Love Shoot! | Sungsun โœ”

By piscesabluee_

133K 13.1K 1.5K

[COMPLETED] "Fuck a princess, I'm a King." Kenneth Raymond, adalah seorang cucu laki-laki dari pemilik perusa... More

-PROLOG
-Meet The Characters
One
Two
Three
Four
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
INFORMATION

Five

4.4K 471 60
By piscesabluee_

Double Update~😋
-

Ray memarkirkan mobil di basement SR Hotel, ia mengambil glock 17 nya yang selalu ia bawa kemanapun. Senjata api tersebut adalah benda favorit Ray karena ringan dan nyaman digunakan. Belum lagi bentuknya seperti pistol mainan sehingga bisa mengecoh musuh, padahal didalam pistol seberat 2.4 pound itu terdapat 17 amunisi yang siap di tembakan. Ray memeriksa pelurunya dan menyimpan pistol tersebut dalam saku jaket, tentu saja masih didalam genggamannya.

Dengan percaya diri ia berjalan menuju lantai satu dimana meja resepsionis berada. Suasana hotel yang sepi karena hampir jam satu malam sangat menguntungkan bagi Ray. Ia melihat dia orang wanita berjaga di meja resepsionis, mereka menyambut Ray dengan senyum lebar.

"Selamat malam, ada yang bisa kami bantu?"

"Aku ingin bertemu dengan Derric Sam Ricardo."

Kedua resepsionis tersebut saling berpandangan, jelas saja mereka bertanya-tanya, mana ada submissive pada jam satu malam mencari bos mereka.

"Apakah anda sudah membuat janji?"

"Tidak. Tapi ini penting. Hubungi bos mu sekarang atau...."

Ray mengeluarkan moncong pistolnya membuat resepsionis tersebut memucat. Posisi Ray sangat menguntungkan dan tidak tertangkap kamera cctv, Ray sudah membaca arah kamera cctv tersebut saat memasuki lobby.

"Aku hanya ingin berbicara dengan Mr. Ricardo."

Kedua resepsionis tersebut mengangguk dan mulai menekan tuts telepon untuk menghubungi Sam.

"Jangan mencoba-coba membohongi ku nona. Yang kubutuhkan sekarang adalah Derric Sam Ricardo, bukan yang lain." ancam Ray membuat Sang resepsionis mengangguk.

Beruntung Sam belum memejamkan matanya saat telepon didalam kamarnya berdering. Seharusnya malam ini dia menghabiskan waktu dengan Daisy atau Sally Sam lupa namanya, tapi Sam membatalkan janji itu beberapa jam yang lalu karena ada beberapa dokumen yang harus ia pelajari. Ia berencana membangun SR hotel di wilayah Prancis, karena itu ia perlu mempersiapkan semuanya sejak awal.

"Iya?" jawab Sam sambil lalu, ia memang biasa tidur diatas jam empat pagi sehingga jam segini rasa kantuk belum menyerangnya.

"Mr. Ricardo maaf mengganggu, ada yang mencari anda. Mr. Kenneth Raymond."

Kening Sam berkerut karena belum pernah mendengar, "Aku tidak... "

"Bisa kau beritahu aku dimana Jacob biasa menginap."

Sam bahkan harus menjauhkan gagang telepon saat suara lain masuk ke dalam indra pendengar nya. Setelah berhasil mengatasi keterkejutannya, Sam kembali menempelkan gagang telepon tersebut ketelinganya.

"Ini dengan... "

"Kenneth Raymond." jawab Ray tidak sabaran. "Katakan saja dimana dia biasa menginap karena dia membawa temanku bersamanya."

Sam baru mengerti, rupanya Vin membawa pelacur lain untuk menemani nya. Tapi tunggu? Benarkah Vin ada di LA sekarang?

"Ricardo...?"

"Ah maaf... Aku tidak tahu kalau Vin ada di LA sekarang. Biar kutunjukkan kamarnya, perlu akses pribadi untuk dapat sampai kesana."

