Miss My Regret

Por 2was_JJ

12.8K 1.7K 412

Kesalahan membuat mereka terpisah. Pilihan membuat mulut itu tak bisa mengatakan hal yang sejujurnya. Ketika... Más

Me & You
Be a New Profile
Hard
Can We Together?
You Broke Me First
The Gift
I'm
A Lie
Where are You?
Seriously?
When Be Going This?
I Forced You
Heart
Cause
Questions?
Love Maze
Crazy Over You
I'm in Here
The Blood Tears
I Need Someone
Stupid and Ego
Now, It Just Us
Never!
Only Mine
My Son
Jerk!
Skin to Skin
I Love You
The Reason
Tata?
The Ending I Want?
Lost

Hurt Marriage?

289 41 10
Por 2was_JJ

Gaun berwarna putih tanpa lengan itu membalut tubuh seorang Park Jihyo. Rambut yang diurai panjang dihias manik-manik menambah kesan glamor pada calon istri Jeon Jungkook. Wajahnya yang cantik sudah menyempurnakan penampilan pada malam hari ini.

"Bisa tinggalkan aku sendiri? Aku butuh privasi" Ucap Jihyo pada perias.

"Tapi nona, tinggal 10 menit waktu anda bersiap"

"Tolong..." Pinta Jihyo.

"Tinggalkan Jihyo sendiri, aku akan menemaninya. Dia akan tiba dialtar tepat pada waktunya" Ujar lelaki tinggi berjas abu-abu.

Perias itu mengangguk dan meninggalkan mereka berdua. Chanyeol menatap paras ayu adiknya melalui pantulan kaca. Jihyo memang cantik. Sangat. Tapi ada keraguan dalam ekspresinya. Chanyeol tahu, karena pernikahan ini hanyalah bentuk balas budi.

"Jika saja aku bisa membawa pria yang kau cintai kemari dan menikahimu Ji, pasti akan menyenangkan melihat wajahmu yang bahagia" Chanyeol memeluk adiknya dari belakang. Mereka saling menatap melalui pantulan kaca.

"Inilah jalanku Oppa, aku tidak akan pernah memiliki pria yang kucintai. Gwenchana, aku percaya kalau suatu saat aku bisa bahagia dengan apa yang menjadi pilihanku" Jihyo tersenyum sendu.

"Thomas...apapun yang terjadi, kau tetap menjadi adikku bukan? Kau tidak akan melupakan kedua kakakmu kan?" Tiba-tiba saja Jimin muncul di antara mereka.

"Aku hanya menikah Oppa, bukan untuk meninggalkan kalian" Gadis itu terkekeh.

Mereka bertiga saling berpelukan. Saling menguatkan. Perasaan tidak rela disaat seorang kakak laki-laki melepas adiknya untuk menjadi bagian dari keluarga lain. Terlebih Jimin. Dia melukai perasaan orang lain. Bukan hanya satu. Tapi banyak yang berkorban untuk ini.

"Sudah waktunya, ayo Jihyo" Ucap nyonya Park tersenyum.

Sedari tadi ternyata nyonya Park melihat ketiga anaknya saling merangkul berbalut tangisan. Entah kebahagiaan atau kesedihan.

"Jadilah putriku yang membanggakan Jihyo. Eomma akan terus berdoa agar kau selalu bahagia dalam hidupmu bersama Jungkook hingga maut memisahkan kalian. Eomma akan terus ada untukmu"

"Jihyo sayang eomma" Putri kecil itu menangis memeluk sang ibu.

"Sudahlah, kita harus segera kesana. Don't cry baby. Percayalah hari ini adalah jalan awal kebahagiaanmu, understand?" Jihyo mengangguk paham.

•°•

"Kau yakin akan pergi kesana? Dengan kondisimu yang seperti ini?"

"Aku harus bertemu tuan putriku untuk hari kebahagiaannya. Tapi jangan sampai ia melihatku. Kau bisa mengaturnya bukan?"

Gadis itu mengangguk. Lalu dengan perlahan mendorong kursi roda saudaranya itu pergi menemui pujaan hati.

•°•

Disana sudah banyak tamu berjajaran rapi menunggu pernikahan sakral ini dimulai. Jeon Jungkook telah berdiri dengan jas tuxedo Louis Vuitton berwarna abu. Tangannya berkeringat dingin. Gugup. Tentu saja. Menikahi Jihyo adalah impian yang tak pernah ia pikir jadi kenyataan.

"Jangan gugup, Nak. Seorang Jeon tidak pernah takut apapun" Ujar sang ayah.

