One Day, I Became Heroine's M...

By soleildeesse

173K 12.3K 359

PROSES REVISI ================= BUKAN NOVEL TERJEMAHAN!!! KARYA ASLI!!! More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8

Chapter 3

13.5K 1.5K 20
By soleildeesse

Gelak tawa terdengar nyaring, pandanganku jatuh pada Aron yang berlarian bersama pengasuhnya ditaman luas yang terletak disisi kanan mansion, dia nampak begitu bebas, tertawa lepas tanpa beban. Aku juga ingin tertawa bersamanya, anak manisku...

Ini sudah hampir satu minggu sejak kedatanganku didunia ini dan bersemayamnya jiwaku pada tubuh Ivanna. Cassius memang pantas dibenci, sebenarnya sampai kapan dia akan terus mengurungku dikamar sunyi seperti ini? Aku juga ingin bermain!

Sebenarnya dia tidak sepenuhnya mengurungku, aku diperkenankan untuk keluar, sekedar menikmati cuaca musim semi dengan duduk anggun sembari menikmati teh harum yang menyegarkan. Aku belum terbiasa dengan semua rutinitas nyonya bangsawan ini! Aku ingin bermain dengan Aron... tetapi karena aku sudah melakukannya dua hari lalu, berlarian ditaman bersama Aron yang membuatku berakhir jatuh tersandung, karena alasan sepele itulah Cassius mengurungku!

Itu mengerikan, aku harus bertahan selama setengah jam hanya untuk mendengarkan omelannya. Dia sangat berlebihan, aku jatuh tersandung dipadang rumput, bahkan dengan posisi terlentang, sama sekali tidak menyakiti perut! Dan setelah dia memanggil Baron Weldon, pria tua itu mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Cassius tetap bersikeras mengurungku dan melarangku untuk berlarian selama 9 bulan kedepan.

Hah! Dia pikir aku ini apa? Robot? Patung Liberty?

Sungguh kehidupan yang menyedihkan. Aku lebih baik menjanda dan mengurus dua anak sendirian daripada harus memiliki kehidupan yang dituntut penuh oleh suami.

Itu hanya sebuah kesalahan kecil, aku bahkan hanya mengalami pening dikepala selama sesaat karena kala tersandung hanya bagian kepalaku yang menjadi korban, dan itu sama sekali bukan hal yang serius. Cassius saja yang menanggapinya terlalu berlebihan, Libeia memang segalanya baginya.

Pandanganku kembali terpaku pada Aron, dia tampak lucu saat menghirup sari bunga digenggamannya dan tiba-tiba bersin. Aku sama sekali tidak bisa menahan senyuman, bagaimana bisa tokoh populer lainnya dalam novel yang terkenal dengan sifat kejamnya ini menjadi sangat menggemaskan diusia 4 tahun?

Aron Reglin, dia sosok kakak tokoh utama yang menjadi duplikat dari ayahnya, Cassius. Selalu dengan enteng mengangkat pedang jika seseorang berani mengganggu adiknya, kakak yang posesif dan sering kali menjadi tokoh pengganggu ditengah-tengah kemesraan kedua tokoh utama.

Aku selalu membayangkan setiap kali ada adegan dimana Aron yang berlatih pedang dengan keringat yang mengucur disekujur tubuh, dimasa depan dia akan menjadi ketua dari kelompok ksatria yang dilatih keluarga Reglin dan menjadi Duke muda. Sekarang saat aku membayangkan Aron dewasa yang ada dinovel saat Aron kecil tepat berada dalam pandanganku, aku malah merasa bersalah.

Maafkan ibu penggantimu ini, nak... tapi bagaimanapun, kau akan tumbuh dewasa menjadi pria tampan nan gagah yang akan menjadi satu-satunya ksatria pelindung Libeia, bukan salahku jika aku membayangkan hal vulgar yang tertulis dalam novel karena aku tidak tahu akan bertemu dengan Aron kecil secara nyata.

