[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.2 :...

By Wiki_Dwiki

88.7K 26.5K 8.2K

Wooyoung : "Matanya Santoso warnanya ungu, kece!" Yohan : "Iya kece banget kayak anak indihome!" San : "Maksu... More

Intro : "Setan Tanah Rejowerno"
"Sigel Kagungane Basukarna"
1. Hari yang Indah (?)
2. Ubah Haluan
3. Jalan Alternatif
4. Drama Double Y
5. Persiapan
6. Memanipulasi?
8. Saksi Mata Lain
9. Mengintip Kegelapan
10. Kalimat Asing
11. Keberangkatan
What Do You Think?
12. Hari Pertama
13. Bincang Malam dan Penampakan
14. Arus Sungai
15. Sesuai Rencana?
16. Jiwa Yang Terganggu
17. Area Pangkalan Militer
18. Critical In
19. Menyusup
20. Rangkaian Tragedi
21. PARANOIA
22. Kembali Pada Tempatnya
Epilogue : Lembar Kisah Terakhir

7. Debat Antar Calon OSIS

3.1K 1K 444
By Wiki_Dwiki

.
.
.

    Setelah selesai membacakan visi dan misi masing masing, moderator debat yang diperankan oleh wakil ketua OSIS lama memberikan jeda beberapa menit untuk para calon menyiapkan diri. Yeonjun pergi ke toilet, dan disana dia bertemu dengan lawannya.

   Yeonjun awalnya bersikap sok cuek, namun orang itu mengajaknya bicara.

  "Aku sangat kesal karena kau tak tertabrak kemarin. Kawanmu itu benar benar membawa sial." Ucapnya dan Yeonjun langsung berhenti berjalan.

  "Aku menabrak Serim dengan penuh semangat, aku sangat ingin membunuhnya namun tak jadi. Aku sangat ingin mencelakai mu namun anak itu mengacaukannya." Lanjutnya.

  "Kau merasa tersaingi, huh?" Tanya Yeonjun.

    Dia menggeleng, "aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan."

    Yeonjun tersenyum, "kau tak akan mendapatkannya."

  "Apapun yang terjadi, kawanmu itu akan mati—"

    Belum selesai bicara, Yeonjun yang emosi memukul kaca toilet hingga pecah. Dia ambil pecahan itu dan mengarahkannya pada orang itu.

  "Jaga bicaramu," Yeonjun menatap tajam, "karena aku bisa membuatmu tak bisa bicara lagi dengan memotong pita suaramu dengan kaca ini."

  "Kau sudah mengetahuinya, bukan? Kalau aku bukan siswa SMA ini. Keren bukan? Aku bisa membohongi semua orang sejak semester kedua di kelas 10." Katanya.

    Senyum Yeonjun makin lebar, "bukankah menyenangkan ketika mengetahui jika aku seorang pembunuh dan tak ada yang tau? Jangan membuatku marah karena aku tak main main dengan ucapanku ketika aku bilang 'aku akan membunuhmu', jangan mengusik teman temanku, karena aku sangat posesif pada mereka."

.

    Setelah mempersiapkan diri, moderator mulai mempersilahkan para perwakilan kelas untuk memberikan pertanyaan. Namun belum sempat salah seorang perwakilan mengajukan pertanyaan, lawan Yeonjun menarik perhatian dengan mengetuk mic yang disediakan di depannya.

  "Sebelum berlanjut ke pertanyaan para perwakilan kelas, apakah saya diperkenankan untuk bertanya pada lawan saya?" Tanyanya ramah.

    Moderator lantas mengijinkannya.

  "Saya begitu tertarik dengan visi dan misi yang kalian bacakan. Salah satu misinya adalah meningkatkan kualitas belajar siswa dengan meningkatkan sarana dan prasarana, benar?" Tanyanya.

    Yeonjun mengangguk.

  "Bagaimana bisa kau menuliskan itu sebagai misimu ketika kau berteman dengan seseorang yang mendatangkan kesialan?" Tanyanya.

