Tied The Knot

By amoirakin

1.1K 158 23

Pernikahan tanpa cinta yang terjadi antara dua insan manusia ini yang harus mereka hadapi. Terlahir dari kelu... More

BAB 01
Bab 03
Bab 04

BAB 02

203 39 1
By amoirakin

Joan Company, Seoul.

"Tuan Jeon ingin bertemu dengan anda, sir." Lelaki itu menoleh kepada orang yang baru saja mengeluarkan suaranya itu. Melihat lelaki bertubuh tegap memasuki ruangan-nya saat ini, sembari membawa beberapa berkas yang ada ditangannya itu. Wonwoo mengernyit heran, ia tidak ingat bahwa memiliki janji temu dengan ayahnya siang ini. Apakah ia lupa?

"Apakah aku memiliki janji dengannya hari ini?"

"Tidak, sir."

"Lalu kenapa tiba-tiba dia ingin bertemu denganku?" Pertanyaan yang dijawab dengan keheningan itu menjelaskan semuanya. Sang asisten juga tidak tau maksud dan tujuan pertemuan mendadak dari ayahnya ini, yang bisa ia simpulkan bahwa ada hal penting yang ingin disampaikan ayahnya.

"Apakah aku ada janji siang ini? Kalau ada, batalkan saja!"

Permintaan sang boss tentu adalah ucapan mutlak yang harus ia patuhi. Ia hanya bisa mengangguk guna menyetujui permintaan boss-nya itu. Jadwal yang memang sudah padat membuat ia harus memutar otak untuk mengatur kembali jadwal-jadwal ini. Menyusun pertemuan penting berikutnya yang harus dihadiri Wonwoo. "Tetapi anda memiliki jadwal meeting pagi ini Tuan. Anda tau meeting ini sudah anda tunda kemarin dan anda harus menghadirinya kali ini."

Perkataan sang asisten pribadi yang mencakup menjadi sekretarisnya itu, membuat Wonwoo menatapnya singkat. Kemudian menatap layar komputernya yang menyala, jari-jarinya bergerak liar di atas keyboard komputer itu. Menatap lama sesuatu yang berada di layar tersebut yang membuatnya hampir kehilangan fokus apabila sekretarisnya tidak memanggil namanya.

"Hmm"

Lee Seokmin - sang asisten - mengangguk paham dan menulis sesuatu di ipad miliknya. Kemudian pamit untuk mengundurkan diri dari ruangan itu, tak lupa ia menyerahkan berkas-berkas yang ada ditangannya sejak tadi dan kemudian meninggalkan Wonwoo yang masih asyik melihat komputernya. Pandangan Wonwoo masih tidak beralih dari layar komputernya. Tampak ia seperti menggumamkan sesuatu, kemudian mematikan komputernya dan mulai memberikan perhatian kepada berkas-berkas yang diberikan kepadanya tadi. Membuka berkas-berkas itu, membacanya dengan seksama dan kemudian membolak-baliknya memastikan hal yang ia lihat itu benar. Wonwoo menggeram pelan ketika meneliti apa yang tertulis di dalam itu.

Mengambil ponselnya dan mulai melakukan panggilan, yang langsung diangkat oleh orang di seberang sana. "Ke ruangan ku sekarang juga!"

Tak lama bunyi ketukan pintu terdengar dan terbuka, seorang pria memasuki ruangan yang belum lama ia tinggalkan itu. Wonwoo menatapnya tajam meminta penjelasan. Seolah paham dengan arti tatapan itu, Lee Seokmin membuka mulutnya menjelaskan, "Seperti yang anda lihat ada beberapa hal yang janggal dengan laporan keuangan itu. Saya sudah memeriksanya terlebih dahulu dan benar saja ada beberapa oknum yang sepertinya sengaja ingin bermain dengan anda."

Wonwoo menghela napasnya kasar. Bajingan kecil mana yang ingin menantangnya. Apakah tidak cukup dengan perubahan besar yang ia lakukan dahulu untuk menakuti mereka semua? Sepertinya masih ada yang ingin melihatnya melakukan hal lebih. "Sejak kapan kau tau?"

"Saya sudah merasa janggal seminggu yang lalu, tetapi karena anda sangat sibuk saat ini saya melakukan pencarian terlebih dahulu. Dan ketika sudah yakin baru saya memberitahu kan kepada anda."

"Apakah ada yang sudah tau tentang ini?"

"Tidak. Seperti kemauan anda, saya pasti akan menyelesaikan hal seperti ini dengan tenang. Apakah anda ingin membawa masalah ini kepada polisi?"

"Ya. Sesuai kemauanku tadi, selesaikan dengan tenang. Aku tidak ingin hanya karena para tikus kecil ini para investor menodong pertanyaan yang tidak penting nanti. Dan-"

"-lakukan meeting sekarang juga! Aku tidak mau diganggu siang ini."

Kemudian Seokmin berlalu keluar ruangan itu, lagi. Meminta semua orang yang telibat dalam pertemuan hari ini untuk memasuki ruangan secepatnya. Seokmin berdoa agar orang yang melakukan presentasi hari ini tidak melakukan kesalahan. Karena boss-nya terlihat siap menerkam siapapun sekarang juga.

