[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.2 :...

De Wiki_Dwiki

88.7K 26.5K 8.2K

Wooyoung : "Matanya Santoso warnanya ungu, kece!" Yohan : "Iya kece banget kayak anak indihome!" San : "Maksu... Mais

Intro : "Setan Tanah Rejowerno"
"Sigel Kagungane Basukarna"
1. Hari yang Indah (?)
2. Ubah Haluan
3. Jalan Alternatif
4. Drama Double Y
5. Persiapan
6. Memanipulasi?
7. Debat Antar Calon OSIS
8. Saksi Mata Lain
10. Kalimat Asing
11. Keberangkatan
What Do You Think?
12. Hari Pertama
13. Bincang Malam dan Penampakan
14. Arus Sungai
15. Sesuai Rencana?
16. Jiwa Yang Terganggu
17. Area Pangkalan Militer
18. Critical In
19. Menyusup
20. Rangkaian Tragedi
21. PARANOIA
22. Kembali Pada Tempatnya
Epilogue : Lembar Kisah Terakhir

9. Mengintip Kegelapan

3.1K 1K 272
De Wiki_Dwiki

.
.
.

    Walau tak mengerti tujuan lain Yohan mengajak mereka untuk menjenguk Pak RT 04 selain alasan orang itu melihat Sigel, mereka tetap mengekori Yohan menuju puskesmas Desa. Mereka jalan anteng sambil dengerin Yeonjun berkeluh kesah atas semua yang terjadi minggu ini.

  "Tapi kok bisa se sibuk itu, ya? Setahuku pengangkatan OSIS kemarin yang jadi ketua OSIS baru nggak se sibuk kamu." Kata Wooyoung.

  "ANCENE BAJINGAN KABEH—" Yeonjun berteriak namun mulutnya auto ditapuk ama Changbin.

  "Anak perawan nggak boleh misuh misuh!" Kata Changbin.

  "Perjaka kali, Bin :)" Kata San.

  "Yeonjun itu badannya doang perjaka, mulutnya kek perawan." Kata Yohan dan dia dapatkan lemparan keras sepatu Yeonjun di kepala belakangnya.

  "Headshot-nya mantep!" Teriak Wooyoung kegirangan melihat sepatunya Yeonjun melesat dan mengenai kepala Yohan.

    San cuma geleng geleng kepala sambil nahan Yeonjun yang kayak kesurupan Reog itu biar nggak melakukan pembunuhan beruntun sekarang.

  "Sabar, Yeon.. cowok sabar disayang Neng Arin." Kata San.

  "Kamu gausah ikutan deh, San. Aku nggak mau menumpahkan darah Raja dan bikin Rejowerno hilang identitasnya." Kata Yeonjun sambil menabok kepala San.

  "Btw, kamu sama Neng Arin gimana? Lancar jaya, nggak?" Tanya Wooyoung.

  "Apaan, sih? Orang temenan, doang—"

    Changbin ketawa palsu, "mana ada temen doang, tapi tinggalnya satu atap?!"

  "Masih temen, Bin. Otw istri, utututu." Kata Wooyoung.

  "Kamu habis SMA mau langsung nikah, Yeon?! Astagfirullah, aku tida menyangka." San ikut mendramatisir keadaan. "Tapi nggak apa apa, Neng Arin pasti istri yang Sholehah."

  "ANCEN ASU KABEH KOWE IKI!" Yeonjun teriak lagi.

  "Allahuakbar, Yeonjun.." Wooyoung menggelengkan kepala sambil ketawa, asik juga gangguin Yeonjun.

  "Udah, udah, ntar kalo Yeonjun emosi beneran bisa dimutilasi kalian nanti." Kata Yohan melerai. Tumben.
 
 
    Sampai di puskesmas, mereka justru diberitahu jika Pak RT 04 tersebut sudah diperbolehkan pulang karena merasa tidak nyaman tetap di puskesmas. Setelah berterimakasih pada tenaga kesehatan disana, mereka tak punya alasan untuk tetap berada di puskesmas.

  "Kalau jenguk ke rumahnya tapi ngga bawa apa apa sungkan nggak, sih?" Tanya Changbin.

  "Bagus, kita jadiin Yeonjun hadiah, apalagi Pak RT 04 punya anak cewek." Kata Yohan.

  "Ga usah mulai pertikaian kamu, Yo." Kata Yeonjun.

  "Karena udah nyerempet Maghrib, kita jenguk habis sholat Maghrib aja gimana? Lagian juga ga enak bertamu jam segini, kayak sekalian maghrib dulu, biarin tuan rumah sholat baru kita kesana. Gimana?" Tanya San.

  "Iya, deh. Sekalian bawa sesuatu buat Pak RT." Kata Yohan.

  "Oke. Kumpul dimana?" Tanya Wooyoung.

