The Scammer [OngHwang]

By lukyrp

2K 447 179

Ong Seongwoo, seorang detektif yang terkenal dengan julukannya sebagai "The Castaway" adalah seorang detektif... More

0th Case: Prolog
1th case: come find me
2nd case: let's play a game
3rd case: clue
4th case: no response
6th case: it takes two to play

5th case: the wolf in sheep's clothing

223 45 26
By lukyrp

Minhyun membuka matanya, sedikit mengernyitkan dahi saat merasakan sakit yang berasal dari beberapa bagian di tubuhnya. Ingatan terakhirnya adalah saat dia melepaskan peluru dari Tac-50 yang saat itu berada di tangannya. Peluru yang terlepas dari senapan laras panjang itu menembus jarak kurang lebih dua kilometer, menembus kaca di sebuah gedung pencakar langit di lantai 12, menembus kepala seseorang yang duduk di sebuah kursi besar yang berada di tengah ruangan.

Laki-laki berusia sekitar akhir 50an atau awal 60an itu sedang tertawa sebelum sesaat kemudian jatuh dari kursi yang dia duduki, dengan sebuah lubang di kepalanya.

Minhyun menggerakkan jarinya di scope yang terhubung dengan senjatanya, mengubah setting scope itu sehingga membuat dia bisa melihat lebih jelas situasi yang berada jauh di depannya itu. Setelah memastikan targetnya telah dieliminasi, Minhyun dengan tenang bangkit dari posisinya yang hampir sepenuhnya tengkurap, lalu membereskan peralatannya.

Setelah memasukkan rifflenya ke dalam guitar case, Minhyun menggendongnya, dan berbalik badan, bersiap menuju escape route yang sudah dia persiapkan sebelumnya. Kepalanya agak sakit saat mengingat masalah yang targetnya sebabkan ini.

Targetnya, yang seharusnya dieliminasi di Jepang setelah sebelumnya direncanakan akan dieliminasi di Singapura, kembali ke Singapura. Rencana yang sudah kembali dia susun terpaksa dibatalkan dan dia dipaksa harus menggunakan rencana awalnya, dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan karena waktu eksekusi pun mundur 3 hari dari yang seharusnya.

Ada beberapa hal yang mengganggu Minhyun. Hal terbesarnya adalah fakta bahwa targetnya kali ini, yang terkenal sangat mematuhi jadwalnya, bergerak diluar kebiasaan. Targetnya bergerak diluar dari jadwal yang sudah dia atur, bukan hanya sekali, tapi dua kali.

Minhyun mencurigai kalau rencananya sudah diketahui pihak target, dan dalam waktu singkat mengubah kembali rencana yang sudah dia susun.

Sebenarnya, Minhyun tidak menyukai situasi yang harus dia hadapi saat itu. Banyak hal yang bisa menimbulkan variabel yang diluar ekspektasinya, berpotensi menyebabkan gangguan pada rencana yang dia susun dan menyebankan pekerjaannya tidak berjalan dengan mulus.

Jadi, Minhyun tidak kaget saat dia melangkah keluar dari kamar hotel yang dia sewa, ada sepuluh orang yang berada tak jauh dari kamarnya. Lima orang menutup jalan ke elevator dan lima lainnya menutup akses ke tangga darurat.

Minhyun kembali mundur dan menutup pintu kamarnya, mengunci pintu itu dan berlari ke arah jendela. Minhyun menurunkan guitar case yang berada di pundaknya, mengeluarkan sebuah alat yang sebesar telapak tangannya dan menempelkan alat itu di dinding kaca yang mengarah ke sisi kanan kamar hotel, berlawanan dengan arah yang dia gunakan sebelumnya saat mengeksekusi target.

Tak lama setelah Minhyun melankah mundur, memberikan jarak antara dirinya dan dinding kaca, terdengar dobrakan di pintu. Seakan merespon dobrakan di pintu, dinding kaca di hadapan Minhyun pecah, dengan serpihan yang berserakan di lantai.