"Kutunggu di front desk."

Belum sempat Sam menjawab, telepon tersebut sudah dimatikan.

"Sombong sekali dia." gerutu Sam sambil memandangi gagang telepon nya.

Karena kesal dengan pembicaraan singkatnya dengan Ray, Sam membanting gagang telepon tidak bersalah tersebut. Ia beranjak pergi menuju lobby untuk menemui tamu tak diundang yang sudah mengganggu pekerjaan nya.

"Lihat saja nanti kalau dia berhasil kutiduri." gerutu Sam didalam lift yang membawanya turun. Ia bisa membayangkan wajah lelaki bernama Kenneth tersebut, pastilah berambut kecoklatan dengan bola mata hitam dan bibir merah yang suka menghisap rokok. Tipe-tipe laki-laki yang sok.

Bayangan Sam langsung menghilang saat melihat dengan mata kepala sendiri seperti apa Kenneth tersebut. Ia bahkan sampai melongo ketika bertatap muka dengan lelaki cantik itu.

Kenneth adalah tipe lelaki yang mengintimidasi melalui tatapan. Dan Sam suka submissive seperti ini, ia bahkan sampai tidak sadar jika mulutnya sudah terbuka akibat terlalu terpesona. Sam rela membrikan apa saja untuk bisa menghabiskan satu malam dengan Tuan Raymond. Termasuk nyawanya sekalipun.

"Dimana kamar Jacob?"

Sam belum juga menyahut, membuat Ray memutar bola matanya jengah. Selalu seperti ini jika ia berhadapan dengan seorang pihak atas ataupun wanita, karena itu ia lebih suka menggunakan kacamatanya saat harus keluar. Tapi karena ini sudah malam, Ray terpaksa meninggalkan kacamata tersebut, lagi pula tidak ada gunanya memakai kacamata saat berada di klub.

"Mr. Ricardo.." panggil Ray lagi hingga Sam tergagap.

"Iy.. Iyaa.."

"Aku butuh kekamar Jacob sekarang."

Sam mengangguk, "mari.. Mari.. "

Sam membawa Ray menuju sebuah lift khusus, pria itu tidak bisa mengalihkan matanya dari sosok Ray. Untung saja dia masih ingat untuk bernafas dan berkedip.

Mereka tiba di sebuah lorong mewah yang hanya berisi dia pintu. Sam mengarahkan Ray menuju salah satu pintu di sebelah kiri, ia menekan sesuatu dan menempelkan sidik jari. Terus seperti itu hingga tiga kali.

"Ada apa?" tanya Ray.

"Akses ku ditolak. Seperti nya Vin sengaja mengunci ganda akses masuk ke kamarnya."

"Tidak ada cara lain?"

Sam mengeluarkan ponsel nya, "Aku akan menghubungi bagian sistem untuk..."

"Lama." kata Ray. Ia memberikan sebuah kartu nama pada Sam yang kebingungan saat menerimanya.

"Apa ini?" tanya Sam.

"Hubungi nomor itu kalau kau butuh ganti rugi."

"Ganti rugi?" ulang Sam semakin bingung.

Ray tidak menjawab dan mengeluarkan pistolnya, lalu menembakkan pistol tersebut kearah slot pintu, tiga tembakan yang membuat mata Sam melotot tidak percaya.

Ray menendang pintu tersebut hingga menjeblak terbuka. Ia terus masuk meninggalkan Sam yang terkesima dan menemukan dua pasangan sesama jenis kelamin yang sedari tadi ia cari dalam posisi ilegal.

Ray membidik pistolnya ke arah lengan Vin dan menembaknya, ia sengaja menyerempet kan arah peluru untuk memberi pelajaran pada Vin.

"Aaargghhh.." teriak Vin yang kesakitan, darah segar mengalir disepanjang lengannya.

"Kau memang benar-benar bajingan Jacob."