Setelah aku puas memperhatikan Aron yang terus bermain bersama pengasuhnya, aku tiba-tiba dilanda rasa bosan. Ini membuatku gila, aku ingin bermain dengan Aron!

"Ah, persetan. Lagipula Cassius selalu berkutat dengan dokumen terkutuk diruang kerjanya."

Senyumku lantas merekah, benar, pria itu selalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya sebagai seorang Duke. Tidak ada waktu untuknya mengawasiku, sekarang aku bisa bermain dengan Aron-ku yang imut sepuasnya.

Aku melangkah keluar kamar dengan perasaan gembira, bersenandung riang bahkan sama sekali tidak memperhatikan pintu ke 3 diseberang kamarku yang seharusnya menjadi pintu paling kuwaspadai karena itu adalah pintu ruang kerja Cassius.

Dia mungkin akan mendengar senandunganku dan suara langkah kakiku saat ini, tetapi aku tidak perduli, sekalipun ketahuan aku akan berlari sekuat tenaga untuk menuju Aron dan membawanya pergi bersembunyi bersamaku. Hihi, pasti menyenangkan. Membayangkan wajah kesal Cassius saat mencari-cari kami yang sedang bersembunyi membuatku terkikik tanpa sadar.

Aron adalah anak laki-laki yang baik, dia salah satu karakter favoritku. Menyadari bahwa saat ini aku menjadi ibunya membuatku berdebar, walau rasanya aneh karena dia bukanlah anakku melainkan anak Ivanna, aku akan menjaganya dengan baik dimasa depan. Setidaknya selama waktuku di dunia ini.

Begitu melangkah keluar dari pintu yang menghubungkan taman dimana Aron dan pengasuhnya berada, dari kejauhan ini aku bisa melihat sosok Aron yang nampak mungil karena jarak kami yang cukup jauh. Senyumku merekah, "Anakku, Arooo-"

"Kau melanggar perintahku?"

"Hiiiyk!"

Sial, baru saja, apa itu? Aku merasa terkena serangan jantung mendadak. Glek, tanpa sadar aku menegak ludahku dengan kesusahan, suara ini... aku jelas mengenalnya.

"Uhh, Cassius..."

Tubuhku dengan gemetaran membalik, mataku seketika bertemu tatap dengan mata serigala bermanik lembayung milik Cassius. Pria itu menatapku tajam, aku jelas tahu itu memang tatapan tajam yang ditujukan untukku, bukan tatapan tajam alami miliknya. Kesan horror kian mendominasi kala pria itu bersidekap dada, menatapku dengan satu alis terangkat seolah menuntut penjelasan.

Ugh, aku yakin jika dia masih berada diruang kerjanya. Bagaimana bisa dia berada disini hanya dalam sedetik?!

"Ba-bagaimana kau bisa ada disini?"

"Teleportasi." Jawab Cassius santai.

Oh, astaga. Aku benar-benar melupakan fakta bahwa dunia ini adalah dunia novel dimana sihir merupakan jantung utamanya.

Keluarga Duke Reglin adalah keluarga yang berpartisipasi langsung dalam pembangunan kekaisaran Vantom beribu-ribu tahun yang lalu. Mereka keluarga penyihir, dan kekuatan sihir mereka diturunkan kepada kepala keluarga langsung. Saat keturunan yang telah diputuskan sebagai kepala keluarga, melakukan ritual persembahan kepada leluhur keluarga Reglin di usia mereka yang ke 15 tahun, maka kekuatan sihir mereka akan diberikan oleh sang leluhur yang dalam wujud patung kristal sihir.

Aron pun begitu, dia mendapatkan kekuatan sihir nya setelah melakukan ritual saat dia berusia 15 tahun.

Ukuran kekuatan kepala keluarga Reglin berbeda-beda di setiap masa kepemimpinan, dan Cassius mendapatkan kekuatan dalam level yang cukup tinggi. Dia lihai dalam berpedang, dan menyatukan kekuatan sihirnya dalam pedang. Karena itu lah dia menyandang status sebagai pemimpin pasukan ksatria kekaisaran saat ini, pasukan Arcticus.