Minhyun sendiri tidak terlalu mempedulikan keduanya, baik itu suara dobrakan di pintu yang menahan penerobosnya dan saat itu bertahan hanya dengan satu engsel tersisa, maupun pecahan kaca di depannya. Dia melangkahkan kaki panjagnya ke arah lubang besar yang terbentuk dari kaca yang sudah hancur, menundukkan tubuhnya untuk meraih sebuah kait yang ditempelkan di sudut sisi luar jendela.

Minhyun mengangkat pakaiannya, mengaitkan kait yang dia ambil sebelumnya ke harness yang terpasang di balik pakaiannya, lalu memasangkan satu kait lainnya ke guitar case dan melemparkan guitar case itu keluar.

Samar terdengar suara pecahan kaca, dan sesaat setelahnya engsel penahan pintu terakhir terlepas, membuat pintu terbuka. Orang yang tadi dia lihat diluar kini berada di ambang pintu, dan tanpa membuang waktu berlari ke arah Minhyun.

Minhyun sendiri tidak terlihat panik, dia melompat keluar, menyusul guitar casenya ke lantai lima, untuk selanjutnya berpindah ke kamar di ujung kiri dan keluar dengan cara yang sama di sisi kiri. Minhyun hanya punya waktu kabur dua sampai tiga menit, sebelum orang menyadari kegilaan yang dia lakukan dan menutup jalannya. Jadi dia tentu harus melakukan cara tergila yang dia bisa lakukan.

Minhyun sebenarnya tidak menyukai cara ini. Melompat dari satu lantai untuk berpindah ke lantai satunya akan meninggalkan bekas yang menyakitkan untuk satu-dua minggu setelahnya. Tapi yah, sakit satu-dua minggu jauh lebih baik dibandingkan dengan mati.

Sayangnya, firasat buruk memang harusnya tidak diabaikan. Tepat saat Minhyun melompat dari lantai 12, seseorang sampai di tempatnya berdiri sesaat sebelumnya, dan dengan pisau yang sudah berada di tangannya, dia memotong tali yang menahan tubuh Minhyun, menyebabkan Minhyun yang saat itu sudah di ketinggian yang setara tujuh lantai kini terjatuh tanpa pengaman apapun.

Minhyun melirik ke sisinya, ke sebuah ruangan yang dinding kacanya sudah terpecah, dengan sebuah guitar case yang tergantung tepat di luar ruangan. Itu adalah ruangan yang seharusnya menjadi tempat dia mendarat.

Seharusnya.

Orang bilang, saat seseorang berada di akhir hidupnya, kilas balik kehidupan orang itu akan muncul bagaikan sebuah film. Sebelumnya Minhyun menertawakan hal bodoh semacam itu, tapi saat ini, saat dia tau dia melangkah menuju akhir kehidupannya, dia melihat kilasan balik kehidupannya.

Wajah Seongwu menjadi hal yang paling sering muncul, dan ucapan Seongwu adalah hal terakhir yang terngiang sesaat sebelum tubuh Minhyun membentur permukaan yang berada di bawahnya. Disusul dengan pandangan yang perlahan tapi pasti mengabur, sebelum ditelan kegelapan sepenuhnya.

"Hyun, kerjaan kamu legal kan?"

Di sisa kesadarannya, bibir Minhyun menyunggingkan senyuman tipis.

'Ah, dia pasti kaget kalo dia tau siapa orang yang selama ini ada di sampingnya.'

Itu adalah hal terakhir yang Minhyun ingat. Dia kira dia akan dikirim ke neraka setelahnya, tapi sepertinya ini bukan neraka.

Saat ini dia berada di atas sebuah ranjang yang bisa dibilang lusuh, dengan rantai yang membelit pergelangan tangan dan kakinya. Tubuh Minhyun terasa sakit, tapi dia mengabaikannya. Minhyun sudah bisa menduga itu berasal dari lebam karena tubuhnya terikat harness saat dia melompat dari lantai 12, dan saat tubuhnya tersentak keras, bukan hal yang mengagetkan kalau akan ada beberapa bagian yang lebam.

