One Day, I Became Heroine's M...

By soleildeesse

173K 12.3K 359

PROSES REVISI ================= BUKAN NOVEL TERJEMAHAN!!! KARYA ASLI!!! More

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8

Chapter 1

22K 2K 39
By soleildeesse

Sebuah cahaya yang panas terasa menusuk kulitku, namun rasa nyaman dan dingin disekitar membuatku enggan beranjak, memilih membalik posisi tidur kearah kanan. Namun lagi-lagi, sebuah aroma harum yang asing memasuki hidung, segera mataku membelalak setelah menyadari situasi aneh yang tiba-tiba kualami.

Meja kantorku tidak mungkin memiliki selimut sutra yang lembut dan halus ini, apalagi posisi tidurku seharusnya tidak bertelentang mengingat setiap tertidur dikantor aku hanya akan menelungkupkan kepala dimeja. Lantas dimana aku saat ini? Ruangan yang asing, luas, mewah mengkilap, bergaya rococo. Tidak mungkin bukan jika aku tiba-tiba saja diculik oleh pria kaya dan akan dijadikan Nyonya keluarga terhormat secara paksa?

Merasa situasi aneh yang kualami saat ini bukanlah mimpi maupun halusinasi, segera aku bangkit dari posisi tidur, terduduk dengan pandangan linglung. Mata yang terasa sipit dan berat aku paksa untuk membelalak, bahkan saat tanganku berkali-kali mengusak mataku yang berakhir mendatangkan rasa perih, ruangan asing ini belum juga terganti dengan suasana kantor tempat aku bekerja.

"Apa-apaan..?"

Belum juga sepenuhnya nyawa terkumpul, rasa mual yang aneh tiba-tiba mendatangiku, perut rasanya seperti dililit. Karena merasa ingin muntah dan tidak ingin memuntahkan cairan menjijikkan di sprei satin yang aku duduki saat ini, aku segera beranjak, kalang kabut mencari kamar mandi yang memiliki wastafel. Lantas setelah menemukan apa yang dicari-cari, hanya air liur yang keluar saat aku memuntahkan apa yang aku rasa ingin aku muntahkan.

Aneh, kondisi aneh ini... mengingatkanku pada gejala umum saat kehamilan. Dan, sebenarnya dimana tempat ini? Aku sangat kebingungan sekarang.

Zzsss

Air dari keran keluar deras setelah aku memutar keran, setelah membasuh mulut dan mengelapnya menggunakan punggung tanganku, aku mendongak dan sedetik kemudian terbelalak, tertegun, terkejut dan sepertinya hampir terkena serangan jantung.

Siapa... wanita yang ada dicermin itu? Tidak, dibanding itu, siapa diriku?! Tidak, maksudku, umumnya cermin adalah benda yang menghasilkan replika diri, jika seseorang yang berada dalam cermin bukanlah diriku, lantas siapakah aku? Mengapa aku memiliki wajah secantik ini?!

Rambut pirang bergelombang, hidung mancung, bibir merah muda yang mungil, mata bulat dengan netra hijau zambrud. Segala fisik sempurna ini jelas-jelas bukan milikku, lalu siapa wanita ini? Mengapa dia menjadi diriku?

Berkali-kali aku mencoba kembali pada kenyataan, mencubit pipi hingga meninggalkan bekas kemerahan, bahkan beberapa kali menamparnya sampai bekas kemerahan itu bertambah parah. Namun bukannya kenyataan yang kuhadapi, melainkan rasa sakit serta pedih di wajahku.

Beberapa saat bergeming seraya memperhatikan wajah asing yang nampak dicermin, tiba-tiba sebuah pikiran konyol melintas dibenakku. Jika memang ini bukanlah khayalan, apa mungkin jiwaku berpindah ketubuh orang lain? Atau yang lebih parahnya... aku berpindah dimensi kedunia novel atau semacamnya.

Plak!

Ahahah! Mana mungkin! Yang benar saja ada hal semacam itu? Sepertinya aku terlalu banyak membaca cerita novel transmigrasi sehingga pikiran konyol itu melintas di kepalaku.

Mana mungkin... 'kan?

Ya, mana mungkin, namun segala keanehan yang kualami ini terasa nyata, jelas nyata. Lantas masalah apa yang kuhadapi sekarang? Permasalahan macam apa?

"Mama! Mama?"

