Feeling Perfect

By diaryalna

2.6M 405K 39.3K

Gimana sih rasanya dijodohin sama cowok ganteng, paham agama, lemah lembut, cintanya tulus banget, tapi tunan... More

PROLOG
BAGIAN 1 : CALON ISTRI
BAGIAN 2 : KELULUSAN
BAGIAN 3 : DIJODOHIN?
BAGIAN 4 : HARI H
BAGIAN 5 : PINDAH RUMAH
BAGIAN 6 : MALAM PERTAMA
BAGIAN 7 : SISI LAIN QIA
BAGIAN 8 : UNGKAPAN CINTA
BAGIAN 9 : PERTEMUAN PERTAMA
BAGIAN 10 : CEMBURU?
BAGIAN 11 : SAKHA MARAH?
BAGIAN 12 : HADIAH DARI SAKHA
BAGIAN 13 : UNDANGAN PESTA
BAGIAN 14 : TELEDOR
BAGIAN 15 : UJIAN MENTAL
BAGIAN 16 : ORANG GILA!
BAGIAN 17 : SUNNAH HARI JUMAT
BAGIAN 18 : IMPIAN
BAGIAN 19 : SAKHA KENAPA?
BAGIAN 20 : PENJELASAN
BAGIAN 21 : MAAF
BAGIAN 22 : HAMIL?!
BAGIAN 23 : KESERUAN
BAGIAN 24 : USTADZ SAKHA
BAGIAN 25 : RAISA NEKAT
BAGIAN 26 : BERITA PERJODOHAN
BAGIAN 27 : BUNUH DIRI?
BAGIAN 28 : PERMAINAN
BAGIAN 29 : KADO PERNIKAHAN
BAGIAN 30 : TEROR?
BAGIAN 31 : DONOR MATA
BAGIAN 32 : HUJAN
BAGIAN 33 : KUE KERING
BAGIAN 34 : KECELAKAAN
BAGIAN 35 : TUGASNYA SELESAI
BAGIAN 36 : JANGAN PERGI
BAGIAN 37 : KENAPA BISA?
BAGIAN 38 : MERASA BERSALAH
BAGIAN 39 : MENGHILANG
BAGIAN 40 : PENYESALAN SESUNGGUHNYA
BAGIAN 41 : SEDEKAT NADI
SPECIAL PART

EPILOG

83.9K 10.2K 3.7K
By diaryalna

Aku sayang kalian semua yang udah baca kisah Sakha-Qia dari awal hingga bagian akhir ini :)

Ambil baiknya, buang buruknya ⚠️

Bismillahirrahmanirrahim.

Epilog
___

"Dek Qia."

"Maafin Mas, ya? Mas tahu Dek Qia terpaksa nerima perjodohan ini."

"Maafin Mas yang belum bisa membahagiakan Dek Qia."

"Maafin Mas yang belum bisa membuat Dek Qia lupa dengan Pak Devan."

"Kalau masih ada waktu, Mas akan perbaiki semuanya."

"Mas akan berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan rumah tangga ini."

"Karena Mas yakin, Dek Qia sebenarnya cinta sama Mas."

"Kalau nanti Mas udah bisa lihat lagi, Mas harap Dek Qia bisa menerima Mas."

Di pojok kamar yang dulunya menjadi milik Sakha dan Qia, gadis itu duduk memeluk lututnya. Lelehan hangat kian deras turun dari ujung matanya. Qia tak henti-hentinya mengulang rekaman yang ia temukan di ponsel Sakha.

Rekaman yang ingin Sakha kirimkan pada gadisnya sejak pertikaian malam itu.

Namun sayangnya, Sakha belum memiliki keberanian. Membuat rekaman suara itu hanya mengendap di sana.

"Mas cuma mau pesan. Dijaga salatnya, ya, jangan ditunda-tunda. Kalau adzan langsung ambil air wudhu."

"Jangan lupa habis salat diusahakan dzikir, terus berdoa, sama baca Al-Qur'an, ya."

