Langit midgard kini berbeda dari biasanya. langit bagian kiri terlihat berwarna hijau sementara langit bagian kanannya kini berwarna Merah api.
Hal itu membuat semua pemain di Midgard keheranan sekaligus terpesona dengan keindahan langit itu.
Namun, berbeda dengan Fang dan Lena yang kini hanya bisa tersenyum masam ketika melihat dua sosok yang menyebabkan fenomena tersebut.
"Lihatlah apa yang telah kau lakukan pak tua! bukannya mengembalikan kita ke Eslanta, kau malah membuat kekuatan dan tubuh kita terpecah, humph!" Seorang pria berambut hitam panjang, dengan tanda kobaran api di keningnya terlihat memaki-maki kakek tua botak dihadapannya.
"Amitabah, kau seharusnya bisa lebih tenang dari ini Nezha." Pria tua botak itu di sisi lain terlihat cukup tenang menghadapi pria berambut hitam panjang yang ternyata bernama Nezha itu.
"Tenang? Menurutmu aku masih bisa tenang setelah ratusan ribu tahun tak bertemu dengan adikku!?" Aura api segera merembes keluar dari tubuh Nezha, membuat pria botak itu hanya bisa menghela nafas.
"Hah.... Jika kau tidak terbawa nafsu duniawi, dan tidak mencoba untuk menodai adikmu sendiri, mungkin kita tidak akan berada dalam keadaan seperti ini." Pria tua itu terlihat menggelengkan kepalanya pelan.
"Apa salahnya!? Dia adalah adikku! Ah.. Elaine ku yang manis, aku bebas melakukan apa saja padanya bukan? Tapi dia-" ucapan Nezha terhenti, bayangan dimana ia ditatap menjijikkan oleh semua orang membuatnya begitu murka.
"ZE! INI SEMUA KARENA DIRIMU!" Aura api yang menyelimuti tubuhnya tiba-tiba semakin pekat. Bahkan Fang dan Lena yang berada cukup jauh di bawah keduanya, dapat merasakan panasnya aura itu.
______________________________________
Nama: Nezha The Divine of Heavenly Flame (Celestial Boss)
Level:3.000
Hp:???
Defense:???
______________________________________
______________________________________
Nama: Dharma Budha The Divine of Eternal Monk(Celestial Boss)
Level:3.000
Hp:???
Defense:???
____________________________________
"Bahkan tingkatannya telah mencapai Celestial Boss..." Fang disisi lain hanya bisa tersenyum pahit ketika melihat kedua tingkatan dari Boss itu.
"Meskipun begitu, questnya sepertinya sama..." Tatapan Lena kini berada pada panel sistem, yang menunjukkan quest yang harus mereka lakukan untuk menyelamatkan Martha dan Peter.
[Ding!]
[Emergency Quest]
[Quest Burning In The Fire telah terpicu secara otomatis]
______________________________________
[Burning in The Fire]
[Karena terlalu sering meminjam kekuatan dari Divine Of Heavenly Flame, Nezha. Kekuatan itu telah mengambil alih dan menguasai tubuh pemain Peter sepenuhnya.]
[Kalahkan Nezha secepat mungkin, sebelum ia pergi dan meninggalkan dunia ini dalam kobaran api.]
[Reward : Penguasaan sepenuhnya Job The Red Phoenix oleh pemain Peter,???]
[Penalti : Penghapusan akun Pemain Peter.]
______________________________________
[Emergency Quest}
[Quest The Budha Qualification kini telah terpicu secara otomatis.]
______________________________________
[Budha Qualification]
[Karena terlalu sering menggunakan kekuatan Divine of Eternal Monk, tubuh pemain Martha telah dikendalikan dan diambil alih oleh sang biksu.]
[Kalahkan Dharma Budha sesegera mungkin, sebelum ia pergi meninggalkan dunia ini dan mulai menutup mata akan kejahatan yang dilakukan oleh Nezha.]
[Reward : Penguasaan sepenuhnya Job The Nature Sage oleh pemain Martha, ???]
[Penalti : Penghapusan akun Pemain Martha]
______________________________________
"Hah... Sepertinya, kita harus selalu bersiap dan terbiasa pada quest dengan penalti seperti ini kedepannya." Menghela nafas, Fang segera mengeluarkan pedang kayunya yang segera di aliri oleh energi hitam.
Lena di sisi lain juga hanya bisa menggeleng pelan, memang akhir-akhir ini quest yang mereka terima memiliki penalti yang benar-benar akan membuat para pemain manapun akan kesal dengan quest yang secara bertubi-tubi memiliki penalti seperti itu.
"Hah.... Setidaknya beri kami kesempatan untuk membalas dendam." Menghela nafas, gadis bertudung merah itu kemudian mulai bersiap dengan pedang silvernya.
Gazel disisi lain mengerutkan alis didalam cairan daging yang kini membungkus dirinya. Ia tentunya Ingat dengan kondisi langit yang serupa juga terjadi pada video Fang yang mengamuk sewaktu dirasuki Raja Iblis dulu.
Menghancurkan dan memulihkan setengah area event hanya dengan jentikan jari akan membuat siapapun hanya bisa menelan ludah ketika berhadapan dengan sosok yang seperti itu.
Dan sekarang, kini ada dua sosok yang mengubah langit sampai segitunya?
"Seberapa kuat sebenarnya party ini!?" Mengumpat dalam-dalam, ia mulai menyesal telah melawan orang yang salah. Ia kini menyadari jarak antara dirinya dan Fang, sungguh bagaikan langit dan bumi.
