ALDEN

By bxrnadette

437K 20.6K 822

Alden Joshua Gracio. The Leader of Dankevoort โ€’Geng yang dinyatakan sebagai geng paling berbahaya dan paling... More

Cast
Prolog
Dankevoortโ˜ 
#1 โ€’ Aretha Nathania Elaine
#2 โ€’ Pertemuan Pertama
#3 โ€’ Pusat Perhatian
#4 โ€’ Kasus
#5 โ€’ UKS
#6 โ€’ Alden Gila!
#7 โ€’ Rumah Aretha
#8 โ€’ Pertemuan Kembali
#9 โ€’ Mulai Tertarik?
#10 โ€’ Kembali Menjadi Pusat Perhatian
#11 โ€’ Balapan
#12 โ€’ Kejadian Tidak Terduga
#13 โ€’ Kemarahan Alden
#14 โ€’ Kejahilan Alden
#15 โ€’ Malu
#16 โ€’ Care
#17 โ€’ Terror
#18 โ€’ Kotak Hadiah
#19 โ€’ Perlakuan Manis
#20 โ€’ Pembullyan
#21 โ€’ I'm Sorry
#22 โ€’ Ketakutan Alden
#23 โ€’ Late Night Talk
#25 โ€’ Back to School!
#26 โ€• Salah Paham
#27 โ€’ Bandung
#28 โ€’ Surprise!

#24 โ€’ Pasar Malam

10.5K 522 44
By bxrnadette

SURPREZZZZ!! 
Hi Hi!!🥰

Apa kabaaarrr??
Semoga kalian baik-baik terus yaaa!
Chapter 24 nya udah jadiii nih!!
Udah siap nemenin malam sabtu kalian karena malam minggu udah terlalu mainstream😘

Udah siap ketemu Alden sama Aretha belum nih?!?!?!?
Siapin hati dulu ya??😜

Selamat membaca!!😆

♚☠♛

Sudah satu minggu sejak kepulangan Aretha dari rumah sakit. Kondisinya pun semakin hari semakin membaik. Tak pernah terlewati satu hari pun Alden tidak mengunjunginya, pria itu akan selalu datang setelah jam pulang sekolah. Bahkan hanya untuk sekadar mengobrol, menonton netflix atau memastikan gadis itu sudah tertidur dengan tenang di malam hari karena semenjak kejadian pembullyan kemarin, Aretha sesekali bermimpi buruk yang dapat menyebabkan gadis itu menangis ketika bangun dengan wajah penuh keringat serta rasa ketakutan yang menyelimutinya.

Semenjak kejadian pembullyan Aretha, kedua orang tua Aretha memperbolehkan pria itu untuk menemani Aretha sampai gadis itu benar-benar terlelap, kedua orang tua Aretha tahu kalau anak gadis mereka masih merasakan trauma yang mendalam akibat kejadian tersebut. Maka dari itu, mereka mengizinkan Alden untuk menemaninya, itu pun karena Alden yang sangat memohon kepada mereka dan bersumpah untuk tidak melakukan hal yang aneh-aneh pada Aretha.

Seperti kejadian beberapa detik lalu dimana ketika Alden baru saja ingin keluar dari kamar Aretha. Pria itu sudah berjalan menuju pintu, tangannya sudah memegang knop pintu, hendak membukanya, tapi tiba-tiba ia mendengar erangan kesakitan dari Aretha. Gadis itu kembali mengigau.

"Sshh- ja-jangan please..." Aretha terlihat gelisah dalam tidurnya.

Alden pun kembali mendekati ranjang gadis itu dan menggoyangkan bahunya pelan, "Reth..." 

Gadis yang masih memejamkan matanya dengan erat itu tidak menjawabnya, melainkan masih memohon-mohon entah untuk siapa ia memohon. 

Alden mengenggam tangan Aretha dengan erat, "Aretha... gue disini." tapi Aretha tidak kunjung membuka kedua mata cantiknya, membuat Alden cemas. Pria itu kembali menggoyangkan bahu Aretha dengan sedikit lebih kencang.

"GAK! JANGAN!!!" tiba-tiba Aretha membuka kedua matanya dan terduduk di ranjangnya, tanpa ia sadari air mata sudah mengalir di kedua pipinya, keringat sudah memenuhi wajah cantiknya, terdengar deru napasnya yang tidak karuan.

"Reth?"

Ketika ia mengalihkan pandangan pada suara yang memanggilnya, ia dapat melihat Alden dengan wajah cemasnya, ia langsung memeluk pria itu, tangisannya pun pecah. Sedangkan Alden sudah mengusap punggung gadis itu sembari menenangkannya, "Sstt, udah ya jangan takut. Gue disini."

