Dělísa On - Going (Tahap Revi...

By Author_cantikk

1.8K 1.2K 1.5K

WAJIB FOLLOW DULU SEBELUM BACA !! DILARANG PLAGIAT!!! DILARANG BACA UNTUK PLAGIAT!!! PLAGIAT? SAYA TERROR... More

Bab 01. Awal dari penderitaan
Bab 02. Bermain dengan Arka
Bab 03. Anakku Hanya Delima
Bab 04. Awal Pertemuan
Bab 05. Perpisahan Sementara
Bab 06. Hukuman
Bab 07. Delima Kecelakaan (1)
Bab 08. Delima Kecelakaan (2)
Bab 09. Delima Kecelakaan (3)
Bab 10. Delima Koma
Bab 11. Ayah, Delisa Ingin Mati
Bab 12. Delisa Gadis Yang Ku Cari?
Bab 13. Arka Cemburu?
Bab 15. Hukuman Untuk Delisa
Bab 16. I'm fine
Bab 17. Keseriusan Arka
(♡ CAST PART 01 ♡)
Bab 18. Bersekolah
Bab 19. Kaila siapanya Arka?
Bab 20. Aku si buruk rupa

Bab 14. Ayah Tidak Membenciku?

71 56 24
By Author_cantikk

Ayah tidak membenciku?
.
.

Ayah, jangan membuatku bingung. Kamu membenciku bukan? Lantas kenapa kamu membelaku? Aku bingung, kamu benci padaku atau tidak?
- Delisa

---------------------------------------------

"Ayok, naik," ajak Arka. Delisa mengangguk dan mulai menaiki motor milik Arka.

Saat sudah duduk dimotor, Delisa hendak berpegangan pada baju Arka. Namun, Arka melepas pegangan Delisa, dan mengarahkan nya pada perutnya.

Posisinya seperti, Delisa memeluk Arka dari belakang. Semburat merah muncul dipipi Delisa yang cantik. Delisa juga merasakan detak jantung nya berpacu dengan sangat cepat.

Duh, nih jantung bisa gak si, jangan deg deg an gitu rutuk Delisa dalam hati.

Tanpa disadari Delisa, Arka tersenyum dibalik helm nya. Selama ini, Arka jarang tersenyum kepada semua orang. Mungkin kalau Arka membuka helm nya dan tersenyum. Pasti gadis gadis yang melihatnya akan is dead.

Eh salah, maksudnya pingsan gitu, bukan is dead. Gawat dong kalau is dead, nanti bakal jadi drama indosiar yang berjudul "Senyumanku, membuat seluruh gadis meninggoy". Drama piring terbang ya? Eh? Piring terbang apa ikan terbang?

Arka lalu menjalankan motornya. Dan pergi menuju rumah Delisa.

****************

Sesampainya mereka dirumah Delisa, Delisa lalu turun dari motor.

Ia lalu berbalik arah dan menatap Arka. Delisa sambil tersenyum manis. "Makasih ya, sudah mau anterin gue,"

Seketika Arka mematung, ia terpesona dengan senyuman milik Delisa. Sampai ia tak kedengeran dengan perkataan Delisa tadi.

"Ka?" untungnya pertanyaan Delisa, membuat Arka tersadar. Arka lalu salah tingkah, sambil mengarahkan pandangannya kearah lain.

"Eumm... Iya, sama sama. Lo beneran sampe sini saja? Gak suruh gue masuk dulu gitu? Gue tamu loh," canda Arka.

"Gak usah deh, ayah gue lagi ada dirumah. Nanti saja deh, lain kali ya?" jawab Delisa polos. Delisa tak tahu, kalau ucapan Arka yang tadi hanyalah candaan belaka.

"Lo serius, Sa? Padahal tadi gue cuma bercanda,"

"Iya, gue serius,"

"Oke deh, nanti gue datang lagi, gue pulang dulu ya," ujar Arka sambil berpamitan pada Delisa.

"Iya, Arka. Hati hati dijalan ya," balas Delisa masih dengan senyumnya.

"Iya sayang," Delisa membeku saat Arka memanggilnya 'sayang'. Bahkan ia tak menyadari, kalau pipinya dikecup oleh Arka.

"Cup" Suara kecupan itu terdengar jelas. Namun, Delisa tak juga tersadar. Arka tersenyum, lalu ia mendekatkan bibirnya ke telinga Delisa.

Arka mulai membisikkan sesuatu ditelinga Delisa. "Sayang," bisik Arka dengan suara yang dalam.