"Hafalannya jangan sampai hilang, dipertahankan. Kalau bisa terus bertambah, ya."

"InsyaAllah, Mas akan bantu mengingatkan Dek Qia."

"Mas Sakha cinta sama Dek Qia. Dulu, sekarang, dan selamanya."

"Ana uhibukki fillah, Zaujaty."

Rekaman itu habis. Qia yang merasakan kehadiran Sakha setelah mendengarkan suaranya, langsung menangis sejadi-jadinya. Menundukkan wajahnya sambil memeluk dirinya sendiri.

Sakha pergi begitu cepat meninggalkannya. Pergi disaat lelaki itu sedang mendekapnya.

Kini Qia tak dapat lagi mendengar irama jantung Sakha.

Tak bisa melihat senyum manis yang meneduhkan.

Tak bisa lagi mendengar suara lembut suaminya.

Apalagi mencari ketenangan di pelukan hangat lelaki itu.

Qia hancur dan lemah tanpa Sakha. Sakha adalah lelaki terbaik setelah ayah dan kakaknya. Bahkan lebih baik daripada keduanya.

Sakha ... sama sekali tak pernah menyakitinya.

"Mas Sakha ...." Bibir Qia bergetar menahan isakkan.

"Qia juga cinta sama Mas Sakha," katanya begitu lirih sambil memejamkan mata membayangkan sosok Sakha ada di hadapannya.

"Dek ...."

Qia membuka kelopak matanya dengan perlahan saat suara sang kakak mengalun di telinganya. Lelaki itu duduk di hadapannya sembari mengusap rambut Qia yang tergerai dengan sayang.

"Gimana hasilnya?" tanya Fardan lembut. Menatap kedua bola mata Qia yang menyiratkan kesedihan mendalam.

Fardan memang datang untuk menemani Qia berkemas-kemas. Rencananya, Qia akan pindah kembali ke rumah orang tuanya. Setelah mendengar kabar kematian Sakha, ia langsung mengatur jadwal penerbangan dan meninggalkan tugasnya sejenak.

Karena Fardan tahu, adiknya pasti sangat rapuh. Ia datang untuk menguatkannya.

Qia tak berekspresi mendengar pertanyaan Fardan. Ia menoleh ke samping bawah, mengambil sesuatu yang berada di lantai.

Gadis itu lantas menyodorkan benda kecil dan tipis dengan ukuran panjang tersebut kepada Fardan.

"Garis dua."

Fardan menerimanya. Melihatnya cukup lama berusaha memahami maksudnya. Lelaki itu menengadah memandangi Qia.

"Positif?" tanya Fardan tersenyum, ia tak dapat lagi menyembunyikan ekspresi bahagianya.

Qia mengangguk lemah. Fardan menggeser tubuhnya sampai di sebelah adiknya.

Dengan rasa bahagia yang tiada duanya, ia langsung memeluk Qia. Mengecup kepala sang adik berkali-kali, matanya mulai berkaca-kaca mengetahui kabar gembira.

"Masyaallah tabarakallah ... Kakak seneng banget!"

Fardan berseru sangat gembira. Gembira sekali. Karena sebentar lagi ia akan menjadi seorang paman.

Ternyata dugaan Fardan dan kedua orang tuanya tidak salah. Sehari setelah Sakha pergi untuk selama-lamanya, Qia sering mual-mual. Belum lagi gadis itu sensitif terhadap bau-bau yang menyengat.

Fardan sangat bahagia sampai tidak bisa dilontarkan dengan kata-kata. Namun berbeda dengan Qia. Gadis itu sama sekali tak senang.

Qia memang akan menjadi seorang ibu, tapi tanpa kehadiran Sakha di dekatnya.

"Mas Sakha jahat ...." tangis Qia. Air matanya turun semakin deras.

"Qia ...." panggil Fardan pelan, hatinya tersayat mendengar Qia menangis sesenggukan. Ia semakin mengeratkan pelukannya.