    Seluruh penonton debat lantas menoleh pada Wooyoung yang lagi berdiri anteng di samping pintu. Yeonjun menarik nafas panjang, dia nggak boleh hilang kendali dan mengucapkan kata kata mutiaranya disini karena itu akan menjatuhkan citranya. Ternyata orang ini serius untuk menaikkan emosi Yeonjun hingga Yeonjun akan tanpa sadar mengatakan hal yang akan membuatnya di cap buruk oleh semua orang.

    Yeonjun berdeham kecil, "aku tak mengerti apa yang kau maksud dengan seseorang yang mendatangkan kesialan itu, bisakah kau memperjelas pertanyaanmu?"

  "Hanya karena orang orang menganggap jika kutukan itu telah hilang, itu tak akan mengubah fakta jika karena dirinya kita membunuh satu sama lain. Kita membunuh warga sekolah kita sendiri hanya karena keberadaannya. Lantas apakah pantas jika kau menuliskan meningkatkan kualitas belajar siswa dengan meningkatkan sarana dan prasarana dalam misimu?" Tanya wakil dari kandidat ketua OSIS lawan Yeonjun itu.

    Hyewon berdiri dari duduknya, walau wajahnya tetap menampilkan wajah ramahnya, Yeonjun tau kalo gadis itu lagi marah banget. Keliatan dari kepalan tangannya yang kuat sampai terlihat otot otot tangannya.

  "Pertama tama, izinkan saya mengatakan tentang betapa bodohnya acara debat seperti ini." Ucap Hyewon dengan bumbu bumbu sarkas yang khas.

    Yeonjun agak kaget denger itu. Tadi Hyewon ngelarang dia buat sarkas, nah ini malah dia yang sarkas sendiri.

  "Acara seperti ini menunjukkan betapa bodohnya manusia yang tak bisa meyakinkan dirinya sendiri atas pilihan yang diajukan padanya. Mereka cenderung mencari suatu sensasi seperti ini agar apa? Ya, agar mereka bisa tau siapa yang bertahan paling lama dalam mempertahankan prinsipnya." Hyewon menghela nafas, "membicarakan prinsip, saya juga ingin menanyakan pada lawan terkait salah satu misi yang berbunyi, meningkatkan budi pekerti siswa dengan mengadakan kegiatan yang dapat melatih rasa empati terhadap sesama, apakah pantas kalian menulis itu sebagai misi kalian ketika kalian bahkan tak menghargai hak asasi salah seorang manusia?"

    Orang itu tersenyum remeh, "terhadap sesama bukan berarti semuanya, kan? Bahkan harimau tak sudi berteman dengan singa, kan?"

    Hyewon ganti tersenyum miring, "ya, harimau tak sudi berteman dengan singa, begitupula manusia yang ingin dihormati namun tak sudi menghormati manusia yang lain. Inilah yang aku sebut betapa bodohnya manusia itu terutama para siswa yang bersekolah di SMA ini."

  "Hye.." Yeonjun sedikit cemas karena orang orang disana tampak kesal dengan ucapan terakhir Hyewon.

  "Setelah mendengar ini, kalian bisa menyimpulkan betapa tidak sopan dan sombongnya saya, betapa saya sangat tidak menyenangkan bahkan begitu menjengkelkan. Saya tak pernah membayangkan akan berdiri di depan panggung, membalas pertanyaan lawan sebagai calon wakil ketua OSIS karena saya bahkan tak pernah membayangkan diri saya bisa memiliki teman. Saya adalah orang yang ditemui oleh orang orang sial diluar sana.. karena itu saya tak akan pernah tau raut wajah bahagia orang orang ketika mengejar impian mereka."