"Damn they know me so well." Gerutu Minhyun.

Dia kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur yang keras, sifatnya yang perfeksionis membuatnya sedikit terganggu dengan warna alas tidurnya yang seperti warna putih tapi sudah tidak berwarna putih. Dahinya berkerut menunjukkan ketidakpuasannya, tapi pada akhirnya Minhyun menghela nafas. Apa gunanya mengkhawatirkan hal tidak penting saat nyawanya bisa hilang kapan saja.

Minhyun menatap langit-langit ruangan yang terbuat dari beton, tanpa cat yang menutupinya. Di beberapa bagian terlihat lumut, bisa jadi karena tempat ini memang lembab dan tidak terkena cahaya sama sekali. Dengan mudah Minhyun bisa menyimpulkan ini adalah basement.

Ruangan tempatnya ditahan terlihat tidak terurus, beberapa bagian di langit-langit terlihat tidak rata, lantai ruangan pun hanya disemen. Di beberapa bagian di dinding, ada bekas barang yang sudah lama ditempatkan disana, namun dipindahkan, meninggalkan siluet benda itu di dinding. Minhyun mengangkat bahunya saat dia kenyimpulkan bahwa kemungkinan besar ini adalah gedung yang tua dan sudah tidak terpakai lagi. Klasik.

Dengan kesimpulan itu, Minhyun bisa menebak lokasinya saat ini. Ini Singapura, negara dengan luas daerah yang tidak banyak, tentunya dengan luas daerah yang tidak banyak itu tidak akan ada banyak tempat yang ditinggalkan kosong.

Kebanyakan gedung tua yang sudah tidak layak digunakan akan diperbarui, supaya bisa kembali digunakan dan tidak menyia-nyiakan lahan yang tidak luas. Akan berbeda halnya jika dia dipindahkan ke negara tetangga, seperti Indonesia atau Malaysia, tapi Minhyun meragukannya.

Minhyun merogoh saku celananya, dan tidak kaget sama sekali saat mengetahui alat trackingnya hilang. Dengan santai Minhyun menggerakkan tangan ke arah pinggang celana panjangnya, mengeluarkan sebuah lembaran kaku transparan yang tidak terlalu besar--hanya sepanjang dua sentimeter--lalu menyayat sisi kanan pinggangnya, mengeluarkan sebuah alat yang hanya sebesar sisi atas ibu jarinya.

Minhyun menempelkan alat yang hanya berupa lempengan warna hitam itu di ibu jarinya hingga alat itu mengeluarkan satu bunyi bip, lalu menyelipkan benda itu di bawah alas tidurnya.

'Orang-orang ini terlalu mengganggap remeh Hwang Minhyun. Harusnya lain kali kalian ikat tangan dan kakiku dengan keras, tidak selonggar ini. Atau paling tidak pasang CCTV. Meski yah, sudah terlambat. Kalaupun nantinya aku mati, kalian juga akan mati.'

Minhyun menguap, meski di tengahnya terhenti. Bayangan wajah Seongwu kembali muncul, dan Minhyun terkekeh membayangkan saat itu mungkin Seongwu sudah mengira ada yang tidak beres. Bisa jadi laki-laki itu sudah panik dan melaporkan kehilangannya ke kepolisian.

Kalau soal identitas Minhyun yang sebenarnya, dia yakin masih aman. Siapapun orang yang menahannya, orang itu pasti bukan dari pihak kepolisian. Kalau itu dari pihak kepolisian, saat ini dia pasti berada di rumah sakit dengan penjagaan ketat atau malah langsung masuk ruang tahanan.

Detik demi detik, Minhyun tidak tau berapa lama waktu yang sudah berlalu. Dia sudah tiga kali tertidur dan kembali bangun, tapi tidak satupun orang yang menemuinya. Aneh. Apa mereka mau menyiksa Minhyun dengan membiarkannya mati kelaparan dan kehausan?