***

Dengan langkah kesal-nya Wonwoo keluar dari ruangan meeting itu. Kenapa hari ini tidak ada yang berjalan dengan baik. Apakah orang-orang itu terlalu bodoh hanya untuk menjawab satu pertanyaan darinya? Kalau tau akan seperti tadi ia tidak perlu memikirkan meeting hari ini, tolak saja sekalian kerja samanya. Mood Wonwoo benar-benar dibuat hancur hari ini.

Ketika Wonwoo membuka pintu ruangannya, tampak seseorang sedang duduk di sofa yang tersedia. Wonwoo ingat bahwa ia memiliki janji siang ini dengan ayahnya. Baru saja ia ingin membatalkan janjinya dengan sang ayah hari ini. Tetapi, seperti bisa membaca pikirannya, ayahnya itu sudah datang terlebih dahulu tidak memberikan Wonwoo kesempatan. Wonwoo melangkah mendekati ayahnya kemudian duduk di sofa yang berhadapan.

"Sudah jam makan siang, Papa sudah makan?"

"Belum. Aku berencana ingin mengajak mu makan siang bersama. Bagaimana?"

"Baiklah."

Percakapan itu berhenti di sana. Mereka berdua bukanlah orang yang suka berbicara banyak hal tidak penting. Kemudian pintu terbuka menampakkan Lee Seokmin, mengatakan mobil telah ia persiapkan. Mereka berdua lantas berdiri dan berjalan keluar. Menaiki lift yang berada di lantai ini yang terhubung langsung dengan basement bawah. Begitu mereka sampai sebuah maserati quattropetro tampak menunggu. Seokmin membukakan pintu untuk mereka berdua, mengambil alih kemudi dan mulai menjalankan mobil itu membelah jalanan Seoul di siang hari ini.

***

Mereka telah tiba di salah satu hotel yang berada di wilayah Itaewon, Seoul. Berjalan ke dalam untuk memasuki restaurant yang berada di sana. Salah satu menu di restaurant itu adalah kesukaan ayahnya, sehingga Wonwoo meminta Seokmin untuk membawa mereka ke sana. Dengan nama yang dibawanya tentu bukan masalah besar untuk menyewa sebuah ruangan di sana, yang terkenal dengan kesulitannya. Mereka kemudian duduk di ruangan itu yang tak lama masuk beberapa pelayan yang membawa stroller yang berisikan appetizer untuk disantap. Setelah pelayan itu selesai dengan urusannya, mereka keluar meninggalkan tiga orang pria dewasa itu di sana. Benar, Wonwoo mengajak asistennya itu ikut untuk menikmati makan siang bersama ayahnya.

Kemudian masing-masing tangan mereka bergerak untuk mengambil makanan yang disajikan itu dan memakannya. Keheningan memenuhi ruangan itu disebabkan penghuninya yang sibuk dengan makanan dan pikiran mereka sendiri. "Kenapa Papa tiba-tiba ingin bertemu dengan ku?"

Pertanyaan dari Wonwoo itu memecah keheningan tadi, membuat sang empu yang ditanya melihat ke arah nya "Memang tidak boleh?"

Tipikal ayahnya. Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan. Wonwoo menghela napasnya sabar. "Papa tiba-tiba membuat janji ingin bertemu denganku. Apa yang ingin kau sampaikan?"

Karena Wonwoo tau, kalau ayahnya sampai membuat janji temu seperti sekarang ini, berarti hal yang ingin disampaikan ayahnya bukanlah perihal yang akan dibahas di rumah. Karena sampai saat ini Wonwoo masih sering pulang ke rumah atas permintaan sang ibu. Dan ayahnya bisa menyampaikan hal yang ingin ia sampaikan di rumah seperti yang biasanya ia lakukan. Tetapi tidak kali ini.

Tetapi jawaban dari ayahnya terpaksa tertunda karena pintu mereka diketuk dari luar. Tak lama masuk para pelayan tadi yang kali ini membawa main course mereka. Mengambil piring-piring kotor dan menggantinya dengan yang baru. Sepertinya atensi Tuan Jeon teralihkan dengan makanan yang ada, tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan menjawab pertanyaan dari putranya itu.

Wonwoo sadar akan hal itu, membiarkan ayahnya menyantap makan siang terlebih dahulu dengan damai. Tanpa adanya serangan pertanyaan-pertanyaan darinya, membuat Wonwoo ikut memilih fokus dengan makanannya. Ternyata makan siang itu tidak berlangsung terlalu lama, setelah menyantap dessert-nya, Jeon Jihoon, ayah dari Jeon Wonwoo menatap sang anak yang ternyata juga menatapnya.

"Apakah kau tidak berniat untuk menikah?"

Apa-apaan pertanyaan ayahnya itu. Wonwoo kira hal penting yang ingin dibahas ayahnya adalah tentang bisnis baru yang akan ia mulai atau tentang investor yang berulah. Ternyata sesuatu yang sama sekali tidak ia pikirkan saat ini.