  "Di perempatan biasanya aja gimana?" Kata Changbin.

  "Oke, deal."

.

    Sekarang kelimanya berada di depan rumah Pak RT 04. Dengan sopan dan sedikit pencitraan, mereka mengetuk pintu sembari mengucap salam. Bersamaan dengan salam mereka yang dijawab, seorang wanita dewasa membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk.

    Tampak pria paruh baya itu terbaring lemas di atas kasurnya dengan selimut yang menutup seluruh tubuhnya. Namun dia masih bersikap ramah, dia bahkan mencoba untuk duduk ketika mendapati keberadaan San ada di antara para pemuda itu.

  "Masih pusing sekali ya, Pak?" Tanya Yohan.

  "Nggak terlalu, kok. Cuma kadang keinget aja." Jawabnya.

  "Apakah monster itu melihatmu?" Tanya Changbin.

    Dia menggeleng, "Alhamdulillah-nya tidak. Tapi aku bisa mengingat detailnya, tubuhnya penuh darah, aku tak pernah ingin menemuinya lagi intinya."

  "Sebelumnya makhluk itu nggak ada di sana, kan?" Tanya Yohan.

  "Tidak, dia tak disana. Aku takut jika apa yang menimpa para anak bola itu adalah karena monster itu, aku ingin mengatakannya pada Tetua, namun aku juga berpikir, apakah dia akan percaya? Hanya aku yang melihatnya, warga yang lain mungkin juga akan berpikir jika aku hanya melihat penampakan." Jelasnya.

  "Tapi syukurlah kau baik baik saja, Pak." Kata Yohan.

    Pak RT itu tersenyum, menyetujui omongan Yohan. Tak lama istri Pak RT itu datang sambil membawa nampan berisi lima gelas teh hangat.

  "Maaf kalau lama, soalnya aku nggak tau kalian mau kesini. Aku harus menyalakan api di luwengan." Ucapnya.
 
 
*FYI : Luwengan adalah kompor tradisional berupa tungku api yang berasal dari batu bata. Cara menyalakan apinya juga masih manual, biasa menggunakan kayu, kardus bekas dan lainnya.
 
 
  "Maaf merepotkan." Ucap San menerima uluran gelas kaca itu. Dia meminumnya sedikit dan dia meringis karena teh itu terasa manis, dia tak terlalu menyukai teh manis. Wooyoung yang pengertian dengan senang hati menghabiskan teh di gelas San agar terkesan menghormati Tuan Rumah.

  "Mungkin kemarin Bapak kecapekan, karena itu kemarin melihat hal itu." Kata Changbin.

  "Dia orang yang nggak bisa nganggur," tawa sang istri, "kami masih punya banyak kayu untuk menyalakan api tapi dia tetap mencari. Aku selalu ingin membantunya ketika kami harus memberi minum sapi peliharaan kami dengan air hangat tapi dia selalu melakukannya sendiri."

  "Pak RT mungkin hanya tak ingin dirimu kesusahan, Bu." Yohan tertawa.

  "Apakah kalian ingin beberapa kue putu? Aku membuatnya tadi." Tawar sang istri.

  "Tidak perlu repot-repot, kami harus pulang sekarang. Pak RT harus banyak istirahat agar lekas sembuh." Kata Yohan.

  "Maaf tak bisa memberi apa apa." Kata Pak RT.

   Yohan menggeleng sopan. "Tidak masalah. Mengetahui jika Pak RT baik baik saja sudah membuat kami senang. Kalau begitu saya dan teman teman izin pamit. Wassalamu'alaikum."

.

  "Kau menemukan apa yang ingin kau pastikan?" Tanya Yeonjun pada Yohan.

  "Tidak terlalu. Aku hanya memastikan jika tak ada penambahan apapun dari cerita para saksi mata. Changbin dan Pak RT 04 sama sama melihat makhluk itu, namun keduanya juga tidak diserang." Jawab Yohan.

    Yeonjun diem doang, terus dia ngerasa deja vu karena liat telinganya San yang punya bekas tindikan. Dia tiba tiba kepikiran, kok bisa bisanya pertanyaan Yohan tentang tindik telinga untuk melindungi seorang anak beneran menuntun mereka ke kebenaran tentang keturunan darah pendiri Rejowerno.

  "Telingamu itu nggak mau kamu kasih anting atau apa gitu, San? Ntar kalo udah ketutup mau ditindik lagi sakit." Kata Yeonjun.

  "Aku nggak ada motivasi nindik telingaku, Yeon." San menjawab sambil sedikit ketawa.

  "Ya sayang aja gitu, udah ditindik sakit malah ketutup." Balas Yeonjun.

  "Nggak apa apa, bekasnya bakal tetep ada buat cerita ke anak cucuku besok." Ucap San.