Aku segera tersadar dari segala pikiran konyolku, tertegun beberapa saat, pandanganku tertoleh saat mendengar suara anak kecil yang memanggil ibunya. Siapa pula anak itu? Sekarang keanehan macam apa lagi yang akan kuhadapi?

Usai menghela nafas berat, aku segera keluar dari kamar mandi yang terdapat dikamar mewah -yang entah milik siapa- ini. Seorang bocah laki-laki bersurai perak membuatku menyerngit begitu melangkah keluar dari kamar mandi, saat pandangan kami bertemu, bocah itu berlari tergesa-gesa kearahku dan memeluk kakiku dengan erat.

Aku sudah tidak mampu untuk terkejut lagi, terlalu banyak kejutan yang datang padaku hanya dalam hitungan menit.

"Mama!"

Siapa yang dia panggil mama? Aku tidak pernah memiliki anak, bahkan tidak bernah menjalin hubungan asmara untuk menghasilkan anak itu sendiri. Tentu saja aku tidak punya, tetapi wanita ini memlikinya, 'wanita ini', yang tubuhnya menjadi milikku.

Sekarang dengan kehadiran bocah laki-laki yang berlari kearahku sembari memanggilku mama, aku yakin setengah persen bahwa 'jiwa'ku telah berpindah raga. Yang entah siapa identitas si pemilik raga itu, aku akan berusaha untuk mencarinya perlahan-lahan.

Pertama-tama, bagaimana aku harus menyikapi anak ini? Aku tidak pernah berinteraksi dengan anak kecil secara langsung.

"Ehm... nak, ada apa?"

"Ron hanya ingin bersama mama."

Ron? Apa itu namanya?

"Ahahah, nah, baiklah Ron Ron. Apa yang harus mama lakukan padamu?" Tanpa berasal dari keinginanku, kekehan renyah menguar, itu membuat suasana menjadi semakin canggung. Dengan dalih untuk sedikit merubah suasana, aku membungkuk dan membawa anak itu kedalam gendongam, berat tubuhnya cukup ringan untuk anak yang sekiranya baru berusia 4 tahun.

Pandanganku mengedar kearah sekitar ruangan kamar, barangkali menemukan kursi ataupun sofa yang berjumlah banyak atau memiliki tempat yang lebih lebar untuk dua orang, namun tidak ada. Hanya ada dua sofa kecil yang posisinya berjauhan, pada akhirnya aku memilih menjatuhkan bokong diatas tempat tidur dan mendudukkan bocah dalam gendonganku pada sisi kiriku yang kosong.

Pandanganku terfokus pada setangkai mawar putih yang ada dalam genggaman tangan bocah itu, kekehan renyah kembali menguar tanpa permisi. "Apa itu untuk mama?"

"Ya, ini untuk mama!" Bocah itu berseru riang segera setelah aku melemparinya pertanyaan, kedua tangannya menyatu memegang tangkai bunga, menyodorkannya kearahku. Senyumanku lantas terpatri tak tertahankan, aku lalu mengambil bunga dalam genggamannya. Menghirup aroma harum dari mawar putih.

"Terima kasih, ini can- uwekkh."

Ugh, mual lagi! Rasanya harum bunga mawar putih menjadi seperti bau bunga busuk. Tanpa memerdulikan bocah disampingku lagi, aku lekas berlari kembali kekamar mandi, memuntahkan semua apa yang aku rasa ingin aku muntahkan, tetapi lagi-lagi, yang keluar hanyalah air liur.

Situasi ini benar-benar membuatku gelisah, belum lagi segala keanehan yang kualami tidak juga terjawab apa penyebabnya. Rasanya aku ingin menangis, jika ini mimpi ataupun imajinasi, lekaslah bangunkan aku! Namun jika ini memang kenyataan, kembalikan aku ketempat asalku!

Kedua tanganku mengacak rambutku sendiri, yang pada dasarnya bukanlah rambut 'milikku' karena aku memiliki rambut hitam legam sebagaimana ciri khas orang asia. Kegelisahan menghantuiku tiada tara, berkali-kali mengacak rambut dan mengusak wajah kasar. Aku harus apa untuk menghadapi situasi aneh nan konyol ini?

"Ah, bocah itu..."

Ditengah-tengah kegelisahan, aku teringat si bocah yang sebelumnya memberikanku mawar putih. Aku meninggalkannya tanpa sepatah katapun, dia pasti mengkhawatirkanku, atau lebih tepatnya mengkhawatirkan si pemilik tubuh asli ini.

