Kisah Resta✔

By Adawiyahnc05

873 376 100

[FOLLOW DULU AUTHORNYA BIAR ENAK!] Resta tidak pernah menyangka akan kehilangan seseorang yang telah menemani... More

Prolog
BAB 1 - Dark
BAB 2 - Kakak Cantik
BAB 3 - Pantai
BAB 4 - Bertemu
BAB 5 - Kembali
BAB 6 - Poor Tiara
BAB 7 - Membujuk Resta
BAB 9 - Regendra Wiratama
BAB 10 - Sebelum misi
BAB 11 - Persiapan misi
BAB 12 - Tinggal kenangan
BAB 13 - Misi Regen
BAB 14 - Banyak kesamaan
BAB 15 - Kehilangan lagi
BAB 16 - Re(ka)gen
BAB 17 - Nggak selamanya tentang dia
BAB 18 - Poor Lopi
BAB 19 - Pray for Mia
BAB 20 - Pinjam tubuh
BAB 21 - Tak terduga
BAB 22 - Resta comeback!
BAB 23 - Ulang tahun
BAB 24 - Akhir (EPILOG)

BAB 8 - Kembali ke sekolah

23 15 0
By Adawiyahnc05

Kamu memang kembali. Tapi, jati dirimu yang asli hilang entah ke mana. Kamu tidak seperti yang dulu.

***

Tok! Tok! Tok!

"Resta kamu udah siap belum?" tanya Mira sedikit berteriak di depan pintu kamar Resta. Tak menunggu waktu lama, pintu terbuka dan menampilkan Resta yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

Melihat hal itu Mira tersenyum senang. "Cantiknya anak Mama. Yaudah yuk! Papa udah tunggu kamu di luar." Mira mengajak Resta untuk menemui Rian. Pria itu akan mengantarkan Resta ke sekolahnya.

Mira ingin merangkul Resta, tapi gadis itu malah bergeser menjauhi ibunya. Mira tidak tersinggung, wanita itu malah tersenyum memakluminya.

Sesampainya di pintu utama, sudah ada Rian yang menunggunya di dalam mobil. Tanpa berpamitan dulu pada Mira, Resta langsung pergi begitu saja dan memasuki mobil. Hal itu tak luput dari pandangan Rian.

Setelah melambaikan tangan pada istrinya, mobil Rian langsung berlalu meninggalkan pekarangan rumah.

***

Suasana di dalam mobil sangat hening. Keduanya fokus pada pikirannya masing-masing. Seperti biasa, Resta hanya diam menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Sampai akhirnya, Rian memecah keheningan di antara mereka dengan bertanya pada Resta.

"Hari ini semangat, 'kan?" tanya Rian sekilas menoleh pada Resta yang hanya terdiam. "Harusnya semangat dong." Rian yang bertanya, pria itu juga yang menjawab karena lama tak ada balasan dari anaknya. "Memangnya kamu gak kangen sama teman-teman kamu di sekolah? Sama Tiara gak kangen?"

Lagi-lagi Resta hanya diam.

"Oh ya, Papa lupa kasih tau. Tadi, mama Mira bilang mau jemput kamu pulang sekolah nanti. Gimana? Kamu seneng-"

"Mama Resta cuma mama Risti," sela Resta dengan cepat. Tanpa menoleh sedikit pun pada Rian.

"Sayang jangan gitu dong. Sekarang 'kan mama Mira udah jadi mama kamu," ujar Rian menasihati.

"Papa udah janji mau cariin buku Resta," balas Resta mengganti topik pembicaraan.

"Iya. Papa janji bakal cari buku kamu. Tapi kamu juga harus janji, setelah Papa menemukan buku kamu, kamu harus baik sama mama. Gimana?" ujar Rian membuat kesepakatan.

Resta hanya diam tak menjawab. Tapi Rian menganggap kalau Resta menyetujuinya.