Namun nampaknya, dalam kasus Libeia berbeda. Dia mendapatkan kekuatan besar selagi dalam janin, dan aku tidak tahu alasan pasti nya karena belum terungkap dalam novel seri pertama. Itu dijelaskan dalam seri kedua, dan aku belum sempat membacanya! Benar-benar.

"Kau tidak menjawab? Kau mencoba melanggar perintahku?"

Ah! Aku hampir melupakan eksistensi Duke sialan ini karena larut dalam lamunan.

"Euhh... itu... aku hanya ingin menghampiri Aron, memangnya aku tidak boleh bermain dengan anakku sendiri?! Aku tidak mencoba melanggar perintahmu..." suaraku merendah di akhir kalimat, aku menundukkan kepala namun masih mencoba melirik Cassius yang masih saja menatapku tajam seolah aku tersangka yang dicurigai sebagai pelaku kriminal berat!

"Kau baru saja hendak berlari."

Aku tidak sempat melakukannya karena dibuat terkejut dengan suara menyeramkanmu, dasar sialan!

"Kau terlalu banyak menuntut." Aku berdecih keras-keras, sengaja memperlihatkan pada Cassius ketidak sukaanku padanya. Dahiku mengkerut jelas, mulut mencebik bahkan kedua tanganku terangkat untuk menyamai letak tangannya, bersidekap didepan dada.

"Ini demi keselamatan anakku." Dia membalas, masih belum menyerah.

"Nah, ngomong-ngomong, apa sihirmu bisa memindah janin? Kau bisa mengandung anakmu sendiri 'kan!" Aku mengutarakan saranku yang konyol, bukan sengaja untuk memprovokasi namun nampaknya perkataanku berhasil membuat Cassius mengeraskan rahangnya.

Cassius memejamkan matanya sejenak, seolah mencoba menengkan diri. Dia lalu membuka matanya lagi, masih menatapku tajam dan berkata, "Berhenti mengoceh, ikut bersamaku."

"Keman- ah!"

Belum sempat aku bertanya lebih lanjut, Cassius menarik tubuhku hingga menubruk tubuhnya sendiri, tangan kirinya melingkar erat dipinggangku dan sebuah cahaya putih muncul tiba-tiba diantara kami. Begitu membuka mata, sebuah ruangan besar lainnya menyambut penglihatan, aroma perkamen mendominasi ruangan. Tsk dasar pria ini, setidaknya beri aba-aba jika ingin berteleportasi! Dia hampir membuatku buta dengan cahaya aneh itu.

"Dimana ini?"

"Ruang kerjaku. Duduklah, ada hal yang harus kubicarakan." Lingkaran tangannya pada pinggangku ia lepaskan, lantas pria itu memisahkan jarak kami yang sebelumnya begitu dekat -bahkan saling menempel- lalu melangkah menuju sofa beludru coklat yang ada diruangan ini, yang rupanya adalah ruang kerjanya.

"Kenapa tidak membicarakannya ditempat sebelumnya?" Lagi-lagi aku mendecih, memilih untuk duduk disofa panjang yang bersisian dengan sofa tunggal tempat Cassius duduk.

"Kau harus duduk karena pembicaraan kita akan panjang."

"Ada sebuah tempat duduk ditaman."

"Ini pembicaraan rahasia yang tertutup."

Ya, ya, ya. Baiklah, lakukan sesukamu.

Begitu perdebatan berakhir, Cassius mengambil sebuah lonceng emas yang terdapat dimeja dihadapan kami, menggerakannya beberapa kali hingga mengeluarkan suara berisik, apa dia tengah memanggil pelayan?

Tiba-tiba sebuah pertanyaan konyol terlintas diotakku, "apa pelayan akan mendengar hanya dengan lonceng kecil itu?"

"Apa?"

"Bukan apa-apa."

"Ini lonceng sihir yang akan memberi sinyal langsung pada gelang sihir yang digunakan pelayan."