  "Bayangin tuh, si San kalo cerita gini, 'dulu tuh, kakek pernah dicongkel matanya karena ditumbalin ketua Klub 513. Namanya Mbah Yohan, dia tau kalo kakek keturunan raja lewat bekas tindikan, makanya ditumbalin'—kayaknya asik." Kata Changbin.

  "Itu mah, kamu aja yang mau menanamkan nilai tidak berhati nurani sama anak cucumu." Yohan agak emosi dikatain gitu.

  "Sadar diri boss, kamu emang ngga punya hati nurani." Kata Yeonjun.

  "Oh iya, lupa." Ucap Yohan.

  "Btw, besok kamu sibuk lagi, nggak? Aku mau minta tolong diajarin matematika." Kata Wooyoung pada Yeonjun.

  "Sibuk banget, Yong. Matematika suruh ngajarin Changbin aja, bisa." Kata Yeonjun.

    Wooyoung menggeleng, "Changbin emosian kalo ngajar aku."

  "Ya gimana nggak emosi, hah? Kamu ditanya soal semudah 'Dina memiliki empat puluh coklat kemudian dia memakannya tiga puluh enam, sekarang yang Dina miliki adalah', terus kamu jawab 'diabetes' mohon maaf, siapa yang tidak emosi?" Kata Changbin.

  "Aku bahkan nggak punya cita cita jadi psikiater, tapi matematika tetap maksa aku buat menyelesaikan masalah dia. Pingin bilang ke matematika kalo dia harus tumbuh dewasa dan menyelesaikan masalahnya sendiri." Balas Wooyoung.

  "Aku berhenti memahami matematika ketika aljabar memutuskan terlibat di dalamnya. Bahkan Fran Lebowitz bilang 'dalam kehidupan nyata, saya jamin, tidak ada yang namanya aljabar' karena itu aku tak punya alasan lagi untuk tetap mencari x dan y." Imbuh Yohan.

  "Terus kalo pas ujian kamu jawab apa?" Tanya San.

  "Wallahu A'lam. Ingat walaupun kau tak bisa, masih ada jalur doa untuk mengerjakan ujian pilihan ganda." Jawab Yohan.

    Yeonjun menggelengkan kepala sambil tertawa, "aku besok masih sibuk banget, Yong. Maaf, ya?"

  "Kau menyadarinya, kan?" Kata Yohan pada Yeonjun sambil menaik turunkan alisnya.

  "Sekali liat langsung peka aku." Jawab Yeonjun.

  "Menyadari apa?" Tanya Wooyoung.

  "Rencana B dari tim kontra. Kalau mereka nggak bisa jadi pengurus OSIS buat nyelakain kamu, maka perkemahan itu harus terwujud, dan aku nggak boleh sampai ikut biar nggak ada yang bisa nahan mereka buat nyakitin kamu. Makanya semua kerjaan dari ketua OSIS lama diberantakin, dan mau nggak mau aku harus beresin semuanya. Aku sadar dari awal, makanya aku lembur, pokoknya harus selesai sebelum minggu depan." Jawab Yeonjun.

  "Maafin aku, Yeon." Kata Wooyoung merasa bersalah.

    Yeonjun menggeleng, "bukan salahmu, ini semua salahnya Yohan."

  "Kukira kamu mau bilang kalau nggak ada yang salah, ternyata Yohan yang kena." Tawa Changbin.

  "Iya, deh, Yeon. Emang, cowok selalu salah." Kata Yohan.

  "Kamu cowok, Han? Bukannya kamu babi jantan?" Tanya Yeonjun dan Yohan langsung melepas sepatunya, niat ditapukkan di pipinya Yeonjun.
 
 
  "San, kamu pendiem banget hari ini, ada apa?" Tanya Wooyoung yang menyadari kalau San tak begitu banyak bicara hari ini, kayak lagi tekanan batin gitu.

  "Hm? Nggak kok, biasanya juga gini." Balas San.

    Wooyoung menggeleng, "biasanya nggak gini. Kamu ada yang mau disampaikan?"

    San agak ngeri karena Wooyoung menyadarinya. Ketiga anak lainnya lalu menatapnya penasaran.

  "Nggak usah sok jaim gitu, kamu ada usul apa?" Tanya Yohan.

  "Bin, aku tau kamu bakal marah banget kalo aku bilang ini, tapi.. kamu mau nggak, nyoba terapi sekali aja? Kak Haneul lulusan S2 jurusan Psikologi, dia juga punya izin buat praktek. Bukan terapi aneh aneh kok, janji. Nanti kak Haneul cuma ngobrol sama kamu—" Tanya San.

  "Kenapa kau memintaku melakukan hal itu?" Sela Changbin dengan nada kesal.

  "Aku yakin sesuatu terhapus dari ingatanmu.. alasan yang sama ketika Yohan memutuskan untuk mengambil kasus ini." Kata San.
 