"Putra eomma sudah dewasa sekarang. Kau terlihat sangat tampan. Terimakasih telah membawa Jihyo menjadi menantuku, sayang" Nyonya Jeon mencium kening putranya.

"Aku akan memberikan apapun yang eomma inginkan. Itu janji Jungkook" Balas pengantin itu sungguh-sungguh.

'Mempelai wanita sudah datang....'

Semua orang didalam ruangan itu terdiam. Seolah terhipnotis dengan penampilan calon istri Jeon Jungkook. Parasnya yang ayu rupawan. Oh jangan lupakan tubuhnya yang aduhai. Mari bertaruh, seandainya Jihyo bukanlah seorang pengantin sudah banyak tamu pria yang akan melamarnya.

Jungkook terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka. Matanya berkaca-kaca. Ia tak pernah menyangka, pujaan hatinya itu akan menjadi teman hidupnya. Meski ia tahu pernikahan ini hanyalah sebuah balas budi dan sandiwara. Entah sampai kapan Jihyo akan bertahan. Yang pasti, Jungkook tidak akan pernah membiarkan Jihyo melepaskan diri dari ikatan suci ini. Tidak akan pernah.

"Aku menyerahkan putriku satu-satunya untukmu Jeon Jungkook. Jaga dia melebihi kau menjaga dirimu sendiri" Ucap tuan Park.

Dengan senyuman lembut, Jungkook menerima tangan Jihyo. Meraihnya dan menarik pelan penuh kehati-hatian. "Jika aku melukai putrimu. Jadilah orang pertama yang membunuhku, Appa"

Pernikahan yang digelar secara tertutup itu menjadi saksi ikatan mereka. Ini adalah kehendak Jihyo untuk mengadakan pernikahan secara rahasia. Dia tidak mau publik mengetahui bahwa seorang Park Jihyo merupakan istri dari Jeon Jungkook. Bahkan ketika dia bekerja sebagai sekretaris Jungkook nanti, ia tak mau orang mengetahui identitasnya, dia memegang prinsip teguh profesionalitas.

Pendeta mulai membacakan pemberkatan itu. Tidak dapat lagi Jungkook mengutarakan debaran hatinya. Berbeda dengan Jungkook yang bahagia, hati Jihyo merasa resah. Mengapa pernikahan ini membuat dirinya sesak? Mengapa ia seperti mengkhianati seseorang disaat dia tidak terjalin dalam hubungan apapun? Pria Kim itu. Tak bisakah ingatan tentang Taehyung hilang bahkan untuk kali ini saja?

"Saya Jeon Jungkook mengambil engkau Park Jihyo menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, itulah janjiku yang tulus" Jungkook mengucapkan janji itu tanpa keraguan.

Kedua mata itu saling bertatapan. Jungkook adalah pria yang baik. Tapi apakah Jihyo mampu mencintai Jungkook? Bagaimana jika Jihyo justru melukainya? Gadis itu tak mampu untuk menjadi penyebab kehancuran pria yang akan menjadi suaminya ini.

"A- aku..."

Keringat dingin mengalir begitu saja. Jihyo menoleh dan melihat kedua kakaknya yang mengangguk seolah menunggu Jihyo mengatakan janji pernikahannya. "Saya Park Jihyo, mengambil engkau Jeon Jungkook menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, itulah janjiku yang tulus"

"Pengantin pria bisa mencium pengantin wanitanya" Ujar sang pendeta.

Jungkook perlahan membuka tudung putih yang menutup sedikit wajah cantik istrinya. Mendekatkan dirinya. Jihyo menahan dada Jungkook yang bersiap untuk menciumnya. Ia merasa bersalah. Tapi kenapa? Apa perbuatannya yang salah?

Orang dikursi roda itu melihat pemandangan dihadapannya dengan hati teriris. Namun langkahnya tak mampu menjangkau. Ia hanya bisa terdiam. Menangisi keadaan dalam dirinya sendiri.

Jungkook tanpa memedulikan keraguan Jihyo dia langsung meraih tengkuk istrinya dan menciumnya lembut. Hingga perlahan tangan Jihyo pun pasrah dan memegang pundak lebar suaminya. Dengan perlahan pula tangan kekar Jungkook mengusap punggung mulus gadis yang menyandang gelar marganya itu. Jeon Jihyo.

Riuh tepuk tangan menyambut. Jungkook menghentikan ciumannya sebelum ia tak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Tangannya beralih memeluk tubuh mungil Jihyo dalam dekapan. "Aku tidak peduli jika kau menganggapku hanya bermain-main, tapi aku mencintaimu, Jeon Jihyo. Really love you..." Bisiknya halus.

