[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.2 :...

Від Wiki_Dwiki

88.7K 26.5K 8.2K

Wooyoung : "Matanya Santoso warnanya ungu, kece!" Yohan : "Iya kece banget kayak anak indihome!" San : "Maksu... Більше

Intro : "Setan Tanah Rejowerno"
"Sigel Kagungane Basukarna"
1. Hari yang Indah (?)
2. Ubah Haluan
3. Jalan Alternatif
4. Drama Double Y
5. Persiapan
6. Memanipulasi?
7. Debat Antar Calon OSIS
8. Saksi Mata Lain
9. Mengintip Kegelapan
11. Keberangkatan
What Do You Think?
12. Hari Pertama
13. Bincang Malam dan Penampakan
14. Arus Sungai
15. Sesuai Rencana?
16. Jiwa Yang Terganggu
17. Area Pangkalan Militer
18. Critical In
19. Menyusup
20. Rangkaian Tragedi
21. PARANOIA
22. Kembali Pada Tempatnya
Epilogue : Lembar Kisah Terakhir

10. Kalimat Asing

3.2K 1K 315
Від Wiki_Dwiki

.
.
.

    Hari Kamis pagi, kayak biasa San pergi ke sekolah menaiki sepeda kesayangannya. Sampai di parkiran sepeda, kayaknya udah jadi kebiasaan kalo dia selalu barengan ama Arin, keduanya saling menyapa dan berjalan menuju kelas bersama. Sembari membicarakan ini itu dan bercanda akrab.

  "Jadi kemarin Yeonjun dikunciin di luar rumah dan tidur di garasi?" Tanya San di sela ketawanya.

    Arin mengangguk, "kasihan banget dia, aku baru sadar pas subuh subuh mau nyariin sapu di garasi, kok ada suara orang tidur, aku awalnya takut itu hantu, ternyata Yeonjun telungkup di atas sofa sambil tidur anteng."

  "Astagfirullah, persis banget kayak anak tiri." San ketawa.

  "Kasihan tau." Kata Arin.
 
  "Akrab banget pagi pagi." Suara Hyewon menyambut keduanya yang baru masuk kelas.

  "Gausah cemburu, Hye. Aku nggak ada rasa apa apa sama San." Arin berucap girang sambil menyentil kening Hyewon pelan.

  "Kebiasaan jeleknya Yeonjun gausah dibawa bawa, Arin! Kening ku ini melindungi sebongkah otak jenius." Kata Hyewon.

  "Masih pagi gausah ribut. Nggak enak didenger sama cicak penghuni kelas." Kata Changbin.

  "Pagi pagi kalo nggak ribut bukan MIPA 2." Kata Wooyoung.

    Nggak lama setelah bel masuk bunyi, dari arah pintu Yeonjun muncul sambil membawa tumpukan kertas di tangannya. Kemudian dia meminta Haknyeon dan Hangyul untuk membagikannya.

  "Terkait acara perkemahan untuk PPTA, kalian diharapkan ngisi formulir ini begitupula persetujuan orang tua. Kalo nggak ikutan kemah dengan alasan yang mengada ngada, nilai pramuka kalian bakal kosong, otomatis nggak naik kelas." Jelas Yeonjun.

    Seluruh anggota kelas langsung mengeluh karena informasi itu.

  "Aku kira PPTA nya dihapus karena para anak bola itu hilang." Kata Subin.

  "Awalnya begitu, namun setelah rapat antara BPH Pramuka dan OSIS, disepakati bahwa perkemahan itu akan tetap dilaksanakan, namun untuk menghormati kepercayaan kita sebagai orang Rejowerno, perkemahan itu akan tetap dilaksanakan di dalam hutan, namun bukan di kaki gunung Rejowerno. Waktu perkemahan yang sebelumnya direncanakan selama satu minggu penuh diganti dengan tiga hari saja dengan detail kegiatan," Yeonjun menjelaskan sambil mengambil spidol dan menuliskannya di papan tulis.