Sam berlari masuk saat mendengar suara tembakan, dan lagi-lagi melotot tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

Sedang Ray mengambil sebuah selimut dan memberikannya pada Bryan untuk menutup ketelanjangan nya.

"Ayo kita pulang."

Ray bisa merasakan tubuh Bryan yang gemetar, karena itu ia menendang tubuh Vin hingga tersungkur.

"Brengsek." umpat Vin.

"Jangan manja Vincent. Peluru itu hanya menggores lenganmu. Mau ku panggilkan ambulan?" ejek Ray.

Setelah Bryan membungkus tubuhnya dengan kain selimut, Bryan mengajak Ray pergi.

Mereka melewati Sam yang masih membatu.

"Apa yang sedang kau lakukan Ricardo?!" teriak Vin.

"Keren." gumam Sam penuh kekaguman pada sosok Ray dan Bryan yang berlalu.

"Bisa kau yang mengemudi? Aku harus membalas beberapa email sebelum pergi. " kata Steve pada Milla.

Mereka baru saja menghadiri pertemuan penting di LA dan memutuskan untuk menginap di SR Hotel, apalgi menjelang pukul satu malam seperti sekarang. Akan sangat berbahaya jika Steve memutuskan mengendarai pesawat pribadi nya kembali ke Denver. Lagi pula besok Steve juga masih ada pertemuan penting lagi.

Milla menerima kunci mobil yang Steve berikan. Setiap kali mereka keluar kota ataupun negara selalu ada orang yang akan mengantar mereka pergi kemanapun, tapi khusus Las Vegas dan Los Angeles Steve lebih suka mengemudi sendiri. Karena di dua kota besar ini lah sahabat Steve tinggal sehingga terkadang Steve tidak bisa memprediksi waktu kapan harus pergi atau kapan harus tinggal.

Mobil hitam itu memasuki basement parkir SR hotels.

"Kenapa kita parkir disini? Bukankah kita punya basement pribadi?" kata Steve.

"Ah iya aku lupa." ujar Milla kembali memegang kemudi untuk memundurkan mobil mereka.

Braaakkk..

Steve mendongak melihat keadaan belakang melalui kaca spion, ada mobil lain yang tengah melintas dan menabrak bagian belakang mobil mereka. Inilah kelemahan Milla dalam mengemudi, ia tidak bisa memarkir mobil nya dengan benar.

Wanita cantik itu mulai memucat dan keluar dari dalam mobil untuk melihat keadaan, pada saat bersamaan si pemilik mobil yang tertabrak dan tidak lain adalah Ray juga mulai keluar dari dalam mobil.

"Anda bisa mengendarai mobil atau tidak?" kata Ray, ia merasa tidak bersalah disini. Lampunya sudah berpendar terang dan tiba-tiba saja ada mobil mundur tanpa aba-aba. Untung saja dia cekatan menginjak pedal rem meski lampu depan mobilnya pecah akibat tabrakan itu, coba kalau tidak mungkin benturan nya akan lebih keras.

"Maafkan saya." ujar Milla sambil membungkuk, "Saya akan mengganti rugi."

"Ini bukan masalah ganti rugi. Kalau kau tidak bisa mengendarai mobil sewa jasa sopir pribadi."

Steve mendengarkan itu semua dalam diam, tapi ia juga sedikit merasa bersalah karena sudah menyuruh Milla mengemudi, padahal Milla belum terlalu mahir terutama dalam soal memarkirkan mobil. Dan inilah akibatnya, jadi ia pun keluar untuk ikut menyelesaikan masalah yang ada.

Steve sama sekali tidak menduga bahwa pertemuan nya dengan Kenneth akan dipercepat hingga saat ini. Jika Van tidak memberikan foto Kenneth dalam versi lain siang tadi, mungkin Steve sekarang tidak akan mengenali lelaki cantik ini.

