kapan hantu memakai panggilan 'lo-gue'? Dengan bodohnya, Regen membuka kedua matanya.

"Tuhkan."

Regen langsung merutuki dirinya sendiri dalam hati. Sial! Dia tertipu.

***

Apa yang dialami oleh Regen semalam bukan mimpi. Itu nyata! Kelebihannya yang bisa melihat makhluk halus terjadi lagi. Biasanya kemampuan itu sudah tidak berjalan lagi. Hanya saja Regen selalu merasakan merinding. Tapi, malam itu sosok makhluk halus menghampirinya dan seperti biasa, meminta bantuan padanya.

Hantu itu bilang nama dia adalah Reka. Reka menceritakan semuanya pada Regen kalau dia adalah pacar Resta, teman baru di kelasnya. Kematiannya juga yang membuat jati diri Resta berbeda dari yang dulu.

Reka juga bercerita kalau dia sudah gentayangan semenjak seminggu kematiannya. Tempat pertama Reka hidup dengan berbeda adalah di kamar Resta saat melihat gadis itu menangis.

Semenjak hari itu, Reka selalu mengikuti Resta kemana pun untuk menjaga gadis itu. Walaupun Reka tau kalau dia tidak bisa dilihat oleh Resta dan tidak bisa menyentuh gadis itu.

Di saat kembali ke sekolah pun, Reka selalu mengikuti Resta. Sampai pada akhirnya dia bertemu Regen yang mengatakan kalau dirinya mempunyai indra keenam dan bisa melihat hantu. Mengetahui hal itu, Reka seketika mempunyai ide.

Malam itu Reka menemui Regen dan menampakkan wujudnya. Bukan wajah hancur penuh darah. Tapi wajah seperti manusia pada umumnya. Hanya saja wajahnya yang terlihat pucat.

Setelah mendengar semua cerita dari Reka, Regen merasa tersentuh. Ada niatan di hatinya untuk membantu hantu itu.

"Terus gue harus lakuin apa?" tanya Regen.

Hantu tampan itu menunduk sedih. "Gue sedih liat Resta yang sekarang. Gara-gara kematian gue, Resta jadi pribadi yang tertutup. Gue mau Resta kembali kayak dulu."

Regen masih menunggu ucapan selanjunya dari Reka. Setelah itu Reka mendongak menatap Regen dengan serius.

"Jadi ... tugas pertama lo dimulai besok."

***

Regen memarkirkan motornya di parkiran sekolah yang terlihat masih kosong. Wajar saja, ini masih terlalu pagi. Alasan Regen datang pagi karena perintah dari Reka. Hantu lelaki itu menyuruhnya untuk datang ke sekolah sebelum Resta datang. Alasaannya simpel. Supaya lelaki itu bisa duduk di kursi samping Resta.

Awalnya Regen membantah perintah itu karena dia yakin Resta tidak akan pernah mengizinkannya. Dari situ juga Reka bercerita kalau kursi yang di sebelah Resta adalah tempatnya ketika ia masih hidup dulu.

Reka yakin kalau Resta tidak terima jika tempatnya ditempati oleh orang lain.

Regen berjalan di koridor sekolah yang masih sepi. Keadaan yang seperti ini rawan sekali untuknya. Regen mengusap tengkuk lehernya yang seketika merinding. Namun dia berusaha bersikap biasa saja seolah tidak merasakan apa pun.

"Regen ...."

Tiba-tiba Regen tersentak ketika ada yang berbisik memanggil namanya di telinganya. Lagi-lagi Regen mengusap tengkuknya merasakan hembusan napas di sana.

"Regen ...."

Suara itu terdengar kembali. Kini Regen memberanikan diri untuk menoleh ke samping. Pelan, pelan, dan ....

"BA!"

Plak!

Regen menggeplak kepala Reka yang berada di belakangnya. Ternyata ulah hantu itu.

"Aduh!" Reka langsung meringis sambil mengusap kepalanya.

"Baru tau gue, hantu bisa kesakitan," celetuk Regen.

"Kasar banget sih lo!" sembur Reka sambil mendengkus sebal.

"Suruh siapa lo nakut-nakutin? Untung gak jantungan gue."

"Yaelah biasanya juga lo lihat hantu. Masa pas lihat gue langsung kaget gitu," gerutu Reka.

"Lo juga hantu, Bambang!" kelakar Regen sedikit kesal.

"Gue Reka, bukan Bambang," balas Reka dengan nada merajuk.

Regen memutar bola matanya. "Terserah!" Lalu kembali melanjutkan langkahnya. Di belakangnya Reka mengikuti. Menyadari hal itu Regen langsung menoleh. "Lo ngapain ngikutin gue? Lagian lo ngapain di sini?"

Reka menatap Regen bingung. "Yaa mau jalanin tugas dong. Mau mantau lo berhasil apa enggak bisa duduk di sebelah Resta."

"Lo ngeremehin gue?" tanya Regen kesal. Hantu yang satu ini memang benar-benar meresahkan!

"Iya," jawab Reka dengan nada menjengkelkan.

"Wahh nih hantu ngeremehin gue banget. Liat aja! Rencana ini bakal langsung berhasil," tantang Regen dengan yakin.

***

#1133kata

Continue Reading

You'll Also Like

904K 66.9K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
586K 27.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
626K 24.6K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...