  "Namun dia," Hyewon menunjuk Yeonjun, "dari sekian banyaknya siswa di SMA ini, dia menunjuk saya sebagai wakilnya. Apakah ini benar benar terjadi atau semua ini hanya terjadi di dalam kepala saya? Entahlah. Saya bahkan tak bisa menebaknya. Ketika saya bilang bahwa kalian pantas mendapatkan ketua OSIS yang mampu bertahan dan terus berteman tanpa memandang rendah derajat kalian seperti Yeonjun, maka itu adalah pujian terbaik yang pernah saya katakan."

  "Ketika semua orang menjauh, dia menyelamatkan seorang siswa polos yang selalu menganggap jika kehidupannya adalah berkah terindah yang pernah Tuhan berikan padanya. Apakah pantas seorang pemimpin membedakan siapa yang akan dia pimpin hanya karena kepercayaan pendahulu?"

  "Untuk pertanyaan yang kalian ajukan, tentang salah satu misi kami, akan lebih baik jika kalian membacanya hingga habis, meningkatkan kualitas belajar siswa dengan meningkatkan sarana dan prasarana, juga menguatkan hak mereka dalam mendapatkan perlakuan yang baik, fokus kami disini bukan hanya tentang sarana dan prasarana, namun juga tentang menguatkan hak para siswa untuk mendapatkan perlakuan baik, tanpa terkecuali, jikapun itu Fajar Wooyoung Mahesa."

  "Apakah itu berarti membiarkan para siswa tetap memiliki ketakutan atas kutukan itu?" Tanyanya.

  "Tak ada yang namanya kutukan jika kalian berani mengakuinya. Apakah tragedi itu muncul karena keinginan Wooyoung? Tidak. Apakah dia pernah berharap dilahirkan di keadaannya sekarang? Tidak. Namun kita terus menghakiminya atas apa yang tidak dia lakukan." Balas Hyewon.

  "Kalau begitu, kita tidak bisa menyalahkan Pandora yang yang membuka kotak yang menyimpan semua keburukan manusia, atas dasar keingintahuannya, dong? Kan, dia tak pernah menginginkan untuk terlahir dengan kotak itu." Tanyanya sambil tertawa.

  "Sekarang coba saya tanya padamu, apakah kita tak bisa menyalahkan Raja Fir'aun yang bertanggung jawab atas kematian setiap bayi laki-laki yang lahir dari Bani Israil karena ahli tafsir yang menafsirkan mimpinya bahwa akan ada anak laki-laki dari Bani Israil yang akan menghancurkan kekuasaannya? Kan, dia tak pernah berharap dilahirkan menjadi Raja yang sombong, begitu?" Hyewon menjawab sambil tertawa sarkas,

  "setiap manusia dihadapkan oleh pilihan, dia bisa menjadi orang yang baik dan buruk. Bisa menjadi orang yang selalu husnudzon dan shuudzon. Dan apa yang kau lakukan sekarang ini adalah berprasangka buruk pada apapun yang telah Tuhan takdirkan terjadi. Kau menghina dan berprasangka buruk pada salah satu ciptaan Tuhan, bagaimana bisa kau melakukan itu ketika kau dan dia sama sama diciptakan dari gumpalan darah?"

    Lawan tampak tak bisa membalik ucapan Hyewon.

  "Saya punya seumur hidup untuk membuktikan jika Yeonjun adalah salah satu orang yang walau kepribadiannya sedikit kasar, dia adalah pria yang baik, dia bisa mengayomi kalian bagaimanapun kondisi kalian. Seorang teman yang tak mengharapkan apapun selain rasa percaya atas sesama." Hyewon mengakhiri bicaranya dan tepuk tangan meriah menyambutnya.

   Yeonjun sedikit terharu karena dibela sebegitunya sama Hyewon—walau Yeonjun tau kalo sebenernya Hyewon cuma lagi caper ama Wooyoung.

  "Jawaban yang sangat bagus dari tim dua. Apakah dari perwakilan kelas ada yang ingin mengajukan pertanyaan?" Tanya moderator.

    Changbin lalu mengacungkan tangan.

  "Silahkan." Ucap moderator sambil meminta panitia memberikan mic pada Changbin.