  "Hari pertama akan dilakukan Upacara Pembukaan, pengisian materi oleh pelatih Pramuka dan kegiatan Hasta Karya, kemudian dilanjutkan dengan upacara api unggun di malam harinya. Di Hari kedua, akan ada penyampaian materi kedua, jelajah alam atau pengembaraan dan jurit malam. Dan di hari terakhir akan ada susur sungai dan Upacara penutupan. Setiap kelas terdiri dari dua tim, putra dan putri. Di kelas kita sendiri, cowoknya ada 12 dan ceweknya ada 13 orang. Dari regu putra, pinru-nya Changbin, wapinru-nya Yeosang. Dari regu putri, pinru-nya Hyewon, wapinru-nya Arin. Setiap pinru wajib bertanggung jawab atas keutuhan regunya. Ada yang ditanyakan?"

  "Kau tadi bilang kalo pramukanya 3 hari, kan? Itu mulai hari apa sampai apa?" Tanya Changbin.

  "Untuk sementara, kesepakatan antara OSIS dan Pramuka inti adalah dimulai pada hari Rabu pagi dan berakhir pada Jumat malam minggu depan." Jawab Yeonjun. "Untuk teknis pelaksanaan kegiatan akan dijelaskan di hari dilaksanakan, guna melatih kepekaan dan ingatan jangka pendek para peserta pramuka."

  "Aneh sekali.." Yohan berucap dengan nada sarkas, dan.. nggak ada yang tau sejak kapan anak itu udah ada di dalam kelas, "kenapa ada kegiatan susur sungai di bulan yang sering turun hujan seperti ini?"

  "Untuk itu aku nggak tau, panitia pelaksana yang bakal ngurus itu, mulai dari keamanan dan lainnya. OSIS cuma sebagai penyalur informasi." Jawab Yeonjun agak kesal. Yohan suka bener bikin Yeonjun keliatan kayak terdakwa pembunuhan di depan kelas.

  "Usahakan untuk mengikuti karena untuk kemaslahatan nilai kita bersama." Lanjut Yeonjun.

  "Kalo nggak ikut—"

  "Kamu bakal aku blacklist dari anggota kelas ini." Yeonjun menyela ucapan Yohan. Soalnya kalo ditanggepi bakal tambah kesurupan Yohan.

  "Karena aku nggak mempersilahkan siapapun bertanya sekarang, aku akhiri, Wassalamu'alaikum." Lanjut Yeonjun.

    Yeonjun berjalan lurus ke bangkunya dan mendudukkan diri, setelahnya dia menghela nafas panjang yang menarik perhatian Changbin buat ngetawain dia. Changbin tau banget kalo Yeonjun lagi bad mood, tapi secara bersamaan, Changbin pingin banget gangguin Yeonjun.
 
    Jadi, tanpa adab Changbin bilang, "Astagfirullah, Yeonjun.. tanda tanda penuaan mu kok udah muncul sih? Mau aku beliin Ponds Age Miracle nggak?"

    Yeonjun udah misuh dalem ati, tapi masih dia tahan. Dia nggak boleh hilang wibawa—

  "ASTAGFIRULLAH YEONJUN! KAMU KOK UDAH UBANAN?!" Changbin makin menjadi dan dengan sengaja mencabut sehelai rambut Yeonjun yang sebenarnya hitam, "KAMU MAU AKU BELIIN SEMIR RAMBUT MIRANDA?! AKU BAIK HATI BANGET LOH, INI!"

   Lupakan wibawa yang tadinya mau Yeonjun jaga karena dia udah sampai batasnya. Dengan kesal dia melepas sepatunya. Changbin yang udah hafal langsung berlari ke sudut kelas sambil ketawa.

  "Mbah Yeonjun ga boleh lari lari, ntar encok." Sama Changbin masih dilanjutin. "Nggak boleh marah marah juga, nanti lekas mati."

    Yeonjun mengambil penggaris besi dari kotak pensilnya dan berjalan menuju Changbin. Tak ingin ada pertumpahan darah di kelas itu, San menahan lengan Yeonjun.

  "Sabar, Yeon—"

  "NGGAK, NGGAK ADA KATA SABAR KALO YANG BIKIN GARA GARA SI KURCACI PERANAKAN IBLIS ITU! AKU MAU POTONG LIDAHNYA!" Emosi Yeonjun akhirnya meledak.