Tubuh Jihyo menegang mendengar pengakuan itu. Apakah pantas ia melukai Jungkook ketika pria itu selalu melindunginya? Namun jika ia meninggalkan Jungkook juga bukan hal baik. Dia terperangkap oleh rencananya sendiri, emosi, dan balas budi.

Jungkook tersenyum dan mau tak mau Jihyo membalas hal yang sama. Lelaki itu mengiringnya untuk menyambut para tamu. Berjabat tangan tentu saja. Tanpa lelah Jihyo bersikap ramah pada keluarga dekat Jungkook. Tidak ada rekan bisnis satupun yang hadir. Karena pernikahan ini sepakat hanya untuk keluarga saja. Tapi jangan salah. Keluarga mereka begitu banyak. Bahkan dari luar negeri pun tanpa tanggung-tanggung ikut menghadiri pernikahan dari kebanggan mereka. Ya, Jungkook dan Jihyo.

Mata bulat besar milik Jihyo beredar mencari pemandangan lain selain keramaian. Dan pandangan itu jatuh pada kakaknya. Jimin sedang mendorong kursi roda seseorang. Siapa? Pikir Jihyo. Orang yang duduk di kursi roda itu mengenakan topi dan masker. Untuk apa datang ke acara pernikahan dengan style demikian?

"Mau kemana Thomas?" Genggaman tangan Jungkook, menghentikan langkah Jihyo.

"Bolehkah aku ke toilet? Aku segera kembali" Balas Jihyo pelan.

Jungkook awalnya curiga dengan gerak-gerik Jihyo yang terlihat gelisah. Namun ia menepis pikiran buruknya. Kini, ia harus mulai mempercayai istrinya bukan?

"Hmm... Segeralah kembali" Ucap Jungkook dibalas anggukan singkat.

•°•

"Terimakasih sudah datang, Taehyung" Jimin mendorong kursi roda itu pada pancuran taman.

Kim Taehyung adalah sosok yang duduk di kursi roda itu. Rasanya sesak berada didalam sana. Wanitanya, telah mengikat diri pada pria lain. Pria yang tak lain memiliki hubungan dengannya.

"Nak! Kenapa kau berada disana?" Nyonya Jeon menghampiri mereka.

Jimin dan Taehyung sama-sama menoleh. Nyonya Jeon berjalan mendekati mereka. Lalu berdiri tepat didepan tubuh Taehyung.

"Apa dia temanmu Jimin?"

"Iya bibi. Dia sahabatku. Kenalkan Kim Taehyung"

'Taehyung'

Nama itu. Nyonya Jeon ingat betul itu nama yang sama. Benarkah pemuda di kursi roda ini adalah anak yang ia maksud selama ini?

"Bibi? Ada apa?" Jimin menegur.

"Ah, gwenchana. Kenapa kau mengajak temanmu disini? Kita bisa bicara didalam"

"Tidak masalah nyonya. Saya segera pulang" Balas Taehyung.

"Jangan seperti itu Nak, ayo nikmati jamuannya...akh..." Tubuh nyonya Jeon terhuyung.

Beruntung Taehyung menahan lengannya dengan kuat. Saat anak muda itu mengenggam lengannya, perasaan aneh timbul begitu saja. Tangan yang tertutup coat itu sedikit terbuka. Mata nyonya Jeon membelalak saat melihat tanda itu berada ditangannya.

"Anda baik-baik saja nyonya?" Taehyung melepas pegangannya.

"I-iya... Aku baik. Terimakasih Taehyung. Jimin kalau bisa ajak temanmu untuk masuk. A-aku tinggal dulu" Jimin mengernyit heran melihat tingkah mertua adiknya itu.

"Ketakutan akan selalu ada bagi orang yang melakukan dosa bukan?" Gumam Taehyung.

"Apa maksudmu?"

"Lupakan. Bisa kau tinggalkan aku sendiri, Chim? Tenang saja, Dahyun akan menjemputku kemari"

"Apa kau tidak ingin bertemu Jihyo?"

Taehyung terdiam sebentar. Ia menghela napas lalu memejamkan matanya di balik topi hitam itu. "Tolong tinggalkan aku sendiri, Park Jimin" Lanjutnya.

Jimin mengerti. Butuh waktu bagi Taehyung untuk menenangkan diri. Ketika pemuda itu telah memanggilnya dengan marga, maka itu seolah perintah untuknya. Jimin pun berbalik sesuai perintah Taehyung. "Jika butuh sesuatu, hubungi aku"

Taehyung mengambil botol obat didalam sakunya. Kapsul putih yang entah untuk apa itu ia telan begitu saja. Sejenak ia memejamkan mata dengan menengadahkan kepalanya. Mencoba mengikhlaskan sang gadis yang tersenyum di altar pernikahan.