Tepat saat Minhyun memikirkan kemungkinan dia mati kelaparan dan kehausan, pintu terbuka. Meski bukan seperti perkiraannya, sosok itu adalah orang yang dia kenal. Sayang sekali, padahal dia sudah mempersiapkan beberapa kemungkinan skenario yang akan dia jalankan jika bertemu musuhnya.

Dialog seperti "lepaskan aku", "siapa kamu", dan "aku di mana" sayangnya harus dicoret dari daftar hal yang akan Minhyun lakukan.

"Lama sekali." Akhirnya kalimat itu yang keluar dari bibir Minhyun.

Laki-laki berkaki panjang hanya menghela nafas, berjalan dengan langkah yang jelas kelelahan dan mengeluarkan sebuah alat yang tidak terlalu besar, hanya sedikit lebih kecil dari tang dan memotong rantai di kaki dan tangan Minhyun. Dia sedikit mengerutkan dahinya saat melihat luka di sisi kanan pinggang Minhyun yang mulai mengering.

"Paling ga, bersihin luka lu, hyung." Hyunbin menggerutu.

"Tadinya gue kira gue bakalan mati, jadi buat apa mikirin luka sekecil ini?" Ucap Minhyun. Dia meraih first kit yang Hyunbin bawa, membersihkan lukanya sebelum menjahitnya.

"Butuh heroin?"

"Nope." Ucap Minhyun. Dia menatap tangan dan kakinya. "Ga nemu kuncinya? Gue bukan penikmat style begini."

Minhyun mengangkat tangannya, menunjukkan besi yang melingkari. Hyunbin hanya memotong rantainya, dan meninggalkan sisa besi yang melingkari tangan dan kaki Minhyun tetap pada tempatnya.

"Ga." Jawab Hyunbin, dia memberikan senjata pada Minhyun, kemudian berjalan ke pintu yang menjadi satu-satunya akses keluar-masuk ruangan. "Kita harus cepet pergi dari sini. Penjagaan di sini terlalu longgar, gue curiga ini jebakan. Atau kalaupun mereka pergi, mereka bisa balik lagi kapanpun."

Minhyun tidak menjawab. Dia kembali mengambil alat pelacak yang tadi dia selipkan di bawah alas tidur, kemudian kembali menempelkan sidik jari di ibu jarinya ke alat itu dan dijawab dengan satu bunyi bib. Setelah bunyi singkat itu, Minhyun memasukkan alatnya ke saku celana dan memposisikan dirinya ke posisi siaga sebelum menyusul Hyunbin.

Beberapa langkah berjalan, langkah Minhyun kembali terhenti. Perhatiannya teralihkan ke meja di sisi pintu, tempat dimana sebuah kertas dan sebuah kunci tergeletak. Minhyun mengambil kertas yang berada di bawah kunci, membacanya sebelum tertawa.

Why did you waste your time, just laying there?

Here's the key.

"What a psycho." Minhyun tersenyum sebelum melempar kertas itu sembarangan dan mengambi kunci untuk melepaskan besi yang melingkari tangan dan kakinya.

Orang gila. Kalau Minhyun mengukur panjang rantainya, Minhyun bisa menduga kalau rantai itu cukup panjang untuk membuatnya mampu mendekati meja dan membaca surat itu, tapi tidak sedekat itu untuk meraihnya. Orang yang ditahan akan mati kelaparan dan kehausan perlahan, dengan mental yang juga hancur. Dia bisa melihat kunci yang membawanya keluar dari ruangan, tapi tidak bisa mencapainya.

Benar-benar orang gila.

***

Selain perangkap gila yang digunakan di basement, sisanya bukan hal yang penting. Minhyun paham kenapa Hyunbin curiga ini adalah jebakan, karena ini terlalu mudah. Orang-orang yang bertugas menjaganya pun hanya orang bayaran yang sepertinya anggota geng kelas rendah dan bahkan di geng kelas rendah itu mereka adalah golongan yang pangkatnya paling rendah.

Sungguh mencurigakan.

Setelah proses kabur yang mudah, Minhyun dibawa Hyunbin, code name Shadow, ke sebuah unit apartemen sederhana dimana seseorang memeriksa kondisi Minhyun dan memberikannya beberapa obat dan memberikan suntikan pereda rasa sakit.