  "Astagfirullahalazim, Yeonjun! Istighfar, Yeon, Istighfar! Baca Syahadat seratus kali! Kamu ga boleh kesurupan Reog!" Wooyoung ikutan nahan Yeonjun karena kekuatan San nggak cukup buat nahan anak bongsor itu.

    Yohan dengan bangga melihat anak anaknya itu tumbuh dewasa dan mencoba saling membunuh.

  "Nggak mau kamu lerai itu? Ntar anakmu ada yang mati." Tanya Hangyul agak ngeri liat mukanya Yeonjun.

  "Kalo Changbin yang bikin gara gara ke Yeonjun, dia kayaknya punya alasan." Jawab Yohan.
 
 
  "Nah!" Changbin teriak, "kalo mukamu gitu kan, ganteng, kayak Yeonjun beneran, sebelumnya persis orangutan, asli beneran. Nggak usah sering sering masang muka jutek, nanti Neng Arin kadi galau. Jangan salah, aku cuma nggak tega kalo ada cewek cantik galau gara gara manusia nggak ada akhlak kayak kamu."

    Yeonjun berhenti meronta, terus dia menghela nafas panjang. Wooyoung ketawa denger omongannya Changbin, begitupula San yang senyum lebar banget. Walau nggak ada hari tanpa gelut, sebenernya Changbin itu peduli sama Yeonjun.
 
 
  "Kan?" Yohan berucap sambil menoleh ke Hangyul, "mereka anak anakku, jadi aku tau betul soal mereka."

    Hyewon yang denger langsung menyahut, "nggak deh, kemarin lusa Yeonjun bilang ke aku kalo dia mending jadi anaknya Popo sama Jenglot daripada jadi anakmu."

  "Apa bedanya? Jenglot kan setan, tuh? Sama aja, Yohan juga setan, cuma covernya rada mulus." Kata Yunho.

  "Mentang mentang ganteng belagu kamu, Yun." Kata Yohan.

  "Btw, pertanyaanmu tadi bikin penasaran beneran loh, Han." Kata Haknyeon, "kok bisa bisanya sekolah menyetujui kegiatan susur sungai di bulan yang sering hujan kayak gini."

  "Kita mau dijadikan tumbal kali," Yohan berucap dengan nada bercanda sambil menoleh pada Yeosang, "tumbal buat setan berkepala kerbau."

.
 
  "Kamu sama Yeosang emang sedeket itu, Han?" Tiba tiba Wooyoung bertanya ketika kelimanya sedang makan mie ayam di kantin.

    Mendengar pertanyaan Wooyoung, Yohan langsung tersedak. Yohan mengambil botol minum milik Yeonjun dan meneguk air di dalamnya hingga tinggal setengah, Yeonjun rela, rada nggak ikhlas dan pingin marah, tapi dia tahan. Banyak adek kelas cewek yang lagi ngumpul di kantin buat ngapelin dia, Yeonjun harus tampak seperti ketua OSIS yang penyayang dan lemah lembut pada teman temannya. San yang lihat mukanya Yeonjun kayak mau mukul orang itu cuma ketawa dengan nada tingginya.

  "Emang kenapa, Yong? Kamu cemburu?" Tanya Yohan setelah selesai tersedak.

  "Aku penasaran aja. Kalo Changbin deket ama Yeosang kan, masuk akal gitu soalnya sama sama pramuka inti. Kalo kamu kayak aneh gitu. Kamunya jelmaan siluman terus si Yeosang pendiem." Jawab Wooyoung nggak terlalu mempersalahkan tentang ledekan Yohan tentang cemburu itu.

  "Aku sama Yeosang pernah nge-mc bareng pas ada orkes dangdut, makanya kenal." Jawaban random Yohan terlontar.

  "Oh, gitu." Jawab Wooyoung sambil mengangguk angguk.

  "Yong, kamu percaya beneran?" Tanya Changbin nggak habis pikir.

  "Lah? Yohan lagi bohongin aku?" Tanya Wooyoung balik.

  "Yong, Aku saranin kamu putus pertemanan ama Yohan aja, deh. Aku khawatir nanti Yohan bilang kalo ada emas di dalem sumur terus kamu percaya dan masuk sumur." Kata Yeonjun.