"Mas Sakha harusnya juga denger kabar ini!" Intonasi bicara gadis itu kian naik. Bahunya makin bergetar hebat.

"Mas Sakha gak boleh pergi, Kak!"

"Qia kangen Mas Sakha. Qia kangen ...."

"Qia juga cinta sama Mas Sakha."

Mati-matian, Fardan menahan buliran bening di pelupuk matanya. "Udah, Dek. Kamu harus ikhlas," ingatnya mengusap punggung Qia.

Qia menggeleng kuat. "Nanti siapa yang bangunin Qia buat sholat tahajud, Kak?!"

"Nanti siapa yang ingetin Qia puasa sunnah?!"

"Nanti siapa yang bantu Qia hafalan sama muroja'ah?!"

"Nanti siapa yang koreksi bacaan Qia?!"

Qia tersedu-sedu, ia semakin memelankan suaranya. Memukul dada Fardan tanpa tenaga. "Siapa, Kak? Siapa ...?"

"Gak ada, kan?" lirih Qia dengan hati yang hancur berkeping-keping. 

Fardan mengulum bibirnya menahan tangis. Ia mengecup ubun-ubun sekilas, menenangkan gadis itu.

"Kakak tahu, gak ada yang bisa gantiin posisi Sakha."

"Tapi kamu harus tahu, ada Allah yang selalu ada buat kamu, Dek. Ada Kakak, Bunda, sama Ayah juga."

"Kita lewatin semuanya bareng-bareng, ya. Kamu harus kuat."

"Kamu harus jaga anak itu sebaik-baiknya, Qi."

Fardan dengan sabar mengingatkan Qia bahwa ia dan orang tuanya selalu ada untuk gadis itu. Bahwa Qia tak ada pernah sendirian.

"Mas Sakha jahat, Kak! Dia gak mau tanggung jawab!" Qia kembali meracau, semakin meraung dalam tangisnya.

"Hanya itu satu-satunya kenangan yang kita punya," kata Fardan.

Suara parau Qia, memilukan hati lelaki itu. Ia tak sanggup jika harus mendengarnya terlalu lama.

"Gak usah sedih lagi, ya."

Qia berhenti menangis. Fardan lantas mengendurkan pelukan mereka dan segera menghapus jejak air mata gadis itu.

"Kamu wudhu dulu, biar lebih tenang. Terus lanjut istirahat, kalau gak mau sholat dhuha lagi."

"Nanti Kakak aja yang beresin semuanya," kata Fardan tersenyum.

Fardan merasa lega. Qia mengangguk dan mau menuruti perkataannya. Gadis dengan baju tidur itu lantas melakukan apa yang kakaknya suruh.

***

Seingat Qia, ia belum lama terlelap di tidurnya. Namun entah mengapa, ada seseorang yang membangunkannya. Orang itu menepuk pipinya dengan penuh kasih sayang.

"Dek Qia, bangun yuk!"

Suara itu terdengar mengalun lembut sekali. Suara yang tak asing lagi di telinga Qia. Suara yang selalu membangunkannya saat dini hari tiba.

"Dek Qia."

"Dek ...."

Qia pelan-pelan membuka kelopak matanya saat panggilan itu terdengar terus-menerus. Tatkala selesai mengucek mata, ia terkejut bukan main melihat Sakha ada di depannya.

Kesadaran Qia langsung terkumpul sepenuhnya. Gadis itu terduduk menyamakan posisinya dengan lelaki itu.

"Mas Sakha?" 

Sakha terkekeh geli ketika Qia memekik kaget memanggil namanya.

"Iya, ini Mas."

Qia langsung memeluk Sakha saking rindunya dengan lelaki itu. Sakha membalasnya dengan perasaan senang juga.

"Mas pergi kemana aja?"

"Qia gak lagi mimpi, kan?" tanya Qia melepas pelukan, lalu membingkai wajah suaminya.

"Mas gak kemana-mana, kok."