"Mereka bukan dari kepolisian, jadi mereka dari mana? Pihak target?" Tanya Minhyun.

"Bukan. Pihak target sekarang lagi mengerahkan semua anggotanya buat cari kita, jadi bukan mereka." Jawab Hyunbin.

Jadi ada pihak ketiga?

Otaknya berusaha memproses informasi-informasi yang dia miliki, kemudian memunculkan beberapa nama yang sekiranua paling mungkin menjadi pihak ketiga yang ia rasa akan menyulitkan posisinya.

Tak lama berselang, Minhyun tersenyum. Sebuah nama bisa sebut dengan cukup yakin, dan ia akan mengingat nama ini untuk memberi sang pemilik nama hadiah karena telah memberikan kunci borgolnya dengan "murah hati".

"I knew you were too smart for that title."

Minhyun merasakan kesadarannya perlahan mengabur, mungkin pengaruh dari entah apa yang disuntikkan padanya beberapa saat lalu. Dia merasa tubuhnya ringan, sebelum perlahan tapi pasti kehilangan kesadarannya.

Hyunbin, yang duduk tak jauh dari Minhyun, mengambil sebuah ponsel yang dikeluarkan sekitar 20 tahun lalu dan mencari sebuah kontak untuk menghubunginya.

"Sierra. Alpha. Sierra. Green code. Alpha's in the nest. Out."

***

"We are very sorry to inform you that the target has been escaped."

"Good."

"I'm sorry, sir?"

"Great job. I expected it anyway. How is it? Is it him?"

"I'm so sorry to inform you that the person who met him all died. I was still on my way, i haven't met him yet, sir."

Terdengar helaan nafas panjang.

"And you said you would keep him there till i arrived. What a big mouth there, buddy."

"I'm so sorry, mr. Ong."

Sambungan telpon diputus sepihak. Sang penerima telpon menghela nafas, mematikan alat yang bisa menyamarkan lokasi penelpon. Nomer yang sebelumnya tertera di lawan bicaranya adalah nomer Singapura, bukan nomer Korea Selatan.

"It's so hard catching your tail, mr. Hwang." Gumam Seongwu.

Sekian dia tahun dia mengejar jejak The Ghost, yang sejak di bangku perkuliahan menjadi obsesinya. Orang yang selalu meninggalkan notes berisikan angka pada korbannya. Orang yang meninggalkan sekian banyak kasus dingin yang hingga sekarang tidak bisa dipecahkan.

Sekitar dua-tiga tahun lalu, Seongwu menemukan petunjuk yang mengarah ke beberapa orang. Setelah proses eliminasi dan menemukan fakta bahwa waktu kematian korban selalu bertepatan dengan waktu Minhyun "dinas", Seongwu menentukan target utamanya.

Permasalahan terbesarnya adalah, Minhyun amat sangat rapi. Seongwu tau Minhyun adalah tersangka utama, tapi dia tidak bisa membuktikan kecurigaannya.

Setelah kesulitan menemukan cara mendekati Minhyun, Seongwu akhirnya mendapat celah. Dia menggunakan alasan penyelidikan ulang cold case untuk mendekati professor Minhyun, dan setelah memastikan tanggal dari professor itu keluar negeri, Seongwu mendapatkan alasan untuk mendekati Minhyun.

Thanks to Taecyeon.

Dan ya, Taecyeon adalah partner Seongwu. Taecyeon selalu memanggil Minhyun dengan sebutan "that ghost" dan membantu Seongwu kebanyakan dalam hal investigasi keluar, mengatur rencana keluar. Sementara Seongwu sendiri mengurus Minhyun, berusaha mencari bukti kecurigaannya.

Sekian tahun Seongwu berpura-pura menjadi polisi yang gagal. Dia memalsukan nilai sekolah kepolisiannya yang nyaris sempurna menjadi pas-pasan, masuk ke kepolisian sebagai "the castaway", membuat dirinya tidak berprestasi sehingga selalu dilempar untuk menangani tugas yang menyusahkan, atau dalam hal lain disebut cold case.

