Pria Misterius (Tamat)

By Hikmahmutiah01

9.9K 907 27

Soraya Aufarina, gadis berusia 24 tahun yang bekerja disebuah kantor majalah yang ada dikotanya. diusianya ya... More

Berita Baru
Perkenalan Tokoh
Perjodohan
Alasan Rita
Sebastian Nugroho
Pria Misterius
Pantai
Penolong
Suami Kamu
Kerja Rodi
Surabaya
Pameran
Gaun Pengantin
Kesepakatan
Baby Girl
Bertemu
Perjanjian Batal
Belajar Mencintai
Pulang
Kembali ke Kantor
Jemputan
Menginap
Di Bully
Sabar Ya...
Memilih Gaun
Pertunangan
Mengingat
Posesif
Turing
I Love You
Masa Lalu (1)
Masa Lalu (2)
Tragedi
Mencari Bukti
Malam Pertama Berlanjut
Penyerahan Bukti
Cemburu
Gedung Kosong
Bertempur
Rumah Sakit
Ending

Danau

168 16 0
By Hikmahmutiah01

Bagian cerita selanjutnya akan menceritakan kehidupan yang terjadi di masa lalu. Jadi untuk kehidupan setelah Raya menikah akan dilanjut nanti setelah cerita masa lalu selesai. Kuy... simak ceritanya.