Segera aku keluar setelah sebelumnya memperbaiki tatanan rambut, namun begitu keluar dari kamar mandi, bocah itu tidak ada diatas tempat tidur. Seharusnya dia duduk disana kan? Lalu pandanganku mengedar kesekitar kamar mewah yang hampir seluas kantor tempatku bekerja ini, namun bocah itu sama sekali tidak ada.

"Kemana dia?"

Kuharap dia tidak berlari keluar dan mengatakan pada orang-orang yang ada dirumah ini bahwa kondisiku tidak baik, itu akan mereportkan karena aku sedang tidak ingin ditemui siapapun apalagi orang asing.

Oh, jangan bilang- DIA MEMANG MELAKUKANNYA?!

"Sial!"

Tok, tok, tok.

Clak.

Orang tidak sopan mana yang setelah mengetuk pintu langsung membukanya tanpa mendengar sahutan dari orang didalam ruangan?

Begitu menoleh pada pintu ganda raksasa ruangan ini dengan mengernyit kesal, mataku seketika bertemu tatap dengan seorang pria -tampan- asing bersurai perak. Wajahnya terlihat tidak masuk akal untuk ukuran manusia biasa karena terlalu sempurna, wajahnya persis mirip seperti bocah yang kutemui itu, sementara si bocah berada dibawah kaki si pria. Apa pria ini ayah dari si bocah? Atau... suamiku?

"Apa kau sakit?" Pria itu bertanya dengan wajah datarnya yang entah kenapa menyebalkan.

"Aron bilang kau berlari kekamar mandi dan muntah-muntah."

"Ah, itu...- uwekkk."

Ughh, lagi-lagi! Kenapa bau pria ini sangat tidak mengenakan? Parfum busuk apa yang dia pakai?

"Kau baik-baik saja?"

"Ja-jangan mendekat! Ugh.."

Bagaimana aku bisa baik-baik saja setelah penyebab kondisiku saat ini adalah bau badannya?

"Mama! Hic.."

Bocah yang kuyakini bernama Aron itu tiba-tiba menangis kencang dan berlari kearahku, aku hanya memberikan usapan lembut pada rambut peraknya sebagai balasan spontan sementara aku masih sibuk untuk mengendalikan rasa mual yang bergejolak dalam tubuh.

Tok, tok, tok.

Seorang pelayan datang mengetuk pintu yang masih terbuka, dia membungkuk hormat dan menurunkan pandangan mata nya.

"Yang Mulia, Baron Weldon sudah datang."

"Biarkan dia masuk." Si pria perak membalas laporan sang pelayan dan seorang pria paruh baya berkumis datang dari belakang si pelayan.

"Salam Yang Mulia Duke, Duchess Reglin." Pria berkumis yang kuduga adalah Baron Weldon, membungkuk memberi salam.

Tunggu, Duke? Duchess? Reglin? Apa-apaan pula gelar bangsawan yang biasa aku baca di novel-novel transmigrasi itu?

Jadi maksudnya adalah pria berambut perak itu seorang Duke, dan aku... Duchess-nya, begitu? Dan nama Reglin itu, entah kenapa nama itu terdengar akrab dan tidak asing, dimana aku pernah mendengarnya ya?

"Aku memanggil Baron Weldon untuk memeriksa keadaanmu." Si Duke itu berujar dengan nada datar. Aku sempat melirik wajahnya, yang sama sekali tidak ada raut kekhawatiran, sama seperti nada bicaranya. Hanya ada kedataran pada ekspresinya. Mungkin satu-satunya yang membedakan adalah mata setajam serigala itu yang nampak alami.

Helaan nafas menguar, aku melirik Baron Weldon yang sepertinya seorang dokter di dunia ini. Meski enggan, aku memilih menurut dan duduk ditempat tidur. Aron yang melihatku semakin menangis kencang, namun seorang pengasuh segera datang dan menggendongnya, membawanya keluar dari kamar dengan bertujuan menenangkan. Sekarang yang ada diruangan ini hanya ada aku, Baron yang tengah memeriksa keadaanku, dan si Duke yang memperhatikan sembari bersandar didinding dan bersidekap dada.

"Apa Anda selalu merasa mual, Duchess?" Baron bertanya setelah selesai memeriksa urat nadiku.

