Unbroken Wall

By byeolbitna_27

4.6K 616 96

Butuh banyak kata untuk menceritakan sebuah kisah. Entah itu kisah sedih atau bahagia, apa pun temanya si pen... More

Real feeling
Untold Jealous
Other side
What a Cry
Can't
Rumour
One of the truth
Sincere
Sorry
I'll find you
Tell the all
Cruel Fate
The Wall Finally Crumbled (END)

Circle Sin

353 41 6
By byeolbitna_27

Sehun hanya bisa tertunduk menggenggam erat gelas wine di tangannya.
Matanya menatap nanar sepasang pria dan wanita yang tengah bertukar cincin di hadapannya.

Ya, ini malam pertunangan Irene dan Junmyeon. Ia dapat melihat senyum Junmyeon yang begitu lebar saat menyematkan cincin di jari manis Irene.
Sehun tidak tahan. Ia harus segera pergi dari sana sebelum berlari menuju Junmyeon dan memukulinya hingga kehilangan nyawa.

" Oppa... " Sejeong menahan langkahnya.

" Sejeong, maaf. Aku harus pergi sekarang... "

" Tapi- "

" Tolong biarkan aku sendiri...! " tanpa menghiraukan Sejeong yang mengiba padanya Sehun hanya melangkah meninggalkannya. Hingga sorot matanya bertemu dengan sang adik yang tengah memandangnya.

" Eunwoo, tolong antar dia pulang! " singkat sebelum benar - benar pergi dari sana. Eunwoo hanya mengalihkan perhatiannya pada Sejeong yang tampak menahan tangis.

Di tengah itu, Irene diam - diam memperhatikan kemana Sehun pergi. Seketika hatinya teriris melihat Sehun pergi dengan wajah muram. Hatinya pasti sangat sakit sekarang.

' Maafkan aku Sehun... Hanya ini satu - satunya cara agar kita bisa saling melupakan. Walau aku tidak tahu apakah aku bisa melupakanmu? Setidaknya kau membenciku karena hal ini... '

“ Irene... “ Junmyeon menyadarkan lamunannya.

“ Ada apa? “

“ Terima kasih... “

“ Untuk apa? “ tanpa menjawab, Junmyeon justru menarik Irene dan memeluknya.

“ Terima kasih sudah memberiku kesempatan, aku berjanji akan selalu membahagiakanmu... “ ungkapnya yang begitu bahagia. Berbanding terbalik dengan Irene yang hanya bisa terdiam dengan perasaan tak tentu. Ya, ia juga merasa bersalah pada pria ini. Ia telah menjadikan Junmyeon penghalang antara dirinya dan Sehun tanpa perasaan. Dalam hati Irene meminta maaf padanya dan ia berharap tak menyakiti perasaannya.

__

Dalam mobil yang melaju itu hanya ada keheningan. Eunwoo yang fokus menyetir sambil sesekali melirik gadis di sampingnya yang tengah memandang keluar jendela.

" Berhenti di sini... "

" Kenapa? "

" Tidak papa, berhenti saja. Kau tidak perlu mengantarku pulang... "

" Tapi- "

" Tolong Eunwoo... " melihat tatapan putus asa itu, Eunwoo tak bisa membantah lagi.

" Baiklah, aku akan berhenti. Tapi tidak di sini...! " Sejeong hanya membiarkannya. Tak peduli apa pun ia hanya ingin sendirian.

Tak lama, mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah kawasan sungai. Membuat Sejeong bertanya apa maksud Eunwoo membawanya kemari.

" Kenapa membawaku kemari? "

" Aku pikir kau butuh udara segar, di sini udaranya segar sekali. " pemuda itu menjawab santai.

" Terima kasih, kalau begitu kau bisa pulang sekarang... " Sejeong mengernyit melihat Eunwoo yang justru turun dari mobil mengikutinya.

" Kenapa mengikutiku? "

" Aku juga butuh udara segar... " Sejeong menghela nafas saat melihat Eunwoo justru bersandar di kap mobilnya.

" Eunwoo, aku sedang ingin sendiri... "

" Aku tidak akan mengganggumu, aku hanya akan duduk di sini. Lakukanlah apa yang kau mau...! " dengan begitu Sejeong diam. Ia hanya berbalik menatap ke arah sungai yang tenang. Bisakah ia menenggelamkan perasaan ini ke dasar sungai?
Sejeong masih ingin berjuang mempertahankan perasaannya pada Sehun. Tapi melakukannya seolah berlari di jalan tanpa ujung, hanya membuatnya lelah. Haruskah ia menyerah sekarang?