Aretha yang masih sesenggukan pun tidak menjawab apa pun, gadis itu masih memeluk Alden dengan erat.

Alden menyandarkan dagunya tepat di atas kepala gadis itu sembari sesekali mengecupnya.

"Udah jangan nangis, tidur lagi ya? Masih jam 9." Alden mengusap rambut gadis itu. Menyalurkan rasa nyaman untuk gadis yang masih berada di pelukannya. 

Aretha melepaskan pelukannya dengan Alden. 

Alden langsung menangkup kedua pipi gadis itu dan menghapus air mata yang tersisa di pipi Aretha. Sedangkan Aretha masih sibuk mengusap-usap kedua matanya dengan wajah cemberutnya, persis seperti anak kecil.

Alden yang melihat tingkah Aretha hanya tertawa kecil dan mencubit pipi gadis itu pelan, "Lucu banget sih?"

Alden menyejajarkan posisinya dengan Aretha yang masih terduduk di ranjangnya, menatapnya dengan cukup intens, lalu merapikan rambut gadis di hadapannya, "Cantiknya gue." ucap Alden

Alden merapikan bantal-bantal gadis itu, menyusunnya agar Aretha dapat tidur dengan nyaman.

Alden kembali berjongkok di hadapan gadis itu, "Tidur lagi ya?" 

Sedangkan Aretha hanya menjawabnya dengan gelengan pelan. Setelah mimpi buruk tadi, dirinya sudah tidak mengantuk sedikit pun.

"Terus mau apa?"

Pertanyaan Alden kembali dijawab dengan gelengan pelan oleh gadis di hadapannya.

Alden menghela napasnya pelan menghadapi Aretha yang kondisinya sedang seperti ini cukup membuatnya bingung.

Alden memegang keningnya, tiba-tiba satu destinasi terlewat di pikirannya, "Mau ke pasar malam gak?" 

Raut wajah Aretha setelah mendengar kata 'pasar malam' langsung berubah. Gadis itu sudah menganggukan kepalanya berkali-kali dengan wajah excited.

Alden melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, waktu masih menunjukkan pukul 9 malam, "Tapi jam 11 pulang ya? Besok masih sekolah."

"Iyaaaaaaaa!!" 

"Yaudah ganti baju dulu gih." 

Aretha langsung beranjak dari ranjangnya, mengambil kaus hitam dan celana denim panjang, lalu berlari ke kamar mandi.

"Jangan lari-lari Aretha." tegur Alden.

Gadis itu sudah hilang di balik pintu kamar mandi membuat Alden tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan melihat kelakuan Aretha.

Sembari menunggu Aretha mengganti pakaian, Alden duduk di lantai sisi ranjang, menyandarkan kepalanya di ranjang Aretha. Wangi vanila khas gadis itu menyeruak hingga sampai ke indra penciumannya. Membuat Alden memejamkan matanya untuk sejenak, menikmati wangi khas gadis itu.

♚☠♛

Alden dan Aretha baru saja sampai di pasar malam yang berada tidak jauh dari rumahnya. Dengan penampilan gadis itu yang sudah tenggelam dalam hoodie kebesaran, tentunya milik Alden dan jangan lupakan sebelum berangkat tadi pun mereka masih sempat-sempatnya berdebat.

Perdebatan mereka bisa terjadi karena Aretha yang tidak mau menggunakan hoodie padahal mereka berdua akan naik motor. Gadis itu ngotot tidak mau menggunakan hoodie karena menurut gadis itu disana akan panas. Sedangkan Alden takut gadis itu sakit apabila terkena angin malam.

"Reth pakai hoodie nya..." bujuk Alden, sedangkan yang dibujuk hanya melipat kedua tangannya di depan dada, "Gak!"

"Nanti lo sakit gimana? Pakai." Alden masih berusaha menyodorkan hoodie hitamnya yang memang ia pernah pinjamkan pada Aretha yang pada ujung-ujungnya menjadi hak milik gadis itu karena Alden memang memberikannya.

"Gak mau ih! Disana tuh panas loh Kakkkk...." Aretha sudah merengek seperti anak kecil di hadapan Alden. 

 "Yaudah." Alden malah kembali duduk di lantai. Sedangkan Aretha hanya menatapnya bingung, "Kok lo duduk lagi sih?"

"Mending gak jadi daripada lo sakit." Alden kembali memainkan ponsel yang ada di tangannya.

"Ih parah banget? Gak mau lagi ya gue pergi sama lo! Dasar PHP!!!" Aretha kembali melipat kedua tangannya di depan dada dan mendudukan dirinya diatas ranjang dengan wajah kesalnya.