"Tidak."

"Untuk selamanya?"

"Hm. Aku tidak tau. Tetapi sekarang tidak."

"Apa kau punya kekasih?" Apakah ketika ia saat ini tidak berniat untuk menikah sama sekali, ia masih memikirkan untuk memiliki kekasih? Kenapa hal seperti itu harus ia jelaskan juga?

"Tidak."

"Kalau begitu kau bisa menikah dengan pilihan ku."

Perkataan ayahnya sukses membuat Wonwoo terkejut. Sejak kapan ayahnya mulai ikut campur dengan urusan asramanya. Ayahnya bukanlah orang yang seperti ini. Pasti ada maksud lain, ya, Wonwoo yakin akan hal itu.

"Kau tahu kalau SH Group memiliki seorang putri?"

"Tidak."

Wonwoo memang tidak tahu tentang hal itu. Meskipun ia bisa dibilang dekat dengan Choi Seunghyun, pemilik SH Group, tetapi ia tidak mengetahui sama sekali tentang kehidupan pribadinya. Wonwoo merasa waktunya terlalu berharga untuk hal sepele seperti itu. Toh, yang akan dan seterusnya ia temui atau berhubungan dengannya hanya Choi Seunghyun. Kecuali Seunghyun memang sudah mengalihkan jabatannya kepada anaknya.

"Wajar saja, putrinya memang tidak pernah dipublikasikan." ucap Jihoon selanjutnya sembari menghirup aroma wine yang ada di tangannya. Kemudian menatap Wonwoo, menyuruhnya untuk ikut menikmati rasa kombinasi buah berry yang matang sempurna. Ketika Jihoon menyesap wine-nya terasa sedikit buah goosberry dan sweet pepper. Selanjutnya ada after taste rasa blackcurrant dan floral yang sangat nikmat. Terbuai dengan minumannya sehingga mengabaikan sang anak yang sudah memandang dengan tatapan menusuk.

"Coba kau pikirkan ini terlebih dahulu."

"Tetapi aku tidak menemukan alasan kenapa aku harus menikah dengan putri Paman Seunghyun."

"Kau yakin?" Dengan satu pertanyaan itu Wonwoo merasa ada yang disembunyikan oleh ayahnya.

"What do you mean, Pa?"

"Tidak. Tidak ada. Tapi aku ingin kau mempertimbangkan perkataan ku ini. Kau tahu kalau Seunghyun adalah teman baik ku. Lagi pula dengan menikahi putri dari SH Group kau mendapatkan keuntungan dalam menarik para direksi untuk berbalik arah. Yah, meskipun aku tahu tanpa menikahi putri Seunghyun kau tetap akan bisa."

Seokmin yang sedari tadi menyimak percakapan ayah dan anak itu terdiam. Ia melirik ke arah Wonwoo yang tidak senang dengan perkataan dari ayah pria tersebut. Ia pun heran, kenapa tiba-tiba Jihoon mengungkit masalah pernikahan dan berniat menjodohkan anaknya dengan putri dari temannya sendiri. Tetapi meninjau ulang perkataan dari Jihoon, Seokmin akui dengan menikahkan putra dari Joan Company dengan putri dari SH Group akan memberikan keuntungan yang sangat besar terhadap dua perusahaan itu. Kemudian suara Wonwoo membuyarkan pikiran lelaki itu.

"Baiklah. Akan aku pikirkan"

Apalagi yang bisa Wonwoo lakukan selain memenuhi permintaan ayahnya itu. Walaupun tidak memenuhi semua permintaan ayahnya, setidaknya ia bisa memikirkannya kan? Ketika ayahnya meminta jawaban, ia hanya akan bilang tidak dengan alasan bahwa ia merasa tidak tertarik dengan wanita itu. Kemudian ayahnya hanya akan mendiamkannya sebentar, dan akan kembali normal seperti semula.

"Bagus. Kau tidak akan menyesal."

"Tetapi kau pasti memiliki alasan yang lebih dari ini. Apa itu?"

"Tidak ada. Apakah salah ketika aku meminta putra ku sendiri untuk menikah?"

"Memaksa" koreksi Wonwoo pada kalimat ayahnya barusan, yang membuat Jihoon terkekeh. "Aku tidak memaksa mu. Kita lihat saja." perkataan Jihoon barusan menambah rasa curiga Wonwoo kepadanya yang sangat disadari oleh pria itu sendiri.

***

meet the cast

Seventeen Wonwoo as Jeon Wonwoo

Seventeen DK as Lee Seokmin

Ju Jihoon as Jeon Jihoon

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hei... Terima kasih sudah membaca cerita ini. Mohon dukungannya untuk cerita ini dengan like dan komen yaaa...
Mohon dukungannya untuk aku juga dengan follow akun ini...
Terima kasih sekali lagi

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

With love,
Kin 💞

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 62.3K 66
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
174K 27.5K 50
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
161K 7.9K 28
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
650K 31.2K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...