Di tengah kekalutan pikirannya, Sejeong merasakan sesuatu tersampir di bahunya. Ia menatap Eunwoo yang tengah memakaikan Jas yang ia pakai ke tubuhnya.

" Di sini dingin... " ujarnya. Sejeong hanya diam menatapnya tanpa arti. Eunwoo beralih menatap matanya.

" Apa kau benar - benar hanya ingin sendirian? " Sejeong tak menjawab. Membuat mereka hanya bertatapan lekat.

Namun sesuatu dalam hati Sejeong tergerak mendengar pertanyaan itu. Hingga tiba - tiba air matanya luruh begitu saja. Seolah membantah ia ingin sendirian, justru saat ini ia membutuhkan seseorang.

Eunwoo yang mengerti hal itu tak berbicara apa pun. Ia langsung merengkuh tubuh gadis itu ke pelukannya. Membuat semua tangis Sejeong tertumpah di dadanya.

__

Sama kacaunya dengan Sejeong, Sehun tengah melampiaskan segalanya pada alkohol.

Waktu beranjak menuju tengah malam namun ia sama sekali tak peduli dan terus memenuhi tenggorokannya minuman keras itu. Bahkan ponselnya yang terus berdering pun tak ia hiraukan.

Matanya menatap kosong, pikirannya memutar segala kenangan indah bersama Irene dulu. Kenapa semua itu harus terenggut darinya dan di gantikan oleh pemandangan dimana Irene tengah bersanding dengan Kim Junmyeon.

PRANKK

Satu gelas ia lemparkan ke depan. Teriakan dan teguran orang sekitar tak ia hiraukan. Yang ia tatap hanya pecahan gelas yang di lemparnya seolah itu adalah hatinya sekarang.

__

Semenjak hari itu, keadaan Sehun terlihat memburuk. Beberapa hari, Ia datang ke kantor dengan keadaan bangun dari mabuk yang dilakukannya setiap malam. Ia tak pernah bicara dengan Irene, dan selalu mengabaikan apa yang di katakannya.
Hal itu tentu saja membuat Irene sangat khawatir. Ia tahu, dirinyalah yang menyebabkan Sehun seperti itu. Tapi ia tak bisa melakukan apa pun. Ia hanya ingin melindungi Sehun. Ia ingin Sehun melupakannya tanpa harus mengetahui bahwa Irene adalah kakaknya.

Dengan itu, Irene memantapkan hatinya untuk bicara dengan Sehun. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi ia tidak ingin melihat Sehun seperti ini. Dengan menarik nafas panjang, ia pun masuk ke ruangan Sehun. Terlihat atasannya itu tengah memijit pelipisnya.

“ Ini data hasil keuangan bulan ini... “ Irene menyerahkan sebuah berkas.

“ Aku tahu. Keluarlah! “ Sehun tak menatapnya sama sekali. Irene tertunduk kecewa karena merasa di usir.

“ Apa kau, ingin di buatkan sesuatu? “ tawarnya ragu.

“ Untuk apa mempedulikanku? “

“ Kau terlihat tidak baik... Aku hanya- “

“ Jika kau hanya ingin beromong kosong tentang peduli dan khawatir, lebih baik segera keluar! “ Sehun mulai berbicara keras. Irene berusaha mengendalikan perasaannya.

“ Kalau begitu berhentilah seperti ini! Jangan menyusahkan dirimu seperti ini Sehun! “ Sehun tertawa remeh.

“ Kenapa aku harus mendengarkanmu? “ Irene tertohok seketika.

“ Kau bahkan tidak mendengarkanku saat aku memintamu menjauhi pria itu. Dan lihat? Kau justru bertunangan dengannya...! “ Sehun meledakkan amarahnya. Irene ingin menangis, ia tahu betapa hancurnya hati Sehun sekarang.

“ Lalu kenapa? Aku memilih bertunangan dengan Kim Junmyeon, apa itu salah? Kau tidak berhak menentukan apa yang ingin kulakukan Sehun! “ balas Irene, walau lelah ia tetap harus berpura – pura.

“ Benar, kau memang tidak ingin mengerti perasaanku walau aku mengatakannya berulang kali. Aku bahkan tidak pernah tahu kenapa kau mengakhiri hubungan kita? Lebih baik jangan pedulikan aku! “ setelah mendengar perkataan Sehun, Irene pun keluar dengan air mata yang sulit ia tahan.

__

Irene masih duduk termenung di kamarnya. Sepulang bekerja, ia hanya duduk di tempat tidur memainkan cincin di jari manisnya dengan tatapan kosong.