Alden yang mendengar ucapan Aretha langsung panik, "Eh-," Alden buru-buru mendekati gadis itu, berlutut di hadapannya, "Kok jadi gak mau pergi lagi sama gue sih?" Alden ingin menyentuh pipi gadis itu tetapi Aretha langsung menepisnya.

"Gue udah ganti baju, lo batalin gitu aja! Ngeselin lo!"

Alden mengelus pipi Aretha dengan ibu jarinya, "Gue gak mau lo sakit, Cantik."

"Gue gak bakalan kenapa-kenapa ih! Kan badan lo nutupin anginnya dari gue." ucap Aretha asal.

Alden yang mendengar itu hanya tertawa, ada-ada saja. 

"Ya nanti kan disana bisa lo lepasin ini,-" Alden mulai memakaikan hoodie nya melewati kepala gadis itu, "Terus ntar taroh aja di motor kan bisa." Alden memasangkan bagian lengan hoodie nya. 

Setelah itu ia merapihkan rambut gadis itu, menyelipkan poninya ke bagian belakang telinga gadis itu, lalu Alden mencolek dagu gadis itu, sedikit menggodanya, "Udah dong jangan cemberut gitu? Nanti bukan jadi cantiknya gue, malah jadi jeleknya gue loh."

Aretha yang mendengar kata-kata Alden barusan langsung membelalakan kedua matanya, "BILANG APA TADI?!" sedangkan Alden sudah berdiri di hadapan gadis itu.

"Enggak bilang apa-apa," Alden mengulurkan tangannya, "Yuk?" Aretha langsung membalas uluran tangan Alden.

"Izin sama orang tua lo dulu." ucap Alden sebelum mereka keluar dari kamar. Sementara Aretha hanya menjawabnya dengan anggukan.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Aretha, Alden langsung membawa Aretha mendekati motor yang terparkir di halaman rumah gadis itu.

Alden memang menaruh satu helm untuk Aretha di rumah gadis itu, in case mereka tiba-tiba ingin pergi seperti sekarang ini, setelah memastikan helm yang dipakai Aretha sudah terpasang dengan benar, ia pun menaiki motor hitam kesayangannya, diikuti Aretha di belakangnya.

Setelah lewat beberapa detik, pria itu masih tak kunjung menjalankan motor tersebut, Aretha hanya memandang punggung pria itu bingung, lalu ia menepuk bahu Alden pelan, "Kok gak jalan? Ada yang ketinggalan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Aretha, Alden malah menengadahkan tangannya. Aretha yang melihat itu pun semakin bingung, "Mau minta apaan?"

"Tangan lo mana?"

Aretha yang masih bingung pun hanya menyambut tangan pria itu dengan tangan kirinya yang langsung digenggam erat oleh Alden.

"Yang satunya lagi mana?"

Aretha pun hanya menuruti pria itu dan ikut mengenggam tangan kanan Alden, "Mau ngapain sih in- eh!"

Ia terkejut ketika Alden menarik kedua tangannya dan memasukkannya ke saku jaket kulit milik pria itu, membuat kedua tangannya melingkar sempurna di pinggang Alden, "Nah gini kan baru pas. Yuk berangkat!"

Alden langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang, sedangkan gadis di belakangnya tanpa ia ketahui sudah senyum-senyum sendiri melihat perlakuan Alden.

Ia membiarkan Aretha menyandarkan kepalanya di punggungnya dengan leluasa. Sesekali Alden mengelus tangan gadis itu dengan lembut. 

Perjalanan memakan waktu kurang lebih 20 menit karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari rumah Aretha. 

Sesampainya disana, mereka langsung disambut dengan keramaian serta gelak tawa dari orang-orang yang sedang menikmati keindahan pasar malam bersama orang-orang yang mereka kasihi.

Sejak sampai dan turun dari motor, Aretha sudah menunjukkan wajah excited nya. Ia langsung menarik tangan Alden untuk memasuki keramaian pasar malam. Sedangkan Alden hanya menuruti kemana gadis itu melangkah. 

Aretha tidak ada hentinya merasa kagum melihat sekeliling pasar malam. Untuk pertama kalinya ia mengunjungi tempat seperti ini, dan bagi dirinya tempat ini sangat menyenangkan. Ia terus memperhatikan lampu warna warni yang berasal dari wahana kecil dengan kagum.

Alden sudah menatap gadis itu dengan senyuman.