Setelah mendengar suara yang dalam milik Arka, Delisa tersadar. "Ah iya, kenapa Ka?" tanya Delisa.

Arka tak menjawab, tapi ia tersenyum. Delisa mengernyitkan dahinya bingung. Lalu Arka mendekatkan wajahnya dengan wajah Delisa. Delisa dapat merasakan nafas hangat milik Arka. Nafas Arka yang membuat bulu kuduk nya berdiri.

Arka semakin mendekat, sontak Delisa menutup matanya saat wajah Arka semakin dekat. Arka tersenyum lagi saat melihat Delisa menutup matanya. Lalu Arka mendekatkan bibirnya dengan bibir milik Delisa. Saat bibir keduanya sudah bertemu, tidak ada ciuman atau apapun. Hanya kecupan singkat yang Arka berikan.

Saat kecupan itu dirasa cukup bagi Arka. Arka lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Delisa. Dan membiarkan Delisa bernafas dahulu.

Saat Arka menjauhkan wajahnya dari wajah Delisa. Delisa yang tadi menutup matanya, akhirnya membuka kembali matanya. Ia hanya merasakan bibir yang dingin milik Arka menempel pada bibirnya. Jadi? Arka hanya mengecup ku saja? Bukan menciumku? Aish, apa yang aku fikirkan. Apakah aku mengharapkan untuk dicium oleh Arka? Gumam Delisa dalam hati, sambil merutuki dirinya berharap akan dicium oleh Arka.

Arka melihat Delisa melamun sambil memukul kepalanya sendiri. Lalu ia menahan tangan Delisa yang hendak memukul kepalanya. "Kenapa? Kenapa mukul kepala sendiri?" tanya Arka sambil menahan tangan Delisa

"Engga, engga apa apa kok," balas Delisa dengan tersenyum palsu. Lalu Delisa kembali mengingat kejadian tadi, saat Arka mengecup bibirnya. Semburat merah muncul dikedua pipinya yang cantik.

Arka terkekeh, ia juga tahu kalau gadis didepannya pasti mengingat kembali kejadian tadi. Ia juga melihat wajah gadis didepannya memerah bak tomat matang. Gadisnya ini sangat menggemaskan bagi dirinya. Eh... Tunggu, gadisnya? Sejak kapan Arka mengklaim Delisa sebagai gadisnya? Padahal Arka belum menjedor Delisa dan Delisa pun belum menjawabnya.

Arka mendekatkan wajahnya lagi di telinga Delisa. Dan lalu membisikkan sesuatu. "Kenapa hm? Mau gue cium lagi?" tanya Arka sambil membisik.

Pipi Delisa bertambah merah, saat Arka membisikkan kata itu. Di satu sisi, Delisa memang ingin dicium lagi oleh Arka. Tetapi, sisi yang lainnya menolak ajakan Arka tadi.

"E-engga kok. Dihh, kegeeran lo,"

"Gue kegeeran?"

"Iyalah. Kan gak mungkin gue,"

"Masa si? Terus tadi siapa ya, yang pipinya merah?" tanya Arka yang membuat Delisa mengarahkan pandangannya kearah lain. Ia malu harus menjawab apa.

"Y-ya mana gue tau,"

"Ohh... Lo gak tau ya? Bukannya tadi lo ya yang blushing?" tanya Arka lagi dengan sedikit godaan kepada Delisa.

"Arka," rengek Delisa saat Arka menggodanya.

"Apa sayang?" tanya Arka dengan  watadosnya.

"Ihh, lo ngeselin," jawab Delisa kesal.

"Ciee, blushing. Ciee, salting nih ye?" goda Arka lagi.

"Arka! Ngeselin lo!" omel Delisa bertambah kesal, karena Arka menggodanya lagi.

"Hahahahaha...." Tawa Arka pecah, saat melihat wajah marah milik Delisa. Wajahnya merah menahan marah. Tapi menurutnya, Delisa saat marah itu sangat menggemaskan, ia jadi ingin menggodanya lagi dan lagi.

"Udah ah. Lo balik aja sana," ujar Delisa sebal, saat Arka mentertawakan dirinya.

"Sorry... Sorry. Habisnya lo gemesin si. Jangan terlalu gemesin, nanti gue karungin mau?" ucap Arka sambil bercanda sedikit.

"Idih, gak, gue gak mau. Emangnya gue apaan sampe dikarungin gitu," jawab Delisa.