***

Mobil milik Rian sudah memasuki halaman sekolah SMA Unggulan. Sebelum itu, Rian memarkirkan mobilnya terlebih dahulu.

"Papa antar kamu ke kelas. Sekalian Papa mau bertemu wali kelas kamu."

Kemudian mereka berdua berjalan memasuki gedung sekolah. Banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka. Tentunya bertanya-tanya ada apa sampai orang tua murid datang ke sekolah. Apalagi teman sekelas Resta yang terlihat bingung dengan kedatangannya kembali bersama orang tua.

***

Di sisi lain, lebih tepatnya di samping mobil milik Rian, seorang laki-laki baru saja keluar dari mobil hitam milik ayahnya. Dia memakai seragam yang berbeda dengan seragam yang dipakai khusus SMA Unggulan.

"Ini sekolah terakhir yang kita pilih. Semoga aja bisa nerima kamu," ujar seorang pria yang ikut turun juga dari mobil. Lelaki itu membalas dengan menghela napasnya.

"Ayok!" ajak pria itu dan mereka segera memasuki gedung sekolah.

***

"Gara-gara kemarin, berat badan gue jadi naik 2 kilo. Bayangin coba? Untungnya badan gue masih bagus," cerita Lopi kepada kedua sahabatnya sambil berjalan menuju kelasnya.

"Tapi lo seneng, kan?" tanya Tera terkekeh melihat Lopi yang terus menggerutu kesal karena kejadian kemarin.

"Of course. But, i'm not satisfied," ujar Lopi tersenyum misterius. Sementara Sesil dan Tera menatap Lopi bingung. Tapi mereka mengerti maksud dari ucapan gadis itu.

"Sedendam itu 'kah lo sama Tiara?" tanya Tera lagi.

Lopi tidak menjawab. Tanpa menjawab pun, mereka pasti tau jawabannya. Mengingat kejadian-kejadian dulu yang membuatnya membenci Tiara sampai sekarang, membuat Lopi mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kuku-kuku panjangnya menancap di telapak tangannya hingga menimbulkan bekas.

"Lopi."

Seketika itu Lopi langsung melonggarkan kepalannya ketika seseorang yang baru saja mereka bicarakan sudah berada di depan mereka. Melihat Tiara, Lopi memaksakan untuk tersenyum.

"Ya?"

Tiara menghela napasnya terlebih dulu. Jujur, untuk mengatakan hal ini, Tiara harus menyiapkan keberanian terlebih dulu.

"Kemarin ...." Tiara menjeda ucapannya, tiba-tiba lupa dengan kalimat yang sudah ia siapkan sejak tadi. Mengerti maksud ucapan Tiara yang akan ke mana, Lopi pun langsung mengambil alih.

"Ya ampun sorry, Ti. Kemarin gue tiba-tiba ditelepon nyokap disuruh pulang. Yaudah deh gue langsung pergi aja. Soalnya gue tau kalau nyokap gue telepon pasti ada hal penting. Sorry banget, sampai lupa sama lo deh."

Lopi memasang muka merasa bersalah. Padahal dalam hatinya, Lopi seakan berekspresi jijik karena terpaksa harus meminta maaf pada Tiara.

Pandangan Tiara beralih pada Sesil dan Tera. Gadis itu bungkam. Tapi tatapannya seolah bertanya yang sama seperti pada Lopi.

"Gue juga langsung pulang. Ada urusan mendadak," ujar Tera menjawab dengan malas.

"Gue juga," timpal Sesil.

"Lo gak keberatan, kan bayar makanan kemarin?" tanya Lopi.

"Parah sih kalau lo keberatan. Sama temen sendiri masa perhitungan," timpal Tera dengan nada menyindir.

"Gini aja, yang kemarin itu anggap aja traktiran dari lo karena udah masuk ke geng kita. Gimana?" usul Lopi.