  "Ini pertanyaan khusus untuk tim satu, jelaskan kenapa kami harus memilihmu. Dari tim satu sudah memberikan jawaban yang sangat jelas kenapa kami harus memilih mereka, lalu bagaimana dengan kalian? Kenapa kami harus memilih kalian?" Tanya Changbin.

  "Bukankah kalian akan tau jawabannya ketika saya menjadi ketua OSIS?" Tanyanya balik.

    Changbin menggeleng, "kami tak sampai hati membiarkan kau menjadi ketua OSIS kami ketika kau bahkan tak menyadari hak hak yang telah melekat pada manusia semenjak mereka lahir." Ucap Changbin sambil menggenggam tangan Wooyoung.

.

    Setelah turun dari panggung, Wooyoung langsung menghambur peluk pada Hyewon dan Yeonjun bersamaan. Dia menangis haru seperti anak kecil karena kedua temannya ini membelanya, sampai ingusnya keluar gitu.

  "Jorok, Yong!" Kata Yeonjun sambil mengambil sapu tangannya lalu mengusap hidung kawannya itu. Hyewon cuma ketawa sambil mengusap rambut Wooyoung, memintanya berhenti menangis.

    Changbin tersenyum estetik melihat itu. Lalu dia menatap keluar ruangan. Awan mendung tampak begitu pekat, jelas akan turun hujan hari ini, dia mulai mengkhawatirkan Yohan dan San sekarang.

.

    San menapakkan kaki dengan hati hati pada tanah tempat dia berpijak. Banyak bebatuan yang bisa membuat kakinya terkilir kalau tak berhati hati. Yohan mengajaknya pergi ke atas bukit tempat dimana kuburan leluhur kala itu berada, Yohan menganggap dia butuh tempat tinggi untuk menemukan bangunan misterius yang mungkin berdiri di hutan luas itu.

    Keduanya sampai di atas, Yohan memicingkan mata melihat sekeliling, namun dia tak menemukan bangunan apapun dalam jangkauan pandangnya. Yohan berdecak kesal karena tak menemukan bangunan itu, namun rasa kesalnya berubah menjadi rasa panik ketika setetes air hujan mulai turun mengenai hidung mancungnya.

  "SIALAN!" Yohan berteriak.

    San cuma menggelengkan kepala melihat Yohan berteriak di tepi bukit kayak Raja Hutan itu.

  "Kurasa kita harus kembali." Ucap San karena hujan makin deras dan hutan mulai tampak berkabut.

  "Berhati hatilah ketika menapak." Kata Yohan.

  "Katakan itu untuk dirimu sendiri." San bilang itu literally baru beberapa menit lalu dan Yohan beneran kepeleset bebatuan yang licin. Dia jatuh dan sempat berguling beberapa saat, San begitu panik menghampiri Yohan, ketika sampai di dekatnya, tampak kalo pergelangan kakinya Yohan udah memerah dan agak bengkak.

  "Ngerepotin banget kamu." San ketawa.

  "Ya maaf, kan, aku nggak bermaksud buat jatuh juga. Sini punggungmu!" Kata Yohan gatau diri. San yang luhur banget budi pekerti nya lantas menggendong kawannya itu di punggungnya.

  "Hati hati, San. Ntar kalo kamu ikutan jatuh aku harus jalan sendiri." Ucap Yohan.

  "Iya, iya." Balas San.

 
    Dalam perjalanan itu, Yohan menatap sekelilingnya. Dia merasakan hal aneh tapi dia belum bisa memastikan apa itu. San yang lagi fokus ke jalan dialihkan dengan Yohan yang menunjuk sesuatu.

  "Kesana bentar." Kata Yohan.

    San menurut dan berjalan ke arah yang Yohan tunjuk. Ada sebuah jalan kecil disana, San berhenti sejenak untuk melepas sepatunya, dia takut tergelincir jalan becek itu. Setelahnya dia berjalan lurus mengikuti kemana arah jalan itu, namun mereka berhenti di depan sebuah pagar besi yang entah membatasi apa dengan apa.