Magam hazel nan tajam itu terbuka ketika ada seseorang dengan lancang membuka topinya. Taehyung terkejut jika sang pengantin wanita berada dihadapannya langsung. Tubuhnya terdiam kaku. Sungguh, ia tak siap bertemu dalam keadaan seperti ini.

Tangan mulus Jihyo membuka masker yang menutupi wajah rupawannya. Bertemulah dua pasang mata itu. Terlihat kerinduan terpancar diantara mereka.

"Kenapa disini Tuan? Apa menjadi seorang pengecut adalah keahlianmu sekarang?" Mata Jihyo berkaca-kaca.

"Jihyo dengarkan aku-..."

"Apa yang kau telan? Obat apa ini? Kenapa kau memakai kursi roda? Apa yang terjadi padamu Kim Taehyung?!" Marah Jihyo. Bukan. Lebih tepatnya kekhawatiran.

Sebisa mungkin Taehyung menahan air matanya untuk tidak keluar. Ia tersenyum dan meraih tangan Jihyo. "Maaf, aku hanya tidak ingin kau khawatir. Sebenarnya.... Aku mengalami kecelakaan. Aku hanya membutuhkan perawatan sementara"

"Saat aku mencoba menghubungimu untuk datang menemani operasiku kau tidak datang. Kupikir kau melupakanku. Pikirkan bagaimana perasaanku! Kau justru hadir di acara pernikahan ini dan tidak mau bertemu denganku. Kau datang dengan keadaan seperti ini....bisakah kau mengerti perasaanku?"

"Jihyo, kau sudah menjadi istri Jungkook. Tidak pantas kau berkata seperti ini pada pemuda lain"

"Aku tidak mencintainya Taehyung, hiks.. Aku tidak bisa mencintai Jungkook. Kenapa aku tidak bisa membencimu?! Bahkan ketika kau pergi jauh dan melupakanku, mengapa untuk membuatmu pergi rasanya sulit?! Mengapa aku begitu bodoh yang selalu berharap pada bajingan sepertimu Taehyung, kenapa?!" Jihyo menangis. Ia memukuli dadanya begitu keras.

"Jika kau tahu itu menyakitkan, lupakan perasaanmu padaku Park Jihyo!" Bentak Taehyung.

"Sadarlah jika kehidupan kita berbeda. Aku dengan wanitaku. Dan kau dengan Jungkook. Belajarlah untuk menerima kenyataan, kumohon..." Lirihnya.

Jihyo tertawa hambar. "Lupakan? Seandainya kata itu mudah untuk kulakukan aku ingin membuang semua kenangan tentangmu Taehyung. Baiklah, sekarang aku sadar. Bahwa dengan mencintai Jungkook bisa membuatmu bahagia dengan Dahyun. Jika itu yang kau inginkan, maka akan kulakukan. Anggap saja aku bodoh Taehyung. Teruslah kau merendahkanku dan perasaan bodohku ini, kau hanya tinggal menunggu perasaan ini mati dan hilang. Maaf, kau harus menunggu untuk itu, tapi aku berjanji untuk terluka sendirian. Terluka untuk seorang bajingan"

Grep...

Taehyung tak tahan mendengar mulut manis Jihyo yang berkata seperti racun. Dengan cepat ia menarik tubuh Jihyo berada dipangkuannya lalu melumat kasar bibir pengantin wanita itu. Jihyo meronta, namun Taehyung memaksa dan tetap menarik tengkuk Jihyo agar kedua bibir itu tetap bersentuhan. Jujur, Jihyo kalah. Akhirnya ia memilih mengikuti alur yang Taehyung buat. Satu tangan pria itu memeluk pinggangnya erat. Decakan ciuman itu terdengar. Persetan dengan moral. Taehyung merindukan gadisnya.

Namun keberuntungan tak berpihak pada Jihyo. Saat suaminya, Jeon Jungkook melihat istrinya yang cantik itu berciuman dengan pemuda lain tepat dihari pernikahan mereka. Jungkook yang menahan nafsunya untuk tidak melukai Jihyo, justru melihat wanitanya berciuman dengan pemuda lain. Tangannya mengepal dan meninju dinding disampingnya hingga sedikit bercak darah nampak. Rahangnya mengeras ketika melihat Jihyo seperti menikmati ciuman itu.

