JEDA - Slow Update

By AbelJessica

1.7M 54.5K 5.4K

JEDA - JessJessica. More

My most beautiful someone
One day? Or day one? You decide, baby.
I'm doing this for me.
What A Lovely Little Mess I've Made
Excuse Me, Which Level Of Hell Is This?
Go Wild For A While.
But, darling, I can play your game too
Maybe I should give up
Aku capek.
InterMezzo
BUKAN UPDATE
InterMezzo (2)
THE END!
InterMezzo (3)
InterMezzo 4
InterMezzo (5)
InterMezzo (6)
InterMezzo (7)
InterMezzo (8)
InterMezzo (10)
InterMezzo (9)
InterMezzo (11)
InterMezzo (12)
INTERMEZZO (13) : Jeda ft. Raquel
InterMezzo (14)
Eyes On Me!
Gema Masa Lalu
InterMezzo (15)
InterMezzo (16)
InterMezzo (17)
InterMezzo (18)
InterMezzo (19)
InterMezzo (20)

Kalindi Sara Ft. Kasena Sadeli

15.4K 2.2K 166
By AbelJessica

Dengan langkah berjingkat Indi memasuki kamar utama, mencari Sena yang biasanya menginap di kamar orangtua mereka. Tapi meski sudah mengelilingi dan bahkan melongok ke bawah ranjang, ia tidak berhasil menemukan sosok kakaknya. Kamar itu hanya dihuni oleh Sangga dan Gamila, yang tidur saling berpelukan tanpa pengganggu di antara mereka.

"Apa Kakak tidur di kamarnya?"

Didorong rasa penasaran, Indi beranjak menuju kamar Sena, yang berseberangan dengan kamar Kavi. Ternyata pemuda itu memang berada di ruangannya sendiri, mendengkur keras selagi menganyam mimpi.

"Kakak," panggil Indi sembari menaiki ranjang pemuda itu, "Bangun, Kak."

"Hm?" gumam Sena tanpa membuka mata.

"Aku lapar," beritahu Indi sambil meremas perutnya yang perih karena melewatkan makan malam.

Ternyata Sena belum sadar, karena ia kembali mendengkur seperti gorilla. Dengan tidak sabar Indi menggoyang lengan pemuda itu, barulah Sena membuka mata, terlihat bingung mendapati Indi berada di kamarnya.

"Aku lapar," ulang gadis itu dengan nada memelas, "Tadi nggak makan malam, cuma ngemil sedikit di rumah Opa."

"Kakak ngantuk, Dek." kata Sena sambil menepis tangan gadis itu dari lengannya.

"Lapar," rengek Indi sembari membaringkan kepala di dada pemuda itu agar tidak bisa memunggunginya, "Kakak bangun!!"

"Astaga!!!" Keluh Sena kesal sekali mendengar rengekan adiknya, "Sebenarnya Adek itu anaknya Kakak atau Papa?"

"Anak Ka..eh, anak Papa."

"Kalau udah tahu anaknya Papa, kenapa minta makan sama Kakak?"

"Papa tidur," protes gadis itu.

"Memangnya Kakak lagi ngapain, sayang? Jumpalitan? Mandi di pantai? Iya?!"

Tapi Indi tidak mau mengalah dan terus saja melontarkan rintihan menggenaskan, "Lapar, Kak. Perutku perih dan melilit."

Sadar tidak akan menang melawan adiknya, sambil berdecak kesal Sena meraih gagang telepon dari nakas. Setelah menekan satu angka, ditempelkannya benda itu ke telinga, menunggu sampai satpam menerima panggilannya.

"Jam segini kedai penyetan langganan Ibu masih buka, Pak?" katanya setelah melirik jam yang telah menunjukkan angka satu, "Kalau begitu, tolong belikan lauk untuk Adek, ya."

Semangat Indi kembali begitu mendengar perkataan kakaknya. Tidak bisa menahan rasa penasaran, gadis itu ikut-ikutan menempelkan telinga di gagang telepon, namun dengan kejam Sena mendorong keningnya tanda tidak ingin diganggu.

"Kepiting saos padang satu porsi. Pilih kepiting yang masih segar dan paling besar, ya, Pak. Lalu saosnya nggak usah terlalu pedas."

"Pedas," ralat Indi pada pemuda itu.

"Ada lauk apa lagi biasanya?" tanya Sena mengabaikan bisikan adiknya, "Boleh, deh. Gurame saos tiram satu porsi."

"Cah kangkung, Kak." pinta Indi sambil menelan liur.

"Tambah cah kangkung, Pak." kali ini Sena mengabulkan permintaan adiknya, "Kalau Bapak dan Pak Mahmud lapar, pesan juga untuk kalian."