"Ya, tubuhku juga terasa lemas."

"Kepala Anda terasa sakit?"

"Ya."

"Gejala lainnya?"

Aku terdiam memikirkan gejala lainnya yang dimaksud Baron, sempat melirik Duke yang semakin serius menatapku dengan mata tajamnya. Aku berdeham.

"Perutku sakit, itu terasa keram. Rasanya aku sensitif terhadap bau dan selalu ingin muntah, jantungku juga terus berdebar." Aku menjelaskan.

Baron bergeming cukup lama, nampak mendalami penjelasanku, dan itu membuat kegelisahanku kian bertambah. Pikiranku berkelana kemana-mana, memikirkan segala situasi yang saat ini kuhadapi.

Dan juga, nama Reglin itu, dimana aku pernah mendengarnya? Itu benar-benar terasa familiar hingga membuatku frustasi karena berusaha mengingatnya.

"Ini sebuah kabar gembira, Anda hamil Duchess. Selamat."

Benar! Ha- tidak, apa-apaan?! Hamil katanya?! Akuu???? AKUUU????

Aku menatap si Baron yang mengumumkan kabar buruk itu dengan wajah penuh kegembiraan, lalu aku melirik si Duke yang nampak menegang dan dia perlahan-lahan mendekati tempat tidur- menuju diriku.

Wajahku yang shock, semakin membeku begitu aku mengingat ingatan terdalam yang terpendam. Benar, Reglin. Reglin itu!

Reglin adalah nama belakang dari salah satu karakter utama novel yang pernah kubaca, Libeia Reglin. Jika pikiranku saat ini mengatakan, itu berati...

Oh, tidak, tidak, tidak! Jangan Ivanna Reglin! Sekarang setelah memikirkannya lebih jauh, sebelum tertidur dimeja kantor aku sempat merasakan pening yang luar biasa, kegelisahan tiada tara dan nafas yang terasa tersenggal-senggal. Karena merasakan gejala menyiksa itu pula aku memilih memejam dan tertidur, namun tidak disangka ternyata aku tertidur untuk selama-lamanya?!

Konyolnya lagi, jiwaku berpindah raga! Seperti dalam sebuah cerita novel dimana pemeran utama yang berpindah raga setelah mengalami kematian, aku juga mengalaminya? Ini tidak mungkin dan itu sangat konyol, tapi situasi yang kualami ini sangat-sangatlah masuk akal dan saling sambung menyambung seperti pipa ruc*ka!

Dan sekarang, bukannya aku memasuki raga seorang tokoh antagonis atau tokoh sampingan yang tidak berguna, aku malah memasuki tubuh Ivanna Reglin, tokoh sampingan yang bahkan hanya beberapa kali muncul dalam 1-3 bab. Ibu dari tokoh utama Libeia Reglin yang akan mengalami takdir 'kehilangan nyawa' setelah melahirkan sang tokoh utama itu.

Jangan bilang padaku, bahwa janin yang berada dalam tubuh ini adalah ... LIBEIA?!

・・・・

C h a r a c t e r s

Art from: @shuu_117 on X

Art from: @pinterest, credit to the real artist.

・・・・

Setelah ber abad-abad akhirnya ke revisi juga😭

Maafin aku yang penuh dosa ini karena udah ngegantung kalian ya💔 tapi beneran, kemarin-kemarin tuh aku ngalamin writer's block terburuk dan baru sekarang niat kerevisi. Ini pun belum kepikiran lanjutan alurnya gimana....

Maafin ya guys, tapi aku bakal pulihin pelan-pelan demi kalian♡

Kemarin aku sempat niat buat ODIBHM versi baru, tapi lagi-lagi aku nge stuck di chapter 13, malah jadi sayang kalau versi ini yang udah 20 chapter ditelantarin gitu aja.

Jadi aku mutusin buat tetap lanjutin cerita ini, pelan pelaaaannn banget. Kalian nggak papa kan kalau butuh waktu yang nggak sebentar? Boleh kok kalo mau nunggu sambil maki maki aku, pantes banget author macam aku dimaki malah😭

Cerita ini makin banyak yang baca, jadi aku nggak mau ngecewain lebih banyak readers.

Mohon ditunggu ya seng sengkuuu💋❤️

    
     

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 134K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
990K 146K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
265K 740 7
Vote masa cuma sange aja vote juga lah 21+
609K 26.3K 41
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...