Rea harus menjawab pertanyaan Pak Kelvin bagaimana? Masalahnya map satu lagi yang dia bawa ini tidak ada isinya sama sekali.
"Oh ini." Rea menaruh map itu di meja depan Kelvin.
Dengan perlahan-lahan, Rea membuka map tersebut. Kelvin tampak serius memperhatikan map yang akan dibuka oleh Rea sekarang. Bahkan suasana di antara mereka berdua sekarang menjadi hening. Rea melambatnya membuka map itu untuk melihat reaksi Pak Kelvin bagaimana. Sepertinya Pak Kelvin sudah tidak sabar untuk melihat apa isi map itu.
"Plengeh," ujar Rea semari membuka map itu cepat.
Kelvin dibuat melongo, dia langsung menatap tajam ke arah Rea sekarang. Bisa-bisanya perempuan itu mengerjainya, padahal dia sudah serius untuk melihat apa isi dari map yang Rea bawa.
"Rea!!"
"Hehehe, maafken Rea, Pak. Habisnya Pak Kelvin serius banget sih ngelihatinnya, jadi saya kerjain aja, deh." Rea cengengesan, dia merasa tidak canggung lagi dengan Pak Kelvin.
Walaupun Rea memang masih tetap canggung dengan karyawan yang lain. Karena sebenarnya tergantung mereka, jika mereka bisa ramah seperti Pak Kelvin ini dia bisa dengan cepat akrab, tapi jika tidak maka akan sangat sulit sekali akrab.
"Sudah sana kembali ke ruangan, pusing saya lihat kamu di sini." Kelvin kesal, karena dia bisa-bisanya jatuh ke dalam jebakan Rea.
"Maafin saya sekali lagi ya, Pak. Saya permisi dulu kalau gitu." Rea bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah pintu.
"Rea!" Pak Kelvin malah memanggilnya, membuat Rea langsung mengembalikan badan dan menatap pria itu.
"Udah pernah lihat sunset?"
Satu pertanyaan yang Rea jawab dengan gelengan kepala.
"Lihat sunset kayak di pantai atau di atas bukit gitu kan, Pak? Kalau itu mah saya belum pernah." Rea berbicara dengan jujur.
"Kalau begitu, nanti sore saya ajak kamu lihat sunset. Sekarang kamu boleh bekerja kembali."
Meskipun bingung, Rea hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Dia langsung keluar dari ruangan Pak Kelvin untuk kembali ke ruangannya sendiri.
Sesampainya di ruangan, Rea masih seperti orang bingung. Apakah tadi ajakan dari Pak Kelvin itu benar-benar nyata atau hanya candaan semata? Tapi mengingat akan lamaran yang tadi malam, membuat Rea yakin jika itu semua bukan sebuah candaan semata.
"Rea, udah lo kasih ke Pak Kelvin?" tanya Mbak Cindy saat dia sudah duduk di kursinya.
"Sudah kok, Mbak."
"Terus Pak Kelvin ada bilang apa gitu kok yang nganterin lo bukan gue?"
"Gak ada bilang apa-apa, kok." Rea terpaksa berbohong, jika tidak maka pasti Mbak Cindy akan terus bertanya.
Padahal Rea kan sekarang sedang membutuhkan waktu untuk berpikir. Saat Rea sedang mengerjakan pekerjaan, tiba-tiba ponselnya bergetar yang menandakan ada notif pesan masuk.
086455*****
Rea, ini saya Kelvin
Eh, Pak Kelvin kok tahu nomor saya?
Kamu bawa kendaraan?
Enggak, Pak, memangnya kenapa?
Bagus, saya tunggu di dekat pohon beringin dekat kantor selepas pulang kerja. Kamu akan tahu sendiri akibatnya kalau tidak datang.
Okey siap, Pak🙏
Rea mengerutkan keningnya bingung, darimana Pak Kelvin tahu nomor telponnya? Bahkan tahu alamat rumahnya ada dimana. Wah, atau jangan-jangan Pak Kelvin mengambil CV-nya yang waktu itu dia serahkan ke HRD ketika melamar kerja di sini.
***
Rea menuruti perkataan Pak Kelvin, dia berjalan kaki ke arah pohon beringin dekat kantor. Memangnya ada apa Pak Kelvin menunggunya di sini?