Alden menarik tangan Aretha yang sedari tadi selalu menariknya kesana kemari, membuat tubuh gadis itu berbalik dan bertubrukan dengan tubuhnya, Alden langsung melingkarkan tangan kirinya di pinggang Aretha, menatap gadis itu, "Senang banget sih? Sampai gue dicuekin aja dari tadi." 

"Gak gue cuekin loh padahal." 

"Terus? Gue cuma ditarik sana sini doang, diajak ngobrol juga enggak." ucap pria itu dengan wajah cemberutnya.

"Ih?? Sok-sok cemberut gitu?" Aretha langsung menutup muka Alden dengan tangan kanannya yang kecil, "Jelek!" Aretha lalu menjulurkan lidahnya, meledek Alden.

"Dih? Ganteng gini dibilang jelek! Awas lo ya!" Alden langsung menggelitik bagian perut Aretha. Setelah menghabiskan banyak waktu dengan Aretha, ia jadi mengetahui satu hal bahwa gadis itu sangat tidak bisa menahan geli di bagian perut. 

"AHAHAHA! UDAH DONGGG!" Aretha masih berusaha menghindari gelitikan tersebut.

Akhirnya Alden kembali menarik gadis itu ke pelukannya, "Bahagia terus ya Reth." ucap Alden terdengar tulus.

"Lo harus tetap bisa bikin diri lo sendiri bahagia. Happiness is a choice Reth dan gue mau terus lihat lo bahagia karena kebahagiaan lo sekarang merupakan hal yang terpenting untuk gue." 

Aretha cukup terharu mendengar ucapan tulus Alden, "Lo juga harus bahagia ya Kak Al." gadis itu membalas pelukan Alden, mengusap punggung pria itu.

"Gak perlu lo bilangin juga gue udah bahagia." mulai deh Alden dan ketengilannya.

"Iya deh iya. Gimana gak bahagia? Tiap pagi aja mejanya penuh makanan terus sama kata-kata semangat." ucap Aretha, terdengar sewot. Lalu gadis itu melepaskan pelukan mereka dan duduk di salah satu kursi panjang yang memang disediakan untuk para pengunjung pasar malam.

"Lah? Cemburu lo?" Alden sudah melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap Aretha dengan tatapan isengnya.

"Apaan sih? Enggak ya!" jawab gadis itu cuek. 

Aretha mengetahui itu semua tentunya dari si biang gosip, Romeo dan Johan. Pada saat mereka mengunjungi Aretha di rumah sakit, posisi Alden sedang ke rooftop karena ingin merokok, Romeo dan Johan langsung menceritakan beberapa hal terkait Alden, termasuk dimana setiap pagi meja Alden selalu dipenuhi oleh makanan serta surat-surat, ada yang menyemangati, ada juga yang tidak ragu-ragu mengirimkan surat pernyataan cintanya pada Alden. 

Sejujurnya pada saat mendengar itu, Aretha merasa sedikit kecewa? Tetapi ia tidak ingin menunjukkannya di hadapan Romeo dan Johan.

Alden mencolek ujung hidung Aretha jahil, "Kalau cemburu bilang aja kali." Alden masih berdiri dengan senyum menyebalkannya.

"Gak cemburu ya! Enak aja." Aretha mengalihkan posisi duduknya menyamping, tidak ingin melihat tampang menyebalkan Alden.

Tiba-tiba Alden duduk disamping Aretha, memeluknya dari samping sembari mengacak-acak rambut gadis itu dan tertawa cukup keras, tawa yang selalu membuat Aretha menatapnya dengan kagum, tawa pria itu yang sangat amat jarang diperlihatkan pada orang-orang, "Lucu banget sih lo? Jadi cewek gue aja yuk?" ucap Alden secara spontan yang langsung membuat Aretha terpaku. Ia merasa wajahnya sudah memanas setelah mendengar ajakan Alden yang sangat to the point.

'Hah??? Gila apa ya ini orang???

Aretha buru-buru memegang kening Alden lalu memegang keningnya bergantian, "Ih gak panas kok..." ucap Aretha pada dirinya sendiri.

"Lo lagi gak mabok kan?" Aretha memegang wajah Alden, menelitinya secara perlahan, memastikan bahwa pria itu memang sadar 100%.

Mendengar pertanyaan Aretha barusan, membuat Alden tertawa semakin kencang.

"Gue nggak mabok, sadar 100% ini." ucap Alden.

"Terus tadi ngomongnya kok ngasal banget deh?!?" Aretha dan alisnya yang sudah mengerut bingung.

"Ngasal gimana Sayaaang? Gue serius." Alden sudah berjongkok di depan Aretha, mengenggam kedua tangan gadis itu yang berada di pangkuannya, "Lo gak harus jawab sekarang kok." Alden mengusap kepala gadis itu dengan lembut, "Gue bakal nunggu sampai lo siap untuk ngejawab gue. Jadi, gak usah dipikirin banget ya?"