Tiara hanya diam tak mampu menjawab. Pandangannya menunduk dalam. Di saat ia mendongakkan kepalanya, gadis itu terkejut ketika melihat sahabatnya tak jauh di depannya.

"Resta?" sebutnya lalu tersenyum lebar.

Ketiga gadis itu kompak mengerutkan keningnya saat mendengar Tiara menyebut nama itu.

"Eh, Ti. Lo halu, ya? Mana ada Resta di sini? Lagi pula dia emang bakal masuk sekolah lagi?"

"Resta!" Tiara tidak mengindahkan ucapan Tera yang mengatakannya halu. Gadis itu segera berlari melewati ketiga gadis itu.

Lopi, Sesil, dan Tera kompak menoleh ke belakang. Mereka seketika terkejut melihat Resta ada di sana bersama dengan seorang pria.

Di sisi lain, Tiara langsung menghambur memeluk Resta. Sekarang rasa rindu pada sahabatnya sudah terobati.

"Res lo ke mana aja sih?" tanya Tiara di dalam pelukan Resta. "Kangen tau gak?" rengeknya. Sementara Resta hanya diam dan tidak juga membalas pelukan Tiara.

Menyadari hal itu Tiara langsung melepaskan pelukannya dan menatap bingung sahabatnya yang tanpa ekspresi.

"Res?" panggil Tiara.

"Maaf, ya Tiara. Kita lagi buru-buru mau ke kantor." Rian mengambil alih. Pria itu kemudian merangkul Resta dan membawanya pergi dari sana.

Tiara hanya bisa menatap punggung Resta dengan tatapan tak percaya sekaligus bingung.

***

"Maaf, Pak atas ketidakhadiran Resta selama seminggu ini. Karena kemarin sempat ada masalah dengan Resta," ujar Rian memberitahu. Saat ini pria itu sedang berada di ruangan Pak Rozak. Sementara Resta sedang menunggu di luar ruangan.

"Ohh begitu. Baik, tidak apa-apa. Saya hanya mengkhawatirkan dengan nilai Resta. Apalagi seminggu lebih ini Resta sudah banyak ketinggalan pelajaran."

"Kalau itu saya mengerti, Pak." Rian menoleh ke arah pintu ruangan yang transparan, sehingga bisa melihat Resta yang sedang menunggu di sana.

"Oh ya, saya mohon minta bantuan Pak Rozak selaku wali kelas Resta supaya lebih memantau anak saya, Pak."

***

Resta terduduk diam sambil menunggu ayahnya selesai berbicara dengan Pak Rozak. Resta duduk berhadapan langsung dengan meja TU.

"Loh Resta?"

Mendengar panggilan itu, Resta langsung menoleh. Mendapati Bu Ayu-guru bidang studi Bahasa Indonesia- yang bingung ketika melihatnya. Resta hanya membalas dengan tersenyum tipis.

"Kamu dari mana aja gak pernah keliatan?" Guru perempuan itu langsung duduk di samping Resta.

Bu Ayu memang sangat mengenal Resta. Karena, waktu itu saat Resta masih kelas 1 SMA, dia pernah mengikuti lomba membaca puisi dan dibimbing oleh Bu Ayu selaku guru yang mengajarinya.

Bersamaan dengan itu pintu ruangan Pak Rozak terbuka. Rian pun keluar dari sana.

"Resta, ayok!"

Melihat ada seorang guru di samping Resta, Rian langsung tersenyum dan menangkup tangannya sebagai tanda sapaan dan dibalas juga oleh Bu Ayu.

"Permisi, Bu kita duluan," ujar Rian berpamitan pada Bu Ayu. Lalu mengajak Resta untuk keluar ruangan.

Saat sampai di pintu utama, mereka berpapasan dengan murid lelaki dengan orang tuanya juga. Lelaki itu sempat menoleh ke arah Resta.

***

#1228kata

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
3.4M 174K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
1.7M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...