Dari kejauhan, Rea melihat seorang pria dengan jas rapi dibalik pohon beringin itu. Rea dengan segara berlari ke arah sana, karena dia yakin itu adalah Pak Kelvin.
"Pak, ada apa nunggu saya di sini?"
Kelvin langsung menatap ke arah sumber suara, dimana Rea sekarang berada.
"Kamu pakai jas saya sekarang, pakai masker juga nih." Kelvin melepas jas yang dia pakai serta memberikan masker ke Rea.
Walaupun bingung, Rea tetap memakai jas itu dan juga maskernya. Pak Kelvin terkadang memang suka aneh. Apalagi sekarang Pak Kelvin memakai jaket ojek online.
"Bapak kalau pulang kantor beralih profesi jadi kang ojek?" tanya Rea yang membuat Kelvin menoleh ke arahnya.
"Tidak, saya hanya menyewa semua ini saja agar orang kantor tidak ada yang tahu kalau kita pergi bersama. Cepat pakai helm-nya sekarang." Pak Kelvin memberikan helm ojek online itu ke arahnya.
Rea hanya menurut saja, daripada dia dipecat oleh Kelvin. Sekarang Rea sedang dibonceng Pak Kelvin dan entah akan kemana. Rea bahkan sekarang seperti sedang menumpang ojek online, tidak ada yang tahu jika dia pergi bersama seorang CEO dari Xander Group.
"Kita mau kemana, Pak?" Rea akhirnya angkat bicara.
"Lihat sunset ke pantai Parangtritis, seperti yang saya bilang tadi."
Rea mengangguk, benar kan tebakannya kalau Pak Kelvin tidak pernah main-main dengan ucapannya. Tapi sekarang jalanan malah macet, membuat perjalanan mereka pun terhambat.
Entah apa maksudnya Pak Kelvin membawa dia melihat sunset seperti sekarang ini. Apakah agar mereka bisa saling mengenal lebih dulu sebelum mereka menikah? Entahlah, terkadang jalan pikiran Pak Kelvin memang sangat sulit untuk ditebak.
"Kayaknya kita sampai ke pantai udah malem deh, Pak," ujar Rea ketika hari memang sudah hampir Magrib.
Pasalnya mereka tadi pulang kantor jam 4 sore, dan Rea tidak langsung pulang tepat waktu. Dia keluar dari kantor sekitar jam 4 sore lebih 30 menit. Bahkan jalanan pun macet dan membuat mereka tidak mungkin bisa melihat sunset.
"Iya, maaf kan saya," ujar Kelvin merasa bersalah. Padahal dia sudah berusaha untuk ngebut agar sampai ke pantai tepat waktu saat sunset datang.
Sekarang mereka sudah sampai di pantai. Tapi masalahnya hari sudah petang, pantai Parangtritis terlihat sangatlah gelap. Tidak ada pengunjung yang datang malam-malam begini. Sia-sia sudah mereka datang ke sini, tapi mereka tidak bisa melihat sunset. Tapi di parkiran, masih ada beberapa orang yang nongkrong dan ada beberapa penjual saja.
"Maaf, kita tidak mendapatkan sunset, tapi lain kali saya akan benar-benar ajak kamu lihat sunset," ujar Kelvin merasa bersalah.
"Tidak masalah, tapi sekarang kita mau ngapain ya?" Rea saja belum pernah datang ke pantai malam-malam begini.
Kelvin tampak berpikir sekarang, dia saja juga tidak tahu mau apa. Karena jika mereka ke pantai sekarang sangatlah gelap, Rea pasti akan takut. Jadi mereka masih berada di parkiran pantai.
"Mau bakso tusuk?" Untung saja dia melihat penjual bakso tusuk di sini.
Rea mengangguk, dia langsung menghampiri penjual bakso itu dan membelikan untuk dia dan Rea.
"Pak Kelvin memang aneh, ke pantai malam-malam gini cuman buat beli bakso tusuk doang," batin Rea sembari menatap pria itu.
Rea tidak bisa membayangkan, jika mereka sudah menikah nantinya akan bagaimana. Tinggal menunggu 2 minggu lagi dan mereka akan menikah, pastinya tanpa ada cinta di dalamnya. Rea juga belum tahu alasan apa yang mendasari Pak Kelvin ingin menikahinya secepat itu.