    San coba mendekat namun Yohan memukul bahunya untuk berhenti, "kita nggak akan tau kalo seumpama pagarnya dialiri listrik."

  "Apakah mungkin ada laboratorium itu di balik pagar ini?" Tanya San.

    Yohan menggeleng tak tau, "aku rasa kita harus pergi. Aku merasa sedikit tak nyaman disini."

  "Kau beneran mau pergi? Tidak seperti dirimu yang biasanya." Kata San sedikit terkejut.

  "Aku harus memastikan sesuatu dulu, sehingga aku bisa menebak apa yang ada dibalik pagar ini." Kata Yohan.

    San cuma menurut dan berjalan pergi dari sana. Mereka pergi tanpa mengetahui keberadaan seseorang yang sedang menatap mereka dibalik pagar itu dengan tatapan minta tolong.

.

    Sampai di rumah Wooyoung, yang lain terkejut melihat Yohan yang kayaknya ketiduran di gendongannya San. Mereka segera membantu San menurunkan Yohan yang kakinya makin bengkak.

  "Gimana?" Tanya Yeonjun sambil meletakkan handuk di atas kepalanya San.

  "Seperti biasa, aku nggak tau jalan pikirannya Yohan." Balas San.

  "Sekarang mandi dulu, nanti kena demam." Ucap Wooyoung menunjuk ke arah kamar mandi rumahnya.

    Setelah keduanya membersihkan diri, Wooyoung menawarkan teh hangat pada San dan Yohan.

  "Aku ga usah gula, Yong." Kata San.

  "Oke." Balas Wooyoung sebelum dia melesat ke arah dapur.

  "Gimana?" Tanya Changbin kepada Yohan.

  "Sebelum itu aku mau nanya sesuatu pada manusia asli Rejowerno." Kata Yohan menatap Changbin, "dulu Rejowerno pernah nggak, dijadikan tempat yang lebih dari sebuah desa?"

  "Hah? Maksudmu?" Tanya Changbin nggak paham.

    Yohan berdecak kesal, dia nggak tau gimana nyusun pertanyaan nya biar nyambung.

  "Kayak jadi apa gitu lo." Kata Yohan.

  "Jadi apa maksudmu—"

  "Pernah." Wooyoung menyela samil membawa dia gelas teh di tangannya. Dia memberikan gelas itu pada Yohan dan San sebelum melanjutkan ucapannya,

  "Kakek pernah cerita padaku, dia bilang bahwa dulu Rejowerno pernah dijadikan sesuatu yang lebih dari sekedar desa." Ucap Wooyoung.

  "Apa?" Tanya Yohan.

  "Pangkalan militer." Jawab Wooyoung.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

#####

Halo, Hola!

Selamat Hari Minggu ^^
Selamat istirahat, jangan lupa besok Senin :)

Semoga minggu ini kalian lewati dengan penuh syukur sehingga minggu berikutnya kalian akan jauh lebih bersyukur lagi.

Sehat selalu, ya?

Makasih udah baca!
 
Luv kalian semua ️❣️❣️❣️
 

Continue Reading

You'll Also Like

9.8K 1.7K 21
"Emang nya muka gue keliatan kayak pembunuh?" Program baru yang di adakan oleh sekolah SMA yang satu ini berjudul 왕자의 게임 : FIND THE ACE. Salah satu p...
178K 30.1K 31
kisah pendek hubungan yang tidak seharusnya berjalan kala itu. ⚠️ content warning: toxic relationship, mental illness, self harm, and implied death...
57.4K 19.9K 34
Beomgyu : "Gua nggak sudi saudaraan ama anak gatau terimakasih kayak Heeseung!" Heeseung : "Gua juga ogah saudaraan ama anak nemu kayak Beomgyu." Jeo...
162K 40.7K 35
Wooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Y...