Sedangkan Aretha sedari tadi hanya menunduk, jujur perasaannya sekarang campur aduk, kaget, senang, bingung secara bersamaan.

Alden bangkit dari posisinya, mengelus pipi Aretha pelan, lalu menjulurkan tangannya ke depan gadis itu, sedangkan Aretha langsung mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk, menatap Alden yang terlihat sangat amat tinggi di hadapannya, "Jalan yuk?"

"Gak usah dipikirin ucapan gue tadi. Jawabnya pas lo siap aja." Alden langsung menggandeng tangan gadis itu, membawanya mengelilingi pasar malam, seperti tidak terjadi apa-apa pada mereka.

♚☠♛

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Karena mereka sudah mengelilingi pasar malam sampai ke segala sisi, akhirnya Alden dan Aretha memutuskan untuk kembali ke rumah. 

Alden membawa motornya dengan pelan, menikmati semilir angin malam yang dingin menyapa kulitnya. Sedangkan Aretha masih diam dan menyandarkan kepalanya pada punggung Alden. Masih memikirkan ucapan Alden tadi, beberapa keraguan bergumul di benaknya. 

Apa Alden serius? Apa Alden cuma mau memainkan dirinya? Apakah Alden akan menyakitinya? Tetapi tadi ia terdengar sangat tulus...

Berbagai keraguan dan pertanyaan terus melingkupi dirinya sampai ia tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di depan rumahnya. 

Aretha segera menuruni motor Alden, membuka helmnya dan ingin melangkah masuk tanpa berpamitan dengan Alden, tepatnya ia sedang bergumul dengan pemikiran-pemikirannya hingga ia sendiri lupa dengan pria yang selalu menemani hari-harinya selama kurang lebih 2 bulan ini.

Alden yang melihat Aretha melengos begitu saja masuk ke dalam rumah langsung ikut menuruni motornya dan menarik topi hoodie gadis itu pelan, cukup membuat gadis itu membalikkan tubuhnya dan langsung tersadar akan sesuatu.

"Main pergi-pergi aja lo ya. Gak ada pamit-pamitnya." ucap Alden ketus membuat Aretha mengeluarkan cengirannya, "Lupaaa..."

Alden kembali menarik Aretha ke pelukannya, membawa tubuh gadis itu berputar pelan, "Lusa itu hari sabtu, kita ke Bandung ya." Alden dan kerandomannya.

"Ngapain?"

"Temenin gue aja ke Bandung, okay?"

Aretha pun hanya menganggukkan kepalanya pelan. 

Alden mengeratkan pelukannya sekali lagi, lalu melepaskannya dan mengusap rambut gadis itu pelan, "Masuk gih. Tidur." 

"Lo bawa motornya pelan-pelan aja, gak usah pake acara ngebut-ngebutan ya." 

"Cieee khawatir." Alden sudah menunjuk Aretha serta mengeluarkan senyum jahilnya.

"Ih, udah lah gue masuk! Byeee!" Aretha pun berjalan menuju rumahnya.

Setelah memastikan Aretha sudah masuk ke dalam rumah, Alden menghela napasnya kasar. Perpisahan dengan Aretha selalu berat untuknya, walaupun besok pun mereka akan bertemu lagi. Tetapi karena Alden sudah terbiasa dengan kesehariannya bersama Aretha, membuat dirinya selalu tidak sabar untuk melewati malam agar dapat bertemu kembali dengan gadis yang sudah ia izinkan datang ke kehidupannya dan mengisi bagian yang selama ini hampa untuknya. Mengembalikan rasa takut akan kehilangan seseorang yang sudah lama sirna dari dirinya. 

Alden segera memasang helmnya, mengendarai motor kesayangannya kembali ke markas Dankevoort.

♚☠♛

Gimana nih chapter 24??
Suka gakkk???
Boleh jawab di comment ya kalian suka atau enggak dengan chapter ini dan gimana perasaan kalian abis baca chapter ini🤗
Kalau ada saran buat aku juga sampein aja guys!!! Aku bakal terus berusaha buat ngasih yang terbaik untuk kalian, sooo jangan ragu-ragu kalau ada yang mau kalian sampein okkk??

See u on the next chapter lovvvs!💖

*psstt jangan lupa vote+commentnyaaa!🥰

**all photos from Pinterest/Instagram/Twitter

Continue Reading

You'll Also Like

1M 45.8K 37
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...
4.7M 35K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
354K 31.6K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
6.4M 325K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...