"Aku akan membuatmu datang sendiri padaku, Jihyo. Mungkin dengan melukai perasaanmu, kau bisa merasakan cintaku. Sama seperti yang Taehyung lakukan padamu" Desis Jungkook. Lalu ia pergi meninggalkan kedua insan yang menikmati ciuman terlarang itu ditaman.

Gemerlap lampu hias itu menampakkan jelas bayangan dua orang yang menikmati ciuman panas di hari yang sakral. Belum ada 24 jam, bibir Jihyo telah dicium oleh dua pria tampan yang berbeda.

"Ini terakhir kalinya kita seperti ini, Jihyo. Aku mencintaimu, tetapi takdirmu bukanlah aku. Kau gadis yang baik yang tidak bisa melukai orang lain bukan?"

Jihyo terdiam. Dia tak salah dengar kan?

"Aku mencintaimu Jihyo. Aku mencintaimu sejak lama sebelum kau menyadari perasaanmu padaku. Aku bohong jika kebersamaan kita tidak berarti apapun. Tapi kali ini aku tidak akan menghalangi jalanmu untuk bahagia meski itu bukan denganku" Pria itu memeluk hangat tubuh Jihyo.

"Bagaimana caranya Taehyung? Mengapa kita harus terluka? Ini tidak adil"

"Kau harus mulai menerima Jungkook sebagai suamimu. Apapun yang akan kau hadapi nanti, percayalah hanya dengan Jungkook kau dapat melaluinya. Tidak lagi kakakmu, tidak lagi aku"

"Kau benar. Kita harus mencari kebahagiaan kita masing-masing bukan?" Lirih Jihyo sembari tersenyum.

"So right now, promise if this hurt can make us to be happy in the future Tata" Jihyo menyodorkan jari kelingkingnya.

Mengangguk pelan Taehyung mengikatkan kelingkingnya. "I promise, we will be happy. You will be happy, My girl"

Jihyo memeluk erat tubuh kekar Taehyung. Ya, Taehyung benar. Kenyataannya sekarang bahwa mereka tak bisa lagi bersama. Taehyung benar, untuk menjalani sesuatu kita harus mencoba. Apapun jika itu Taehyung, Jihyo akan menganggapnya benar. Karena memang pria itulah yang selama ini ia anggap memiliki kunci jawaban  dari masalah yang ia hadapi.

"Sekarang tersenyum dan hapus airmatamu. Pengantin wanita nakal sepertimu tidak baik untuk contoh dimasa depan. Semoga bayimu nanti tidak akan meniru sifat nakal ibunya" Ujar Taehyung menghapus air mata Jihyo dan tertawa.

Pipi Jihyo bersemu merah. Ini baru pernikahan. Tapi Taehyung sudah membahas bayi. Ah, enyahlah pikiran mesum. Batin Jihyo.

"Aku akan hadir didalamnya, Jihyo. Seperti aku akan terlahir kembali" Tubuh Jihyo menegang disaat Taehyung menyentuh perut ratanya dan mengusapnya pelan. Pria itu menatap dengan ekspresi yang tak bisa dimengerti.

"Taehyung, k-kau kenapa?"

"Ah, tidak lupakan saja. Maafkan aku. Sekarang kau harus kembali, sebelum Jungkook tau kalau kita bersama disini" Ujar Taehyung.

Jihyo mengangguk mantap dan menarik diri dari dekapan Taehyung. Berjalan menuju ke altar pernikahan. Ia tersenyum lega. Kini kebahagiaan dirinya bersama Jungkook. Ia harus mulai menatanya.

"Kim Taehyung!!" Teriaknya.

Taehyung menoleh dan menunggu apa yang gadisnya itu ingin ucapkan. "Terimakasih telah saling mencintai. Terimakasih untuk semua kenangan. Cepat sembuh dan kau harus berjanji untuk menemukan kebahagiaanmu sendiri" Pria itu tersenyum dan mengangguk paham.

"Jaga dirimu Jihyo. Jika Jungkook melukaimu, aku akan tetap menjadi rumahmu!"

Setelah itu mereka saling melambaikan tangan. Yaa... Hidup baru Jihyo akan dimulai.

"Tapi maafkan aku Jihyo. Karena aku tidak bisa menepati janji untuk melupakan perasaanku padamu"

Seguir leyendo

También te gustarán

2.1K 322 19
"Tolong bangunkan aku!" Haruto treasure x wonyoung ive
446 87 24
Tentang percintaan remaja yang sedang berbunga-bunga dengan hubungan mereka. Latar belakang // Korea Taehoon : Jeongwoo Yuna : Minji
74.4K 11.6K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
179K 8.7K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...