~

~~~~~~~~~~~~♡♡♡♡♡~~~~~~~~~~~~

Setelah pertemuan pertama dengan Aufa. Dafi selalu melewati sekolah SMA itu hanya untuk melihat Aufa. Ia selalu mengikuti Aufa kemanapun ia pergi.

Sampai suatu hari, Aufa dengan kedua temannya Sela dan Naila, Mereka pergi ke Danau yang dekat dengan sekolah SMA mereka. Aufa membawa kamera dan memotret semua obyek yang menurutnya menarik. Dafi mengikuti mereka kemanapun. Khususnya mengikuti Aufa.

"Au... gue sama Naila mau naik perahu itu. Lo mau ikut nggak..??" Ajak Sela pada Aufa.

"Boleh... ayok.."

Mereka bertiga pun menuju tempat pemberhentian perahu bebek itu.

"Bang... kita mau naik perahu itu.." kata Sela pada penjaga perahu itu.

"Boleh neng. Tapi 1 perahu cuma bisa untuk 2 orang saja." Jawab abang penjaga melihat mereka ada 3 orang.

"Aduh... gimana nih sel... kita kan bertiga." Protes Naila.

"Yaudah... kalian aja berdua. Gue nunggu disini.." ucap Aufa menengahi.

"Yaaah Au... jangan ngambek gitu dong.." bujuk Naila pada Aufa. Padahal Aufa tidak ngambek, ia hanya mengalah tapi dasarnya Naila orangnya sensitifan, jadi ia mungkin merasanya Aufa sedang merajuk.

"Mana ada gue ngambek, kaya anak kecil aja. Udah sana naik...." ucap Aufa mendorong Sela dan Naila.

"Lo beneran nggak apa apa kita tinggal Au..??" Tanya Sela memastikan.

Aufa tersenyum lebar "bener dong. Udah sana.." usir Aufa lagi pada kedua temannya.

Setelah Sela dan Naila naik perahu, Aufa duduk menunggu mereka sambil memotret perahu mereka.

"Neng..." seseorang membuyarkan konsentrasi Aufa yang sedang asyik memotret kedua sahabatnya. Segara Aufa menengok keasal suara.

"Kenapa bang..??" Tanya Aufa bingung melihat abang penjaga perahu itu mendekatinya.

"Itu ada yang mau naek perahu, tapi dia cuma sendirian. Neng mau sekalian naik perahunya..??" Tawari si abang penjaga.

Dengan senang hati Aufa menganggukkan kepalanya semangat "boleh bang.." ucap Aufa, kemudian ia berjalan mendekat kearah orang yang akan naik perahu itu.

"Misi mas... masnya yang mau naik perahu ini..?? (Pria itu mengangguk) sama gue ya mas...??" ucap Aufa seolah meminta izin.

"Iya... silahkan anda naik lebih dulu.." kata pria itu. Wajahnya memang tampan dan terawat, dia pasti orang kaya, namun sayang wajah itu terlihat dingin, membuat ia terlihat seperti seorang mafia saja.

"Iya..." kemudian Aufa mulai menaiki perahu itu dibantu oleh Pria itu. Dengan telaten pria itu memegang tangan Aufa agar tidak terjatuh.

Setelah pria itu naik keperahu, mereka mulai mengayuh perahunya. Awalnya Aufa merinding. Ia menutup matanya dan mencengkram dengan erat punggung tangan pria disebelahnya, tak terasa sampai tangan si pria itu berdarah, kemudian si pria membalikkan tangannya untuk memudahkan Aufa memegang erat tangannya, ia juga memegang erat tangan Aufa. Pria itu seolah menikamati cengkraman erat dari Aufa.

Anehnya jantung Aufa mulai stabil dan ia tidak merasa ketakutan lagi, Aufa membuka matanya dan melihat tangannya masih menggenggam erat tangan si pria. Segera ia melepaskan genggaman tangannya pada si pria dan meminta maaf padanya.

"Maaf... gue tadi belum terbiasa.." ucap Aufa tulus.

Pria itu tak menjawabnya. Ia hanya diam saja. Aufa melihat punggung tangan pria itu berdarah, ia jadi merasa bersalah karna hal tadi. "Maaf ya mas. Itu tangannya jadi berdarah karna gue tadi. Oh ya... gue bawa hansaplast di tas, sebentar." Ucap Aufa kemudian ia mengambil hansaplast itu dan memakaikannya di punggung tangan si pria yang terluka tadi.

Setelah selesai memakaikan hansaplast itu. Aufa mengambil kameranya kembali dan memotret beberapa obyek yang menurutnya menarik. Tak sengaja pandangannya tertuju kepada wajah si pria. Aufa seolah mengenali wajah pria itu. Tapi ia tidak bisa menemukan kejadian dimana ia pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya.

Dafi membuka hoodie yang menutupi kepalanya. Ia melihat kearah Aufa yang kini sedang menatapnya heran. Pandangan mereka bertemu dan tak ada satupun dari mereka yang mau besuara. Hanya mata mereka yang berbicara.

Dafi tersenyum kearah Aufa untuk menetralkan kerja jantungnya. Aufa yang mendapat respon positif dari pria yang bersamanya itu juga tersenyum.

"Kamu suka memotret..??" Tanya Dafi pada Aufa.

Aufa tersenyum "iya... bagi gue memotret adalah kegiatan yang menyenangkan, kita bisa mengabadikan momen momen yang lucu, asyik, menarik dan yang lainnya. Kalau lo...?? Suka memotret juga apa nggak..??" Tanya Aufa mulai menikmati percakapan mereka.

"Saya tidak suka memotret, namun akhir akhir ini ada sesuatu yang membuat saya selalu ingin memotret. " jawab Dafi jujur sambil menatap Aufa penuh arti.

"Benarkah...?? Apa itu yang membuat lo jadi ingin memotret selalu..??" Tanya Aufa penasaran. Pasalnya Aufa memotret karna memang ia suka, bukan karna sesuatu.

Dafi hanya tersenyum mendengar pertanyaan Aufa. "Karna kamu lebih menarik dari apapun..." jawab Dafi dalam hati.

Tak ada jawaban dari Dafi dan tidak ada pula suara dari Aufa lagi. Kini Aufa sedang fokus kembali untuk memotret setiap obyek yang terjangkau oleh matanya.

Tak terasa mereka sudah kembali ketempat semula. Sela dan Naila juga sudah menunggu Aufa dari tadi.

Dafi lebih dulu keluar dari perahu itu kemudian ia membantu Aufa untuk keluar dari perahu itu juga.

"Siapa...?" Tanya Sela pada Aufa sambil melihat kearah Dafi.

Aufa mengangkat kedua bahunya "nggak tau..." jawab Aufa enteng.

"Ini bang bayarnya..." ucap Aufa yang hendak membayar perahu tadi.

"Tidak usah neng, udah di bayar sama orang tadi.." jawab abang penjaga perahu.

"Ah... yang bener bang..??" Tanya Aufa ragu.

"Bener neng.." jawab penjaga itu lagi kemudian ia pergi untuk menawarkan kembali pada para pengunjung lain.

"Cieeee... yang dibayarin sama pacar... bilang aja tadi pacar lo kan..?? kelihatan banget kali kalau kalian itu pacaran.. makanya tadi gue tanya buat mastiin. Eh lo nggak mau jawab jujur..." goda Sela pada Aufa.

"Hah...?? Pacar...?? Orang gue kenal dia aja enggak kok. Kebetulan aja dia mau naik perahu itu trus nggak ada temennya, makanya gue mau aja ikut. Gue kan juga mau naik tapi cuma sendirian..."jawab Aufa jujur.

"Tuh kan...?? Aufa itu ngambek Sel.." ucap Naila yang masih saja baper salah pemahaman dengan kata kata Aufa tadi.

"Aduh...!!! Capek gue..!!!" Ucap Aufa tak percaya. Ia menepuk jidadnya sendiri karna pusing melihat kelakuan Naila.

"Dasar dodol...!! Bukan gitu maksud Aufa. Udahlah... gue jelasin juga lo pasti mikirnya sama aja..." sewot Sela pada Naila.

"Kok gitu...??" Tanya Naila

"Tau akh..." Aufa dan Sela sudah berjalan keluar danau. Mereka hendak menunggu jemputan mereka masing masing.

Dafi masih mengikuti Aufa kemanapun. Sampai Aufa hanya menunggu sendirian lagi karna teman temannya sudah di jemput semua. Ia hendak menawarkan tumpangan untuk Aufa. Namun Galang entah dari mana, ia berhenti didepan Aufa dan menawarkan tumpangan untuk Aufa.

"Nggak usah bang... gue lagi nunggu jemputan gue..." samar samar Dafi mendengar Aufa menolak tawaran Galang. Tiba tiba saja senyumnya mengembang.

Namun tak berlangsung lama, senyum itu kembali memudar tatkala pria yang kemarin menjemput Aufa. Ia sekarang menjemput Aufa kembali.

"Apa benar dia pacarnya Aufa...?" Tanya Dafi lirih. Tak butuh waktu lama, Dafi langsung mengikuti Aufa dan pria itu pergi. Entah kemana pria itu akan membawa Aufa. Dafi masih setia mengikuti mereka.

Continue Reading

You'll Also Like

68.8K 3K 51
COMPLETED #3 in Goddess #2 in word #4 in Vs {1 April 2020} #2 in Demon {8 April 2020} Haruskah melawan takdir yang telah di tentukan atau pasrah den...
4.1M 266K 81
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...
62K 3.2K 28
[Cerita ini dibuat pada tahun 2017 (i was 17) jadi maklumi apabila bahasa, diksi, penataan, dll nya belum bagus dan beda dengan sekarang.] Sebesar ap...
5K 879 8
Warning! Bahasa kasar bertebaran. "Bajingan! Aku benar-benar seperti di dalam Novel." Perjalanan panjang Cale masih berlanjut dan hampir tidak pernah...