 
    Yohan menghela nafas ketika Changbin menoleh ke arahnya dengan tatapan bertanya.
  
 
  "Alasanku tiba tiba memutuskan mengambil kasus ini didasari karena kau menyebut Gudel, Bin." Jelas Yohan.

  "Maksudnya?" Tanya Changbin.

  "Kenapa kau menyebutnya Gudel? Kau bilang makhluk itu seukuran Moose, tapi kenapa kau menyebutnya Gudel yang merupakan sebutan anak kerbau? Kenapa kau tak menyebutnya dengan sebutan umumnya? Kerbau atau Kebo, gitu? Kamu milih nyebut itu Gudel, itu mengapa aku ingin mengungkapkan tentang setan ini." Jawab Yohan.

  "Tapi ketua RT tadi menyebutnya Gudel juga, kan?" Tanya Changbin.

   Yohan mengangguk. "Tapi itu terjadi karena dari awal kau menyebutnya Gudel. Tak ada yang pernah melihatnya, kaulah yang pertama kali mengangkat urban legend itu kembali enam tahun lalu. Dengan fakta kematian kakakmu yang misterius, kematian yang identik dengan hilangnya para anak bola itu, semua orang lalu memanggilnya Gudel karena kau menyebutnya begitu. Kenapa kau menyebutnya Gudel? Itu yang harus kita cari tau."

  "Aku yakin tak ada yang hilang." Kata Changbin.

    Yohan menggeleng tegas. "Kau melupakannya, Bin. Secara naluri kamu hanya terus mengingat tentang kejadian mengerikan itu, sosok setan dengan jejak kakinya, sementara kau melupakan detail yang sebenarnya kamu ingat. Detail itu kemudian membuatmu menyebut setan itu Gudel. Bukan kebetulan kau menyebutnya Gudel, Bin. Kalau aku jadi kamu, asli demi apapun, aku bakal ngasih sebutan setan doang, alih alih menyebutnya Gudel."

    Changbin terdiam, dia masih berusaha meyakinkan dirinya bahwa tak ada yang hilang dari ingatannya, bahwa apa yang Yohan katakan itu adalah hoax.

  "Coba sekali aja ya, Bin? Kalau seumpama emang nggak ada sesuatu yang berubah dari ingatanmu tentang malam itu, nggak apa apa, kita bakal nyari tau dengan manual. Aku cuma pingin kamu tau kalau sesuatu pasti terjadi makanya kamu punya trauma berat itu." Kata San dengan nada halus.

    Changbin berdecak kesal, dia tak menyukai saran itu tapi dia tau kalau dia membutuhkannya.

  "Baiklah." Changbin menjawab.

    San tersenyum sumringah sampai tampak kedua dimple kembarnya, "aku akan menanyakan hari longgar kak Haneul dan memberitahumu besok."

  "Janji cuma sekali, kan?" Tanya Changbin.

    San mengangguk, "cuma sekali doang, udah berarti banget."

 
    Yeonjun mendekat ke arah Yohan lalu bertanya dengan berbisik, "kau benar benar mengambil kasus ini hanya karena dia menyebut setan itu dengan nama Gudel?"

    Yohan mengangguk, "sama seperti ketika kau ditanya tentang apa bahasa Inggrisnya anjing, alih alih mengatakan Dog, kau justru mengatakan Hound, itu terlalu aneh di telinga. Aku harap kita segera menyelesaikan ini."

    Yeonjun mengangkat alis heran, "tumben."

    Yohan tersenyum miring, "ada rahasia lain yang harus aku ungkap dari 'temen sekelasku yang pendiem' dan rahasia itu harus aku ketahui, gimanapun caranya."
 
   
 
 
  
 
  
 
 
  
  
  
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
####

Halo, Hola!

Udah lama banget, ya? Huhu..

Ujianku baru kelar hari ini, Minggu ini mapel minat semua jadi agak kewalahan belajar.
Selain udah kelar aku juga udah mengikhlaskan nilai dan siap remedi :)

Agak nyelekit tapi gpp

Semangat terus kalian ^^
Jangan lupa bahagia <3
 
 
Makasih udah baca!
 
Luv kalian semua ❣️❣️❣️
 

Continue lendo

Você também vai gostar

62.3K 5.6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
20.3K 5.1K 30
Kami kembali! Dengan wajah baru. Dengan wujud baru. Dan dengan misi yang baru. pt two of nzt update tidak terjadwal. Diharapkan untuk membaca seri...
162K 40.7K 35
Wooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Y...
251K 48.1K 79
ㅡft. Hanbin ❝ Kelakuan 4 peliharaan di keluarga Narendra. ❞ ㅡsandenim High rank #1 on 00line (201017) #1 on Junghwan (201027) #1 on Junkyu (201118) #...