Sena mendengarkan sebentar, lalu tanpa sadar menggelengkan kepala, "Nota pembayarannya digabungkan jadi satu, lalu ditagih atas nama Kakak. Hm. Hm. Iya, begitu. Makasih, Pak."

Karena Sangga dan Gamila seringkali harus bepergian keluar kota, si Mbok yang telah bekerja sejak lama, dipercaya untuk mengelola kas kecil. Selain memegang sejumlah dana, si Mbok juga mengerjakan pembukuan sederhana, berisi arus uang masuk dan keluar. Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan mendadak, termasuk ketika penghuni rumah merasa lapar di pagi buta, lalu meminta untuk dipesankan makanan dari kedai dua puluh empat jam. Biasanya satpam akan mendahulukan pembayaran dengan uang pribadi, lalu pada keesokan harinya, menunjukkan bukti pembayaran pada si Mbok agar uang mereka diganti. Seluruh pengeluaran itu akan ditambahkan ke dalam kas rumah tangga yang dikelola Gamila, untuk dilaporkan kembali kepada Sangga. Meski tentu saja berbeda nasib dengan Sagara dan Kasena, Gamila tidak pernah dihukum atas jumlah pengeluarannya.

"Tumben Kakak nggak tidur dengan Ibu." komentar Indi ketika akhirnya mereka turun ke dapur.

"Tadinya memang dengan Ibu, tapi Papa ngajak Ibu mesuman." gerutu Sena masih merasa kesal dengan kejadian beberapa jam lalu.

Sementara Indi membulatkan mata karena informasi itu, "Bikin adek?" tanyanya penuh harapan.

"Hm."

"Iiiiiiiiih!!" pekik gadis itu kegirangan, "Semoga adek perempuan. Yang cantik kayak Ibu."

"Kakak juga penginnya adek perempuan kan?" tambah gadis itu karena Sena diam saja.

"Iya," dusta pemuda untuk menyenangkan hati adiknya.

Sama seperti ketiga saudara laki-lakinya, Sena juga tidak menginginkan anggota tambahan di dalam keluarga mereka. Ia sudah cukup muak harus selalu bersaing dengan Sagara, untuk mendapatkan perhatian Gamila. Lagipula Sena merasa dirinya terlalu dewasa untuk mendapatkan adik lainnya. Berbeda dengan Indi yang sejak kecil memang sudah mendambakan kehadiran adik perempuan, karena lelah menjadi satu-satunya mahkluk feminin di antara kumpulan gorilla.

Berbeda dengan Sadendra yang kejam lagi tak berperasaan, Sena dan Kavi tidak tega menyatakan penolakan atas impian si bungsu. Mereka lebih memilih untuk pura-pura setuju, meskipun tahu Sangga telah mencegah kemungkinan istrinya hamil lagi, dengan melakukan kontrasepsi vasektomi.

"Bikin teh, ya, Dek." pinta Sena untuk mengubah topik pembicaraan.

"Siap, bos!"

Dengan cekatan Indi mulai memanaskan air. Sembari menunggu air matang, ia menata perlengkapan makanan, termasuk menyiapkan potongan buah sebagai pencuci mulut. Gadis itu sudah selesai menyeduh teh ketika Sena beranjak pergi, karena satpam baru saja menghubungi untuk memberitahu pesanan mereka telah tiba.

"Uwaaaaaaaah!!" seru Indi begitu lelehan saos berwarna merah memenuhi piring saji, "Ngiler banget, Kak."

"Enak," kata Sena setelah menjilat saos yang menempel di jarinya, "Harusnya kita pesan dua porsi." tambahnya dengan nada menyesal.

"Besok malam pesan lagi."

"Coba aja kalau berani. Kakak jitak kamu. Dikira Kakak nggak ngantuk harus bangun jam segini?"

Indi tidak takut dengan ancaman itu. Ia tahu Sena tidak serius dengan perkataannya. Sebaliknya dengan santai gadis itu mulai menikmati potongan jagung muda berbalur saos, sembari menunggu Sena memecahkan cangkang kepiting untuknya. Didorong oleh rasa lapar, dalam waktu singkat gadis itu sudah mengambil potongan kedua, sampai Sena geleng-geleng kepala dibuatnya.

"Harusnya Kakak rekam, ya. Habis itu tunjukkan pada Kai, supaya dia tahu aslinya Adek itu rakus."

"Kai tahu," sahut Indi dengan nada tak peduli, "Kami kan sering makan kepiting."

"Memangnya Adek nggak malu, menggerogoti jagung dan kepiting di depan Kai?"

"Kenapa harus malu? Kai suka makan sop buntut, harus digerogoti juga."

Mau tak mau Sena tertawa mendengarnya, "Gitu ya kalau pacaran udah lama. Nggak ada lagi yang harus ditutupi."

"Iya dong!" sahut Indi tak sadar masuk ke dalam jebakan kakaknya.