Baru kali ini Steve merasa bahwa kacamata bisa menipu banyak hal. Kenneth juga jauh lebih cantik jika ditemui secara langsung. Kulitnya yang seputih susu, matanya yang tajam, dan bibir merah mudanya. Belum lagi lirikan keterkejutan yang Ray berikan saat melihat kehadirannya.

Rupanya bukan cuman dia saja yang tahu tentang satu sama lain. Atau mungkin Ray memang menyelidiki nya secara diam-diam, sama seperti yang ia lakukan akhir-akhir ini.

"Dia sudah minta maaf dan berniat mengganti kerusakan yang sudah ia perbuat, apalagi yang kau permasalahkan?" kata Steve dengan dingin.

Steve bersumpah bahwa ia merasakan gejolak nafsu yang tinggi saat melihat Ray menyeringai kecil. Benar kata Van, akan sangat menyenangkan jika memiliki Kenneth Raymond sebagai suaminya kelak. Submissive ini tidak kenal takut sama sekali.

"Tidak ada. Aku hanya memberi saran saja." jawab Ray dengan tenang. "Maaf Mr. Smith, bisa kau pinggirkan mobilnya. Aku mau lewat."

Milla berpaling pada Steve untuk meminta persetujuan, ia pun sedikit heran kenapa lelaki didepannya ini bisa mengenal Steve.

"Bisa aku minta nomor mu agar aku tahu kemana harus menghubungi mu untuk mengganti kerusakan yang sudah diperbuat sekretaris ku?"

Lagi-lagi Ray tersenyum sinis, "Kau tahu harus mencariku kemana. Pinggirkan mobilnya atau akan ku tabrak lebih keras?!!!"

Steve menatap Ray dalam diam, dan merasakan hawa panas yang terasa mencekik lehernya. Ia butuh melepas pakaian atau ia akan mati, ternyata Kenneth mempunyai efek seperti itu padanya. Ini sama sekali tidak baik.

"Majukan mobilnya Milla, Tuan Raymond ingin lewat." perintah Steve yang segera dipatuhi oleh Milla.

Baru saja Milla hendak membuka pintu mobil, ia tersentak kaget mendengar nama itu. Raymond?
Sepertinya Milla pernah mendengar nama itu. Milla ingat, dialah Kenneth Raymond, calon tunangan Steve.

Milla menoleh sekali lagi pada Ray yang masih berdiri tegak di bawah tatapan intimidasi Steve. Belum pernah ada submissive yang mampu melawan tatapan Steve seperti itu, bahkan Milla langsung lemah dibuatnya. Tapi seperti nya hal itu tidak berlaku pada Tuan Raymond.

Kenapa Kenneth yang ini berbeda jauh dari foto yang Milla lihat siang tadi? Sial... Milla merasa terancam sekarang.

"Kau tuli atau bagaimana?" bentak Ray pada Milla yang melamun menatapnya.

Tanpa bantahan Milla langsung masuk ke dalam mobil untuk memajukan posisi mobilnya. Dalam hati ia mengumpati sosok Kenneth yang sudah bersikap sok berkuasa.

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Ray berbalik masuk ke dalam mobilnya dan membawa kendaraan beroda empat itu meninggalkan sosok Steve yang terus melihat kepergiannya.

Steve melepas simpul dasinya yang mencekik leher. Ia butuh mandi air dingin secepatnya. Sebab itu ia menyuruh Milla pindah agar ia sendiri yang mengambil alih kemudi.

Steve membawa mobil itu menuju basement pribadi SR hotel, sesampainya disana Steve keluar begitu saja meninggalkan Milla yang kesusahan membawa peralatan kerja Steve. Mereka tetap membisu bahkan saat lift terbuka di lantai 31, dimana lantai president suit berada. Kamar Steve terletak didepan kamar Vin. Sam memang membangun lantai ini khusus untuk dua sahabatnya jika sewaktu-waktu mereka berkunjung ke LA.