"Yaudah, gue pulang dulu ya. Kalau butuh sesuatu, kabarin gue aja," pamit Arka disertai pesan untuk Delisa. Delisa hanya mengangguk saja. Daripada berdebat dengan Arka, lebih baik ia mengalah dulu.

Arka lalu mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Delisa. Dan ia lalu mengelus rambut Delisa dengan lembut. Beberapa detik setelah mengelus rambut Delisa, Arka lalu menaiki motor miliknya dan pergi meninggalkan kediaman rumah Delisa.

Saat dirasa Arka sudah jauh dari rumahnya. Delisa pun masuk ke dalam rumahnya. Saat diruang tamu, ia bertemu dengan bi Ijah. Lalu menghampiri bi Ijah dan menepuk bahunya pelan.

"Bi," panggil Delisa. Bi Ijah menoleh saat mendengar ada yang memanggilnya.

"Eh? Non Delisa?" tanya bi Ijah saat mendapati Delisa berada didepannya, dan memanggilnya tadi.

"Iya bi, ayah mencariku kan?"

"Iya non. Maafkan bibi ya, gara gara bibi, nona harus diomelin sama tuan besar, dan nyonya besar," jawab Bi Ijah disertai permintaan maaf. Karena dirinya, nonanya harus menerima omelan dari tuan besarnya dan juga nyonya besarnya.

"Tidak apa apa bi. Ini juga salah Delisa. Ayah melarang Delisa keluar, dan sekarang Delisa malah melanggarnya. Jadi ini bukan kesalahan bibi," balas Delisa dengan senyumnya yang tak lepas diwajahnya.

"Hati nona ini terbuat dari apa? Nona Delisa ini seperti seorang malaikat. Mungkin nona memang malaikat yang menyamar menjadi manusia biasa," ujar bi Ijah.

Delisa tertawa kecil. Ia merasa lucu akibat goyanan milik bi Ijah. Dirinya malaikat? Ah, tidak mungkin. Dirinya hanya manusia biasa yang banyak dosa.

"Mana mungkin bi. Delisa ini, murni manusia biasa. Bukan seorang malaikat, apalagi menyamar menjadi manusia biasa," jawab Delisa.

"Bisa jadi juga. Tapi, nona ini hatinya memang seperti malaikat," balas bi Ijah.

"Ah sudahlah. Oh iya, ayah dimana?"

"Tuan besar? Ia sedang mengobrol dikamar bersama nyonya besar,"

"Dikamar? Mengobrol berdua dengan nenek?"

"Iya non,"

"Mereka membicarakan apa bi?" tanya Delisa lagi.

"Kalau itu, bi Ijah juga tidak tahu. Bi Ijah tidak seberani itu mau mengintip pembicaraan mereka. Bi Ijah, masih sayang pekerjaan non," jawab bi Ijah.

"Ah, begitu ya bi. Yasudah Delisa ke kamar dulu ya bi," pamit Delisa dan meninggalkan bi Ijah.

****************

Saat Delisa hendak menuju kearah kamarnya. Delisa mendengar perdebatan dua orang berbeda jenis, di sebuah ruangan. Delisa lalu mendekat kearah ruangan itu, dan ia lalu mengintip di ruangan itu. Delisa melihat, ayah serta neneknya berdebat tentang, yang Delisa sendiri tidak tahu.

"Bu, Delisa tidak bersalah," Delisa semakin penasaran. Apalagi tadi ayahnya menyebut namanya.

"Apa maksudnya tidak bersalah? Dia yang telah menyebabkan Delima kecelakaan,"

"Aku tahu, bu. Tapi, disini Delisa juga korban. Target mobil itu adalah Delisa, namun yang tertabrak adalah Delima,"

"Kenapa harus Delima yang tertabrak? Kenapa tidak membiarkan Delisa saja yang tertabrak?"

"Bu! Ibu, kenapa bicaranya begitu? Aku tak mungkin membiarkan itu terjadi!"

"Kenapa? Kenapa kamu membela Delisa? Apa kamu tak peduli pada Delima? Delima juga anakmu, Joshua!"

"Ya! Delima memang anakku! Tetapi, Delisa juga anakku! Mereka berdua itu anakku! Bukan hanya Delima saja,"

"Anakmu? Aku tak ingin, mempunyai cucu yang cacat dan penyakitan,"

"Delisa tidak cacat. Dia hanya lebih lemah dibandingkan orang lain,"

"Terserah padamu. Sekarang anak itu juga belum pulang kan? Dia lupa dengan peraturan itu? Dia ingin melanggarnya, begitu?"