    Yohan ketawa sambil mengusap rambut Wooyoung, "aku sama Yeosang nggak sedekat itu, kok. Yeosang kayaknya risih sama aku, tapi akunya tetep SKSD sama dia."

  "Kenapa?" Tanya Wooyoung.

  "Dia seperti membawa sesuatu." Jawab Yohan.

  "Membawa apa?" Keempat anak Yohan kompak bertanya.

  "Uang kas kelas :v" Jawab Yohan.

  "Yeosang korupsi uang kas kelas?!" Tanya Yeonjun rada teriak.

  "Gausah ngadi ngadi kamu, Han -_- Yang bawa uang kas itu Yunho sama Soodam." Kata Changbin.

    Yohan ketawa lagi, "kapan kapan aku kasih tau, sekarang dosaku masih numpuk. Dibuat ghibah makin banyak nanti."

  "Semoga kamu nggak jadi pemuda jompo ya, Han?" Kata Yeonjun.

  "Sadar diri, Yeon." Balas Yohan.

 
    Suasana itu tenang untuk beberapa saat. San lalu teringat sesuatu.

  "Bin, nanti pulang sekolah kak Haneul nganggur." Kata San.

    Changbin menghela nafas panjang, "aku kayaknya belum siap."

  "Kalo nunggu kamu siap, sampai seterusnya nggak akan siap terus." Balas San.

  "Nanti kalau aku disuntik mati gimana?" Tanya Changbin.

  "Kak Haneul bukan psikopat, Bin :) Jangan samain dia sama temen gelutmu itu." Jawab San.

    Yeonjun agak kesindir tapi gpp.

  "Nanti yang lain bakal nemenin kamu, deh. Biar kamu nggak tegang." Kata Yohan.

  "Bilang aja kamu juga mau tau apa yang mungkin Changbin lupain, Han." Ucap Wooyoung.

  "Nggak usah keras keras kalo ngomong." Balas Yohan.

    Changbin menghela nafas, "langsung pulang sekolah? Nggak ganti baju dulu?"

  "Terserah sih, kalo mau ganti dulu nggak apa apa." Jawab San.

  "Jangan, ditakutkan Changbin kabur dari penangkaran." Kata Yohan.

  "Kamu kira aku hewan, hah? Apa apaan penangkaran?" Kata Changbin.

  "Iya, soalnya kamu mirip kecebong." Kata Yohan dan kepalanya dipukul sendok sama Changbin.

  "Habis pulang sekolah langsung aja nggak apa apa, lagian aku yakin aku nggak lupain apa apa." Kata Changbin.

    San tersenyum, "oke."

.

    Mereka pulang bersama, kecuali Yeonjun yang katanya bakal nyusul nanti. Soalnya dia mau ikut mengawasi persiapan kemah dulu sebagai ketua OSIS yang berbakti, sebenernya nggak harus ikut sih, itu cuma dustanya Yeonjun doang, yang sebenernya, dia harus memastikan si Arin pulang dengan selamat dulu.

    Sampai di rumahnya San, Changbin sedikit deja vu karena mengingat dulu dia hampir semalaman nggak tidur gara gara San ngomong tentang seseorang yang dia percayai tidak balik mempercayainya. San mengucap salam dan terdengar balasan dari dalam.

  "Ayo masuk." Ajak San.

    Ketiganya mengikuti tuan rumah menuju ruang tamu. Di perjalanan antengnya, Wooyoung diusik oleh keberadaan gumpalan lemak berbulu kesayangan San yang mengusapkan tubuhnya pada kaki Wooyoung.

  "SAN!" Wooyoung tiba tiba teriak.

  "Kenapa?" Tanya San terkejut.

  "Byeol gemukan astaga!" Wooyoung heboh sendiri sampai diketawain ama Haneul yang ikutan kaget denger teriakannya Wooyoung.

  "Byeol nggak gemuk, dia sexy." Kata San membela Tuan-nya.

  "Nggak gemuk gimana? Byeol kayak bumil masa? Liat nih, perutnya buncit banget. Kamu tuh, harusnya sering sering ngajak Byeol olahraga biar dia punya six pack." Balas Wooyoung.

  "Dia udah jompo, Yong. Ntar bukannya six pack malah encok yang ada." Kata San.