Sakha tersenyum, membuat hati Qia berbunga-bunga. Qia merasa seperti ada banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya.

"Dek Qia kenapa ninggalin Mas?" tanya Sakha saat Qia melepaskan tangan dari wajahnya.

Qia menggeleng. Ia menunduk kembali dirundung rasa bersalah.

"Qia gak bermaksud ninggalin Mas Sakha."

"Qia minta maaf karena udah nyakitin Mas Sakha."

Sakha menggeleng. "Gak, Dek. Mas paham apa yang Dek Qia rasakan saat itu."

Qia mendongak menatap Sakha kembali. Ia melebarkan senyumnya dan memeluk Sakha lagi.

"Qia cintanya cuma sama Mas Sakha, bukan sama Mas Dev!" tekan Qia sungguh-sungguh.

Qia tak mau kehilangan Sakha. Apapun yang terjadi, Qia harus mempertahankan pernikahan ini.

"Qia udah nerima perjodohan ini dengan ikhlas. Karena Qia udah jatuh cinta sama Mas Sakha."

"Mas juga cinta sama Dek Qia," balas Sakha mengusap lembut kepala istrinya.

Beberapa saat di dalam dekapan itu, Qia baru sadar jika ada keanehan. Qia mencoba mengingatnya. Daripada penasaran dan ingin memastikan, Qia melepaskan pelukan.

Setelah itu Qia langsung menatap kedua bola mata Sakha. Dari sini, Qia baru menyadari kalau sedari tadi ....

"Mas Sakha?"

"Hm?"

Sakha balik menatapnya.

Qia tercekat detik itu juga. Waktu seperti berhenti berjalan.

"Mas Sakha ... udah bisa lihat?"
_____

END.

25 November 2021.

Alhamdullilah, akhirnya bisa ketulis kata 'end'. Seneng banget, asli😭🙏🏻

Makasih banyak buat kalian yang udah ngeramain cerita ini. Tanpa kalian, cerita ini gak ada apa-apanya :)

Komentar kalian untuk cerita ini apa?

Semoga pesan yang ingin disampaikan, bisa tersampaikan dengan baik, ya.

Semoga cerita ini bisa bermanfaat buat siapapun yang membacanya.

Mohon maaf sebesar-besarnya, apabila ada salah kata dalam penyampaian. Semoga apapun akhir cerita ini, kalian bisa menyukainya.

Semoga Allah selalu melindungi kalian dimanapun kalian berada. Aamiin.

JANGAN LUPA IBADAHNYA DIKENCENGIN. SALATNYA DIPERBAIKI, JANGAN DITUNDA-TUNDA, YANG RAJIN BACA AL-QUR'AN, JAGA DIRI SEBAIK-BAIKNYA!

KATANYA MAU DAPET YANG SPEKNYA KAYAK MAS SAKHA?

#nyidirdirisendiri. (Nangis di pojokkan kayak Qia)

Dahlah, intinya aku bakal gamon sih sama cerita ini. Karena gak bakalan ada extra part, lanjutan, sequel, atau apalah itu😭💔

Harapan kalian untuk cerita ini apa?

Oh, ya cuma mau kasih tahu kalau ...

Karakter Mas Sakha terinspirasi dari seseorang di dunia nyata. Sifatnya aja, Mas Sakha-nya tetep FIKSI😤

Karena aku ingin semua orang mengenalnya, makanya aku buat karakter Mas Sakha.

Tapi, bedanya dia masih jomblo😁

Continue Reading

You'll Also Like

41.5K 1.9K 26
"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah." Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan s...
293K 17.6K 48
FOLLOW TERLEBIH DAHULU!! SEBELUM BACA! 📌 Dilarang untuk plagiat karena sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha melihat. kisah ini menceritakan...
120K 9.4K 34
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
4.1M 241K 91
Salwa, gadis polos yang harus terbelenggu di penjara suci karena kesalahannya. Bertemu dengan Gus Galak akan kah membuatnya lebih dewasa? Atau malah...