"Ahh, begitu~"

Ya, tentu saja. Manor ini segalanya tentang sihir, mengapa aku mengutarakan pertanyaan bodoh semacam itu?

"Kau juga memiliki benda ini diruanganmu."

Aku tidak pernah menggunakannya karena tidak pernah membutuhkan pelayan, kecuali untuk urusan mandi yang rutin dilakukan pagi dan sore hari. Mereka akan mendatangiku dengan sendirinya.

Tok, tok, tok.

"Masuklah."

Seorang pelayan memasuki ruangan begitu diberi intrupsi, nampan berisi dua cangkir teh serta beberapa camilan manis ia bawa, lantas menyajikannya diatas meja yang berdiri dihadapan kami. Pelayan itu membungkuk dan berlalu pergi setelah menyelesaikan tugasnya.

Sepertinya ini memang benar-benar akan menjadi pembicaraan yang panjang, aku menjadi berdebar hanya untuk membayangkan hal semacam apa yang ingin Cassius bicarakan padaku.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Aku mengambil cangkir teh yang dibawahnya terdapat piring kecil, menghirup aroma harum manis itu sekilas lalu menyesapnya. Untuk dunia novel dengan pengambilan latar abad pertengahan, mereka cukup pandai menyajikan teh yang memiliki aroma menenangkan

"Aku ingin mengadakan pesta untukmu."

"Uhukk- apa?"

"Mengapa begitu terkejut? Berhati-hatilah." Cassius merebut cangkir teh serta piring kecil yang ada dalam genggamanku dan meletakannya dimeja, pria itu bahkan menyempatkan untuk membersihkan area bibirku yang terdapat noda teh. Apa-apaan dia? Dia memberiku banyak kejutan.

"Pesta? Untuk apa?"

"Untuk merayakan kehamilanmu, kita juga melakukannya saat kau pertama kali mengandung Aron."

Ayolah, yang benar saja? Pesta perayaan kehamilan? Itu sangat-sangat berlebihan.

"Itu sedikit berlebihan... aku tidak membutuhkan pesta apapun."

"Hm? Begitukah? Kupikir kau akan setuju, kau selalu menyukai pesta."

"Sekarang setelah aku memikirkannya kau bahkan tidak pernah lagi menerima undangan pesta apapun yang diberikan bangsawan lain, ada apa?"

Aku tidak pernah berpikir bahwa Ivanna adalah seorang wanita yang menyukai hal semacam pesta, nampaknya dia tipikal nyonya bangsawan yang cukup terkenal dipergaulan kelas atas.

Sekarang setelah raganya digantikan oleh jiwaku yang selalu payah dalam bersosialisasi, apa yang akan Cassius pikirkan? Tidak ada waktu untukku bisa bersosialisasi dengan orang-orang disekitar, aku selalu bekerja terlalu keras sampai-sampai tidak pernah bisa memiliki teman untuk bergaul.

Bergaul dengan normal saja aku sulit, terlalu melelahkan untukku. Apalagi pesta bangsawan, yang aku tahu dari novel aslinya, saaa~ngat sangat melelahkan.

Ini membuatku gila.

・・・・

Chapter ini banyak cacatnya ternyata, cukup banyak yang aku rubah terutama di bagian sihir menyihir.

Sebelumnya aku tulis kalau setiap bangsawan di kekaisaran Vantom itu memiliki kekuatan sihir, tapi disini aku rubah jadi keluarga Reglin aja yang keluarga penyihir.

Moreover, kita ga berfokus ke sihir menyihir kaya harry potter disini, aku mau fokusin konflik rumah tangga aja hehe (* ̄∇ ̄*)

Btw, maaf banget aku lupa updatein draft hahahahh sampe ada yang komen ngegas di chp sebelumnya😭 aku takut jujur.

AKU UP SAMPE CHP 5 YAAAWW!

Trims yang udah vote!


Continue Reading

You'll Also Like

1M 1.9K 17
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...
688K 34.1K 51
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
3M 152K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
2.4M 36.8K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...