"Bu! Biarlah Delisa bermain sebentar diluar. Sedari kecil, ia selalu dikurung didalam rumah. Ia bukan seekor burung yang akan dikurung didalam sangkar saja,"

"Pokoknya aku tak peduli. Kalau dia pulang, kamu harus menghukumnya! Aku sudah membawakan algojo terbaik untukmu. Aku tahu, kalau kamu pasti tak akan tega menghukum Delisa, dengan tanganmu sendiri. Jadi, aku sudah perintahkan algojo, untuk menghukum Delisa,"

"Bu, ayolah. Delisa masih kecil, ia hanya melakukan kesalahan. Kenapa ia harus dihukum? Aku tak tega melihat, seluruh tubuhnya di penuhi oleh luka cambukan,"

"Aku tak peduli. Mau dia terluka, berdarah, pingsan atau bahkan mati. Aku takkan peduli padanya,"

Deg! Apa ini? Kenapa nenek tahu tentang peraturan itu? Apa jangan jangan, peraturan itu nenek yang buat? Jadi selama ini, ayah hanya mematuhi semua perkataan dari nenek? Begitulah isi kepala Delisa. Delisa masih beradu pendapat dikepalanya. Ia merasa bingung, heran dan lain sebagainya.

Delisa merasa ini seperti sebuah teori. Sebenarnya, ayahnya memang membencinya atau tidak? Itulah yang ada dibenak Delisa sedari tadi.

Lamunannya terbuyar, saat mendengar suara langkah kaki kian mendekat kearah pintu. Delisa lalu bergegas menjauh dari pintu itu dan masuk kedalam kamarnya. Ia melihat, neneknya keluar dari ruangan itu. Meninggalkan ayahnya sendiri disana.

Sebelum pergi, ia melihat ayahnya berbicara sendiri. "Delisa, maafkan ayah," Itulah yang diucapkan oleh ayahnya. Ayahnya meminta maaf pada dirinya. Minta maaf? Untuk apa? Gumam Delisa.

"Maaf, Delisa. Ayah tak bisa melindungimu. Kalau nenekmu tahu, ayah melindungimu. Ia akan semakin gencar untuk membunuhmu. Maaf, maafkan ayah, Delisa," Setelah mendengar setiap perkataan ayahnya. Delisa mematung, ia merasa bingung sekarang.

Ia tak tahu harus merasa bahagia atau sedih. Apakah ia harus bahagia? Karena ayahnya telah meminta maaf padanya, walaupun bukan secara langsung. Ataukah ia harus merasa sedih? Karena ayahnya hanya berpura pura?.

Sang ayah lalu keluar dari ruangan itu. Dan Delisa mendengar suara langkah kaki ayahnya, hendak menuju kamarnya.

"Delisa," panggil ayahnya. Delisa lalu bangkit dan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa yah?" tanya Delisa takut.

"Kemana saja kamu? Kamu keluar sedari sore, dan baru pulang jam 8 malam?" tanya balik ayahnya. Delisa tergagap, ia bingung harus menjawab apa.

"D -Delisa h-habis m-main y-ah,"

"Main? Kamu lupa peraturan itu?"

"Engga yah, Delisa gak lupa,"

"Lalu? Kenapa kamu melanggarnya, Delisa!" bentak sang ayah yang membuat Delisa terperanjat kaget.

"Maaf, maafkan Delisa yah," pinta Delisa sambil menunduk takut. Ia takut dan tak berani untuk menatap mata ayahnya.

"Maaf? Kamu tahu, kalau kamu melanggarnya berarti kamu siap dihukum, benar begitu kan?" tanya ayahnya lagi.

Delisa mengangguk. "Iya yah," Delisa membenarkan pertanyaan ayahnya tadi.

"Kemari, ikut ayah," Ayahnya lalu menarik paksa tangan Delisa. Dan membawa Delisa ke sebuah ruangan.

Bersambung...


ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ


Haii, ketemu lagi dengan saya sang author. Gimana seru ga ceritanya?

Maaf ya kalau di chapter ini sedikit, saya lagi sakit dan pusing juga, jadi saya gak bisa maksain buat yang banyak.

Mau membaca chapter berikutnya? Vote, like serta comment dulu dong.

Nanti kalau banyak vote, like sama comment nya saya lanjutin ceritanya.

Sampai jumpa di chapter berikutnya👋🏻☺️.

Jangan copas novel ini, ini murni hasil buatan saya sendiri!!!

Continue Reading

You'll Also Like

422K 22.6K 72
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
327K 25.5K 24
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
3.9M 308K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
690K 32.3K 47
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...