Entahlah apa ia sudah melakukan hal yang benar? Bagaimana jika ia sudah menikah dengan Junmyeon? Apakah hatinya akan terus di liputi keraguan seperti ini?

Pikiran - pikiran itu selalu membuatnya meremas rambutnya kuat. Perasaannya tak membiarkan pikirannya membenarkan hal ini. Karena cintanya masih untuk Sehun. Sulit untuknya mengubah perasaan itu untuk Junmyeon.

BRUGK BRUGK BRUGK

Irene tiba - tiba mendengar ketukan keras dari pintu flatnya. Ia segera berlari kesana memastikan apa yang terjadi.

" Irenehh... Buka pintunya...! "

' Suara itu? Apa itu Sehun? '

Dengan ragu Irene membuka pintu rumahnya perlahan. Setelah memastikan bahwa itu memang Sehun, ia mulai membukanya lebar.

" Sehun? "

GREPB

Tubuh Irene seketika terdorong kembali ke dalam saat Sehun langsung menjatuhkan tubuhnya dan memeluk dirinya erat.

" Sehun kenapa kau seperti ini? " Irene berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya agar tak terjatuh. Di tambah lagi dengan aroma alkohol menguar kuat dari tubuhnya.

" Noona... " suara lirih Sehun mengalihkan perhatiannya. Irene berusaha membuat jarak agar ia bisa melihat wajah Sehun.

Dan yang ia lihat adalah sebuah wajah yang amat berantakan. Dan Irene merasa bersalah melihat itu.

" Noona, aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku! " Sehun memohon dengan putus asa, Irene pun tahu itu bukan sebuah kebohongan. Tapi kenyataan ini, membuatnya tidak bisa melakukan apa pun.

" Hentikan Sehun! Lupakan aku dan jalani hidupmu sendiri! " Irene berusaha menahan tangisnya.

" Tidak! Aku tahu kau juga masih mencintaiku kan? Katakan padaku! Itu benar kan? "

" Tidak ada gunanya Sehun! " walau Irene terus berusaha mendorongnya, Sehun tak kalah erat menggenggamnya.

" TATAP AKU! Katakan padaku kau tidak mencintaiku! " dan Irene hanya bisa menatapnya tanpa mengatakan apa pun.

" Sehun... " hanya namanya yang bisa ia ucapkan dengan air mata yang mulai turun. Tentu ia sangat mencintai nama itu. Tapi bagaimana lagi ia harus menyangkal bahwa Sehun adalah adiknya. Hingga akhirnya pikiran gila mulai menguasai Irene.

" Maafkan aku... "

Sehun terdiam tak mengerti ucapan maaf Irene. Tapi sedetik kemudian, Irene mendaratkan bibirnya dan memagut bibir Sehun yang tanpa pikir panjang langsung membalasnya.

Beberapa menit berlalu, ciuman itu masih berlanjut dengan kini tubuh Sehun menindih Irene di atas tempat tidur.

Irene sudah tak peduli lagi. Ia sesak dengan semua tekanan selama ini. Kali ini ia hanya ingin membebaskan kebahagiaannya walau harus berendam dalam kubangan dosa.

__

Pagi datang, Irene membuka mata dalam kondisi lelah.

Ia menatap ke samping dan mendapati Sehun tengah memandangnya lekat. Ia sudah bangun sejak tadi. Ia sedikit malu melihat pria di sampingnya menampilkan dada bidang yang semalam ia belai tanpa ampun.

" Selamat pagi, tidurmu nyenyak? " betapa bahagianya Irene mendengar suara itu. Ia tersenyum mengulurkan tangannya membelai wajah tampan itu.

" Tidurku nyenyak, terima kasih... " Sehun meraih tangan Irene dari wajahnya dan menciumnya penuh penghayatan seolah akan menerima keajaiban dari tangan itu.

" Aku merasa ini masih sebuah mimpi. Aku bisa melihatmu lagi di pagi hari seperti dulu... Aku ingin seperti ini selamanya... " ucapan Sehun justru membuat raut wajah Irene berubah.

Irene baru sadar bahwa ia telah menyeret Sehun dalam sebuah dosa yang besar. Ia menatap lirih Sehun yang masih menggenggam dan mencium tangannya.

' Maaf Sehun, kuharap kau tidak menyesali ini. Biar aku yang menanggung seluruh dosa ini. '

MMUCH

Irene tersadar saat Sehun mendaratkan kecupan kecil di bibirnya.

" Apa yang kau pikirkan? " Irene hanya menggeleng tersenyum menjawabnya.