"Apanya yang iya dong?!" tegur Sena membuat Indi hampir tersedak karena terkejut dengan perubahan nada bicara kakaknya, "Adek benar-benar berpikir, nggak ada lagi yang perlu ditutupi karena kalian pacaran sejak lama? Boleh buka-bukaan? Begitu?"

"Dalam hal sifat dan kebiasaan," kata Indi bersilat lidah, "Kata Kai, makan di depan pacar itu nggak boleh malu-malu, nanti nggak kenyang. Kalau makanannya nggak dihabiskan, baru deh malu, karena nggak menghargai kerja keras orang tua dan mereka yang kelaparan."

"Kalau masalah lainnya, nggak buka-bukaan kok." tambah gadis itu sengaja menghindari tatapan kakaknya, karena teringat kejadian di taman, dimana Kai lupa diri lalu meraba dadanya.

"Sekarang Adek bukan anak kecil lagi, karena itu harus bisa jaga diri. Bisa bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan oleh Papa dan Ibu. Jangan mentang-mentang diizinkan tinggal di kos, lalu hidup tanpa aturan dan liar." kata Sena dengan nada serius, "Dengar itu telinganya?"

"Iya," sahut Indi setengah hati.

"Eh, nggak sopan!!" tegur Sena semakin galak, "Apanya yang iya?"

"Iya, dengar, Kak." kata gadis itu meralat jawabannya, "Aku lapar." tambahnya dengan bibir mengerucut karena kesal.

Untung saja Sena mengakhiri khotbahnya. Terkadang pemuda itu sama seperti Kavi, yang betah mengomel sampai berjam lamanya. Kalau sudah tidak bisa menahan kesal, Indi akan balas berteriak, lalu menerima jeweran karena dianggap tidak sopan. Itu kenapa Indi menginginkan seorang adik. Sebagai anak bungsu, ia menderita kerugian besar, karena siapa saja berhak untuk mengomelinya.

"Makan yang banyak," kata Sena sambil meletakkan daging kepiting di atas piring adiknya.

"Kakak juga makan."

"Iya, sebentar lagi." sahut pemuda itu masih berkutat dengan cangkang kepiting, "Sayurnya juga dimakan."

"Nih, Kak, lihat cara makanku. Nasi dikasih sayur dan daging kepiting, lalu ditumpahin saos padang super banyak." kata Indi menunjukkan tangannya yang berlumuran saos karena gadis itu sudah menyingkirkan sendok dan garpu, "Enak banget." tambahnya sambil memiringkan tubuh ke kiri dan kanan untuk menunjukkan kepuasan.

"Dasar bocah." kekeh Sena merasa senang dengan nafsu makan adiknya, karena tadi ketika di rumah sang opa, gadis itu terlihat memaksakan diri untuk menelan isi mulutnya.

"Kakak yang terbaik sedunia," kata Indi sambil mengacungkan jempol, "Aku sayang Kakak."

Sena tertawa saja. Ia tidak menjawab, karena tanpa diberitahu pun, Indi pasti tahu kalau bagi dirinya, gadis itu juga berharga.

**

Jess Note :

Yang tadinya mikir Kacena nggak galak buruan angkat tangan!!

Salah. Hehehe. Justru Kacena itu galak banget sama Kayindi. Udah gitu suka nyuruh-nyuruh pula. Tapi Kayindi bucin 😂

Yang jarang ngomel dan suka manjain Kayindi itu Aa. Tapi Aa sering gelud dengan Kacena, karena mereka rekan sejawat dalam urusan kecengengan masa kecil. Pokoknya Papa Tangga dan Ibu Gamiya puyenglah punya banyak bandit di rumah 😂😂

Ps : bonus foto Kayindi lagi nungguin kepiting.


Pss : Minggu depan ujian saya kelaaaaaaar 😍😍 Tapi saya harus keluar kota karena ada urusan 🙃🙂 Sebisa mungkin saya akan tetap nulis selama di luar kota, yaaa.

Salam, Jejoy.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 54.1K 18
TERSEDIA HINGGA CHAPTER 15 (CHAPTER 16-BONUS DI POSTING DI KARYAKARSA) Judul Sebelumnya : [TRIPLETS SERIES] 1 : Mami Rasi dan 3 Ai Delapan tahun ya...
192K 7.2K 5
Dua fakta yang Vhiya tahu; 1. Admiral menyukai Pepep 2. Pepep bertunangan dengan Deva Satu keyakinan yang Vhiya tahu; ・Dia ingin membahagiakan Admira...
588K 56K 45
Demi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza...
171K 13.3K 32
"Kata Deden, kalo ngakunya temen, terus punya sesuatu buat dibagi, jangan bagi senengnya doang, Bi. Harus sekalian sama sedih." Dhiwa menuntun Bia ag...