Namun, ego dan harga dirinya tentu saja tak akan membuatnya mengakui hal itu. Ia segera menyerang kedua sosok yang saat ini masih berbincang-bincang di langit dari tiga arah yang berbeda, membuat keduanya segera menyadari keberadaannya.
"Aku saat ini sedang kesal dan tak ingin diganggu, dimana sopan santunmu!?"
Serangan tiga arah itu nyatanya tak cukup kuat untuk melawan kedua sosok itu, bahkan ketiga serangan itu berubah menjadi abu sebelum sampai mengenai keduanya.
"Hm? Makhluk dari The Void?" Dharma disisi lain terlihat mengerutkan alis.
Ia segera menatap ketiga sosok makhluk cairan daging di bawahnya dengan dingin, sebelum sebuah jeruji kayu tercipta, memerangkap ketiganya.
"Kau pikir kayu-kayu ini bisa menghentikan ku?" Gazel hanya mendengus pelan, sebelum mulai menyerap kayu yang berada di sekelilingnya.
"Apa? Bagaimana bisa?" Namun sayangnya senyuman kemenangan di wajahnya menghilang ketika menyadari hal itu tak dapat dilakukan.
Dharma sebaliknya tak mengatakan apa-apa, ia hanya menggerakkan tangannya, membuat jeruji-jeruji itu mulai mengeluarkan duri-duri tajam yang dengan cepat membesar dan menusuk makhluk-makhluk itu dari dalam.
"Argh!" Gazel disisi lain mengerang kesakitan.
Ia tak percaya dengan apa yang terjadi dihadapannya, skill yang ia memang simpan untuk saat-saat terdesak seperti ini seharusnya dapat menolongnya untuk keluar dari segala macam permasalahannya.
______________________________________
[Summon : The Void Slime]
[Mengorbankan jiwa-jiwa teman, saudara maupun teman dekat untuk memanggil makhluk bencana yang akan menyerap jiwa fana manapun untuk menjadi lebih kuat.]
[Syarat : dibutuhkan setidaknya 100 jiwa teman terdekat untuk memanggil The Void Slime.]
[The Void slime berasal dari The Void, tempat dimana hukum alam tidak lagi berlaku. Ia kebal terhadap segala macam jenis serangan dan hanya akan menyerap serangan maupun makhluk disekitarnya untuk menjadi lebih kuat.]
[Catatan : Pastikan Hp berada dalam keadaan penuh sebelum memanggil The Void Slime]
[Cost : 99% MP dan Hp]
[Cooldown : 1 bulan]
______________________________________
Ia sebelumnya cukup terkejut dan senang ketika menemukan skill book tersebut diantara drop item yang dijatuhkan oleh seorang pemain berlevel rendah seperti Rendy.
Ia kemudian lansung mempelajari skill tersebut sebelum membunuh pemain malang itu, membuatnya memiliki skill rahasia yang akan ia gunakan disaat terdesak.
Ia awalnya berpikir, bahwa ia dapat menjadi tak terkalahkan ketika ia menggunakan skill itu, namun kali ini ia harus menerima kenyataan pahit ketika melihat skill yang ia bangga-banggakan itu dihancurkan oleh serangan kayu dari sosok pria botak dihadapannya.
Duri-duri itu nyatanya memisahkan tubuhnya dari cairan daging tersebut, membuat ia terhempas menjauh dan menghantam pepohonan rimbun yang tiba-tiba muncul entah darimana.
"Uhuk!" Darah segar keluar dari sudut bibirnya, hp nya kini hanya tersisa kurang dari 1% saja.
+4.000.000.000.000
Angka healing besar muncul di atas kepalanya, membuat Hp barnya kembali ke keadaan penuh.
Ia yang melihat hal itu lagi-lagi mengerutkan alis kebingungan, ia segera menatap pria botak dihadapannya yang kini sedang fokus pada makhluk cairan daging yang berusaha untuk keluar dari sangkar kayu yang dibuat oleh pria botak tersebut.
"Apakah dia menyelamatkanku?" Itulah pertanyaan yang muncul di benak Gazel.
"Haha, apapun itu sepertinya hari ini adalah hari keberuntunganku." Tertawa, ia segera bangkit dari posisi duduknya dan berniat untuk pergi sejauh mungkin dari tempat itu.
"Kau pikir kau mau kemana?"
Sesosok pria berambut hitam tiba-tiba muncul di samping kepalanya, berniat untuk menyabet lehernya menggunakan pedang kayunya.
Ia yang tak sempat untuk bereaksi hanya bisa mengumpat dalam-dalam dan hanya bisa menutup kedua matanya, berharap hal itu dapat mengurangi rasa sakitnya.
"Huh?"
Selang beberapa detik, rasa sakit yang ditunggu tak kunjung tiba. Hal itu membuat ia segera membuka kedua matanya, hanya untuk melihat pedang kayu Fang kini dihalangi oleh sebuah pohon besar yang lagi-lagi muncul entah darimana.
"Mengapa kau masih ingin membunuhnya anak muda? Dia sebelumnya dikendalikan oleh Makhluk terkutuk ini, ia sama sekali tak bersalah." Dharma tiba-tiba muncul dihadapan Fang, membuat pria berambut hitam itu hanya mendecakkan lidah sebelum mengambil jarak dan kini berada di samping Lena.
"Hei, entah mengapa bau kalian terasa tak begitu asing." Nezha disisi lain terlihat mengendus-endus tubuh Fang dan Lena dari jarak jauh, membuatnya menatap kedua pemain itu dengan mata menyipit.
"Begitu, sepertinya makhluk kegelapan seperti kalian memang hanya bisa membawa kehancuran." Pria botak itu kini menatap keduanya dengan dingin membuat Fang juga menatapnya dengan tatapan yang sama.