" Mandilah sekarang! Akan kusiapkan sarapan untukmu...! " dan Irene segera bangkit untuk berpakaian kemudian keluar meninggalkan Sehun yang masih di posisinya.
__

TRAKK

Hampir saja Irene memecahkan mangkuk yang sedang
di cucinya saat sepasang lengan kekar melilit pinggangnya dari belakang.

" Sehun... " yang di tegur hanya tersenyum lalu mendaratkan dagu tegasnya pada bahu sempit Irene.

" Lanjutkan saja, aku hanya ingin memelukmu. "

" Tapi aku sulit bergerak kalau seperti ini... "

" Aku tidak mau melepaskanmu...! " dan Irene hanya bisa menghela nafas membiarkan tubuh besar itu bergelayut di punggungnya.

" Ayolah biarkan aku menyelesaikan ini...! " gerutunya di sela mencuci piring bekas sarapan mereka.

" Tidak mau! " dan Sehun tetap bersikukuh seperti anak kecil. Ia hanya senang menertawai wajah kesal Irene. Beberapa saat mereka masih dalam posisi itu, hanya ada suara kesibukan Irene yang tengah menyelesaikan kegiatannya.

" Irene... "

" Hmm? "

" Terima kasih untuk tidak meninggalkanku. Juga tetap menjadikanku yang pertama untukmu. " dan Irene semakin merasa menjadi wanita paling jahat dan penuh dosa. Bagaimana ia bisa tidur dengan Sehun di saat belum lama Kim Junmyeon baru saja menyematkan cincin di jari manisnya? Terlebih ia tahu bahwa Sehun adalah adiknya.

" Sehun bisakah aku meminta sesuatu padamu? " tanyanya menghadap Sehun.

" Apa itu? "

" Untuk sementara, kita rahasiakan dulu semua ini! " raut wajah Sehun langsung berubah tak suka mendengarnya.

" Kau ingin menyembunyikannya lagi seperti dulu? "

" Situasinya tidak memungkinkan untuk kita memberitahukan semua ini. " terangnya putus asa.

" Kenapa? Apa karena Kim Junmyeon? "

' Bukan. Karena kita bersaudara... ' batin Irene.

" Baiklah, terserah! Lakukan apa yang kau mau...! "

Irene berbalik menyelesaikan cucian piringnya tanpa berkata apa - apa lagi, ia tidak mau melanjutkan perdebatan ini. Sementara di belakangnya Sehun menarik nafas panjang seolah menyadarkan dirinya dari emosi.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Irene berniat pergi dari sana. Namun Sehun segera mencegahnya dengan kembali memeluknya.

" Maafkan aku... " ucapnya mengecup lembut puncak kepala Irene. Wanita itu tersenyum kecil, balas memeluk Sehun.

" Bukan salahmu... Tapi aku hanya ingin kau mengerti posisiku. Aku baru saja bertunangan dengan Kim Junmyeon. Jika kita beritahu mereka sekarang, bagaimana reaksi keluarganya pada orang tuamu? Bahkan kesehatan ayahmu sedang tidak baik. Aku hanya mengkhawatirkan itu. " Sehun terdiam sejenak, ucapan Irene memang benar.

" Ini salahku, seharusnya aku tidak pernah memulai ini. Maafkan aku Sehun... " Irene menyesal.

" Tidak, seharusnya aku lebih mengerti posisimu. Aku tahu, mungkin kau berpikir bisa membalas jasa orang tuaku dengan hal ini kan? Tapi apa gunanya jika kau tidak bahagia... "

Irene terdiam sejenak. Seandainya Sehun tahu alasan yang sebenarnya. Apa yang akan ia pikirkan? Apa ia akan membencinya.

" Jadi, kau mau merahasiakannya dulu kan? " Sehun terdiam sejenak dan menarik nafas panjang.

" Aku akan mencobanya, tapi aku juga tidak bisa terlalu bersabar. " helanya, Irene tersenyum lemah.

" Aku akan berusaha, jadi bersabarlah. Hmm? "

" Ini karena aku mencintaimu. " Sehun kembali memeluknya, Irene membalasnya tak kalah erat.

" Aku tahu... "

Dan Irene tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Semoga apa pun yang terjadi, hal itu tak akan membuat lelaki yang di cintainya ini menderita.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

1.5K 60 10
Kiara si anak manja dan paling nggak bisa dibantah, tiba-tiba bertemu Arka yang dingin dan galaknya amit-amit. Lalu apa bisa Kiara mencairkan hatiny...
347K 36.9K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
115K 8.4K 46
[Sedang di revisi] Kehidupan Kenzo yang terpisah dengan keluarganya sejak 8 tahun yang lalu. Kembalinya dia ke Indonesia menjadi awal pertemuannya ke...