 
    Yohan ama Changbin nonton doang dari sofa ruang tamu. Nggak ada niat melerai, udah biasa banget liat dua anak itu adu mekanik tentang sesuatu yang sepele. Bisa bisanya mereka gelut soal Byeol ketika gumpalan lemak berbulu itu bahkan cuma goleran anteng di bawah kaki mereka.

  "Di sekolah juga rame kayak gitu?" Tanya Haneul.

    Keduanya lantas berdiri dan menyalami Haneul dengan sopan.

  "Tergantung sih, Kak. Kadang akur banget kadang kayak musuh bebuyutan. Tapi keren banget San bisa sabar ngadepin Wooyoung, San kalo musuh Wooyoung itu banyak ngalah nya." Jawab Yohan sambil ketawa.

    Haneul ikutan ketawa sebelum dia menoleh pada Changbin. "Aku tak akan memaksamu menceritakannya padaku, aku hanya ingin kau mengingat semua yang menimpamu kala itu. Jangan mengingatnya ketika kau sudah tersesat, ingatlah mulai ketika kakakmu mengajakmu pergi ke sana. Aku mengenal baik kakak mu ketika masih duduk di bangku SMA, dan dia bukan tipe orang yang akan meninggalkanmu sendirian, pasti sesuatu mengganggunya malam itu, makanya, dia pergi."

  "Aku takut, Kak." Kata Changbin.

  "Ketakutan itulah yang akan membunuhmu perlahan, cobalah untuk melawannya, ya?" Ucap Haneul, nada suaranya persis seperti San, lembut dan tak pernah memaksa.

 
    Changbin duduk bersandar di sofa, dia menutup matanya mengikuti instruksi Haneul. Dia memilih untuk menceritakannya alih alih hanya mengingatnya. Di awal awal, dia masih tampak tenang, hingga sampai ketika dia menceritakan malam mencekam yang menimpanya. Segera dia membuka mata ketika wujud monster itu kembali terlihat jelas di ingatannya.

  "Bagian itu tak berubah." Kata Changbin menatap Haneul sedikit terengah-engah.

  "Apakah kau mendengar atau membaca sesuatu?" Tanya Haneul.

  "Bagaimana kau tau aku mendengar sesuatu?" Tanya Changbin.

  "Kau bersenandung, Bin." Yohan berucap dengan wajah serius, "kau menyenandungkan lagu yang terdengar familiar."

  "Apakah ada lagi?" Tanya Haneul.

    Changbin mengangguk, "sebuah kalimat.. umm.. Critical.. In.."

    Dengan wajah kebingungan dia menatap Haneul dan teman temannya, "Critical In.. apa maksudnya itu?"

    Dengan wajah kecewa, Haneul menggelengkan kepala tidak tau.

  "Apa itu?" Bisik San pada Yohan.

  "Apapun itu, aku yakin tidak hanya ada dua kata disana." Jawab Yohan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
#####

Halo, Hola!
Selamat Hari Selasa :D
Semoga hari ini kalian mendapatkan banyak kebahagiaan, Aamiin.

Gimana kabarnya?
Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Amiin paling serius.

Agak galau gara gara liburan diundur sampai Januari, tapi ada hikmahnya :') uang saku Alhamdulillah masih lancar jaya buat menafkahi idol tercinta, haha.

Sehat sehat terus kalian!
Makan yang banyak jangan lupa bahagia <3
 
 
Makasih udah baca!

Luv kalian semua ❣️❣️❣️
  
 
  

Продовжити читання

Вам також сподобається

20.1K 6.1K 39
seungmin tidak pernah tau seperti apa suasana malam yang sebenarnya. tw || offensive words , blood , religion , sleep disorder , satanic nation ⸸ ⁶⁶⁶...
1M 84.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
Bruno || Bang Yedam ✓ Від nana

Короткі історії

503 138 11
#boentry01 ❛❛Arti keluarga tidak lain hanyalah sebuah kesendirian.❞ ---------------------------- start : 16 nov end : 03 des ^22 It's my short story...
11.2K 1.6K 33
[DIHARAPKAN UNTUK MEMBACA S1-NYA TERLEBIH DAHULU!] Tak ada lagi kekacauan, tak ada lagi ketidakadilan, tak ada lagi kekejaman, dan tak ada lagi mayat...