Dengan cara ini Seongwu bisa menyelidiki cold case tanpa siapapun yang mencurigainya. Dia bisa dengan leluasa memeriksa berbagai macam berkas, berbagai hal yang dibatasi aksesnya, hingga akhirnya dia mendapatkan jejak samar Minhyun.

Tapi laki-laki itu sangat sulit didekati, hingga akhirnya Seongwu melemparkan tubuhnya di meja pertaruhan mereka, berharap dengan begitu kemungkinannya menang akan lebih besar.

Yah, fakta bahwa Minhyun hebat di ranjang adalah bonus untuknya. Orang bilang, seseorang harus menikmati pekerjaannya kan? Jadi, Seongwu pun begitu.

Taecyeon sendiri tidak tau Seongwu berhubungan seks dengan Minhyun. Atau mungkin dia berpura-pura tidak tau. Sejauh ini dia tidak terlalu banyak ikut campur soal Minhyun. Dia sibuk mencari cara menjebak Minhyun saat sedang mengeliminasi targetnya, dengan informasi yang dia dapatkan dari Seongwu.

Meski rencananya tidak berjalan sempurna karena target bisa dieliminasi sebelum anggota interpol berhasil menangkap Minhyun, Minhyun berhasil dilumpuhkan dan dibawa ke tempat aman. Menunggu Taecyeon yang sebenarnya adalah anggota interpol dan Seongwu sebagai perwakilan dari kepolisian Korea Selatan sampai di lokasi.

Saat Seongwu tau Minhyun tetap menjalankan rencananya meski targetnya sudah berpindah, Seongwu tau akan banyak celah di rencana Minhyun yang dapat dia manfaatkan. Sayangnya, Minhyun sendiri juga mengetahui hal itu lebih baik dari siapapun, jadi pada akhirnya dia bisa kabur bahkan sebelum Seongwu sampai di Singapura.

Seongwu tertawa membayangkan makian Taecyeon saat dia mendarat di bandara setelah penerbangan yang cukup lama dan mendapatkan kabar bahwa tujuannya terbang melewati sekian lautan sudah melarikan diri dan bisa jadi bahkan sudah tidak di negara yang sama dengannya.

"Saya pasti akan kecewa kalau tuan Hwang semudah itu ditangkap." Seongwu bersandar ke kursi kerja Minhyun, menatap fotonya dan Minhyun yang berada di meja.

"Gimana ini? Sepertinya sebentar lagi kita ga bisa bersenang-senang di ranjang yang sama, tuan Hwang. Saat ini kamu pasti sudah tau siapa musuhmu sebenarnya." Seongwu menyentuh foto itu, mengusap wajah Minhyun dengan jari telunjuknya. "Too bad. The sex is so good tho.. we can't do it anymore, i guess."




---------------TBC--------------





Halo! Long time no see!

Yap jadi updatenya begitu. Gimana? Kaget? Kaget? Hahahaha buat yang kasian sama Onge di chapter sebelum-sebelumnya, sekarang pasti ga kasian lagi kan? Haha.

Sekian chapter ini. Ku tunggu komentar kalian buat chapter ini hehe akan kubaca semuanya!!! Semoga suka!!

Continue Reading

You'll Also Like

137K 9.4K 24
menceritakan seorang pemuda yang lagi membaca novel yang ia beli di toko buku tapi dia tidak menyangka kalo novel yang ia beli ini tidak seperti yang...
14.5K 2.2K 125
Dia, Xue Fanxin, seorang jenius medis terkenal di abad ke-21, telah bertransmigrasi ke dalam tubuh putri Adipati Agung yang bodoh. Saat keburukannya...
117K 10.1K 84
Ini hanya kisah Boboiboy dan (Name) yang dinikahkan pada umur 17 tahun dengan dalih perjodohan. Lantas bagaimana kisah mereka kedepannya? Warning...
164K 15.8K 57
gatau 🗿 nikmati saja.