Steve dan Milla dibuat heran dengan keadaan kamar Vin yang terbuka, belum lagu Steve melihat pria itu setengah telanjang dan menjerit kesakitan saat lengannya diobati.

"Kenapa dia?" tanya Steve saat memasuki kamar Vin, ia juga bisa melihat keadaan kamar yang berantakan seperti baru saja terjadi pergulatan yang cukup serius.

"Kena tembak." jawab Sam yang sedang membersihkan luka Vin dan menutupnya dengan perban.

"Boleh saya saja yang mengobati Mr. Ricardo?" tanya Milla yang sudah mendekat.

"Tentu saja boleh Milla sayang."

Sam berdiri dan menuju wastafel untuk mencuci tangannya yang berlumuran darah.

"Orang pintar mana yang berani menembakmu?" tanya Steve yang sedang mengambil bir dingin di dalam lemari pendingin milik Vin.

"Kau mau membalaskan dendam ku padanya?" tanya Vin.

"Tidak. Aku ingin memberinya hadiah dan sertifikat."

Jawaban Steve membuat Sam tergelak dalam tawa.

"Sialan. Kau pun sama saja dengan Sam. Dia memuja penembak jalang itu sedari tadi. Bilang keren lah.. Cantiklah.. "

Salah satu alis Steve terangkat mendengar hal itu, "Cantik? Apa itu berarti yang menembakmu adalah perempuan?"

Beberapa orang pegawai Sam memasuki kamar Vin, Sam memerintahkan mereka untuk membersih kamar dan memperbaiki pintu kamar Vin yang rusak akibat ulah Ray.

"Ah tidak. Lebih tepatnya submissive." jawab Vin dengan kesal.

"Apa yang kau sudah lakukan sampai harus mendapat tembakan?"

"Dia meniduri mantan suaminya disini." jawab Sam.

"Diam kau Ricardo." bentak Vin.

"Benarkah? Kau menjilat ludahmu sendiri?" ejek Steve, senyum kecil terbit di bibir seksinya.

"Iya. Aku saksinya. Mereka bercinta diatas meja rias, dan Kenneth menembak nya dari sini. Door... " Sam mempraktikkan itu semua dengan semangat.

Steve mulai tertarik dengan satu nama, "Kenneth?"

"Iya. Kenneth Raymond, teman Bryan Nerithone. Dia yang menembak Vin hingga seperti sekarang."

Steve kembali mengingat wajah Ray yang menatapnya dengan sinis, dan lagi-lagi ia merasa bergairah. Padahal ia hanya membayangkannya saja, bagaimana kalau mereka bertemu lagi? Bisa-bisa Steve langsung menciumnya habis-habisan dan bercinta dengan lelaki itu, tidak peduli mereka berada dimana.

Lelaki yang bernama Kenneth itu ternyata sangat berbahaya. Bukannya takut, Steve justru merasa tertantang ingin menaklukkan Kenneth secepatnya. Ia merasa mendapat lawan yang setimpal kali ini.




Penampilan Ray yang membuat Steve dan Sam terpaku, anjayyyy..

Thanks for reading, I hope your enjoy. Jika ada typo atau salah kata mohon dimaklumkan.


Continue Reading

You'll Also Like

141K 21.7K 31
Berawal dari sebuah kekalahan dan berujung pada sebuah kebenaran yang tidak memiliki sebuah ujung untuk mengakhiri semua nya. Jake seorang Luna yang...
14.5K 2.3K 17
menjadi sosok yang sempurna adalah ke wajiban untuk orang seperti sunghoon. Menurutnya ketidak sempurnaan itu tidak nyata, dan dia tidak menyukainya...
568 97 6
Warn! Heejake || BxB Story! *** Heeseung hanya pergi ke desa tempat Neneknya tinggal, saat musim dingin tiba. Namun siapa sangka, nyatanya dirinya m...
107K 25.8K 16
video spesial dari changbin dan felix setelah tiga tahun mereka berpisah. video!au sequelโ†’ cek di @felbiexโฃ