3 SOMETHING ABOUT LOVE

By diviana90

112K 14.5K 962

(Cerita sudah lengkap, silahkan follow untuk membaca) ⚠️ WARNING!!!!! 21+ ⚠️ (Cerita ini merupakan CERITA DE... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
⚠️ Bab 19 ⚠️
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
DITA X RAGA STORY

END

5K 424 92
By diviana90


***

4 bulan kemudian

-

-

"Nanti biar gue coba ngobrol dulu ya," kata Naura pada seseorang di hadapannya.

"Thanks Naw. Gue harap ini bisa terealisasi secepatnya ya. Gue percaya sama lo soalnya. Lo mampu banget."

Naura menganggukkan kepalanya, "Yah, gue akui itu karena tim gue juga hebat banget," katanya.

Pria di hadapannya tertawa. Ia bangkit dari duduknya dan berpamitan pada Naura, sementara di ujung sana ... Dita dan Raga sibuk menguping pembicaraan mereka.

"Naw, naw..." bisik Raga.

Pria itu berjalan mengendap-endap untuk menghampiri Naura, sementara Dita yang berada di belakangnya menepuk pundak Raga dengan keras.

"Nggak usah ngendap-ngendap kali. Orangnya juga udah pergi," katanya.

Raga berdesis. Ia tak menghiraukan Dita dan memilih untuk berjalan dengan cepat hingga ia bisa duduk di hadapan Naura.

"Siapa? Cowok baru lo?" tanyanya. Tidak, Raga tidak terdengar seperti bertanya. Ia malah terdengar seperti sedang menginterogasi tersangka pembunuhan karena suaranya tegas dan penuh dengan tuntutan.

"Gue yang ditinggal, lo yang selektif ya Ga," kata Naura.

Raga berdecak, "Ya sejak lihat lo jadi kurus kering dan hampir mati, gue akan bertindak menjadi garda terdepan buat lo. Mau nggak mau pokoknya, semua cowok yang deketin lo harus lulus seleksi gue dulu."

Dita mendengus, "Biar apa? Sok betul banget lo kalau ngomong. Sendirinya aja nggak pernah lulus sama orang lain kan?"

Raga menatap Dita dan mendengus. Sementara Naura... Ia tersenyum melihat kedua sahabatnya yang selalu berperang itu.

Di masa-masa sulitnya, mereka berdua selalu berusaha untuk tetap menemani Naura dan menghiburnya. Raga bahkan mengantar jemputnya dan Dita juga sampai tidur di rumahnya, katanya mereka takut kalau Naura kenapa-kenapa.

Yah, memang sulit di awal. Tetapi pada akhirnya Naura mampu melewatinya juga kan?

"Guys... Gue mau ngomong sesuatu sama kalian," kata Naura tiba-tiba.


*****


"JERMAN? LO GILA YA?!" teriak Dita.

Naura sudah menyangka kalau respon Dita akan sekeras ini, tapi ia tidak menyangka kalau teriakannya sampai sekencang ini.

"Naura, kota di Indonesia aja banyak. Masih ada Lombok, Aceh, Sorong, yang diujung sana gitu loh Naw. Kenapa harus lintas benua?!" protesnya.

Raga hanya diam, tak seperti Dita yang menuntut penjelasan darinya. Pria itu lebih sabar untuk mendengar alasan Naura yang sebenarnya.

"Ini sebenernya tawaran lama, temen gue minta bantuin di café tetangga Omnya, di Jerman. Dan kebetulan gue sempet apply juga buat S2 di sana, dua minggu yang lalu gue dapet kabar kalau application gue diterima, dan gue bisa masuk semester baru tiga bulan lagi. Jadi gue juga mulai urusin segala jenis dokumen dan keperluan lainnya buat pindah kesana."

"Ya Tuhan Naw. Patah hati bikin lo pengen pergi?" keluh Dita.

Naura menatap Dita dan tersenyum, "No, Dit. Gue nggak pergi, gue mengembangkan diri," katanya.

Dita masih menunjukkan ekspresi sedihnya sementara Raga menepuk bahunya, "Lo yakin?"

Naura mengangguk, "Gue udah lebih dari yakin. Udah masuk duit juga ke kampus, nggak bisa batal," kekehnya.

"Sial. Dia patah hati bayar kuliah mahal, nggak ada kepikiran beasiswa sama sekali. Naw. Otak lo tuh ya!" kata Dita.

Naura memeluk Dita dengan erat, "Gue pastiin kalau gue bakal baik-baik aja di sana Dit, janji."

Dita menghela napas, "Gue sih cuman bisa dukung aja, tapi Jerman—"

"Auk ah! JAUH BANGET TAHU NGGAK SIH!" protes Dita.

Ia menghentakkan kakinya dan berjalan meninggalkan Naura yang kini bertatapan dengan Raga.

"Gimana pun juga dia pasti sedih lah Naw, lo tinggal. Tapi yah, kasih waktu aja. Nanti juga tahu-tahu dia bantuin lo packing," kata raga.

Naura tersenyum, mengiyakan ucapan raga padanya barusan.


*****


Naura membawa dua paper bag berisi sepatu untuk Raga dan Dita. Setelah pembicaraannya tentang rencananya pergi ke Jerman, Naura pergi sebentar untuk membelikan mereka sedikit kenang-kenangan. Sebenarnya, Naura ingin pergi berlibur dulu Bersama keduanya, tapi Naura malah takut kalau dirinya malah semakin berat untuk pergi, karena bagaimana pun juga Naura harus meneguhkan hatinya dan menahan diri bukan.

Ia menghela napas dan berdehem. Naura berdiri di depan kaca sebuah toko dan tersenyum pada pantulan dirinya di cermin, memberikan penghargaan kepada dirinya karena telah berusaha dengan keras untuk tetap bertahan sampai pada hari ini.

Ia berjalan lagi, namun langkahnya terhenti ketika ia mendapati seseorang yang sama membekunya seperti dirinya, tengah membawa banyak kantong belanjaan di tangannya.

Naura mengepalkan tangannya, mengeratkan pegangannya pada tali paper bag, mencoba untuk tetap bertahan dan kalau bisa ... memajukan langkahnya ke depan.

Tidak apa-apa Naura, meskipun Maggie yang menjadi pemenang, tidak apa-apa.

Batinnya menenangkan dirinya, membuat Naura mencoba untuk mengangkat kepalanya agar lebih percaya diri dan berjalan ke depan, namun setiap Langkah yang ia ambil malah semakin membuatnya merasa kecil, bukan apa-apa, mau bagaimana Naura menghadapi Maggie? Wanita itu pasti menatapnya sebagai pecundang kan, karena ia berhasil memenangkan permainan ini.

Ya. Benar. Maggie pemenangnya karena Arga memilihnya dan meninggalkan Naura begitu saja.

Wah. Naura sampai tak menyangka kalau perasaan dendam ternyata bertahan sangat lama dalam hatinya.

"Naura?"

Sudah jelas yang dilihatnya memang Naura, tapi Maggie masih saja memanggil Namanya.

Rupanya Maggie tak berniat menghindarinya sama sekali, dia memang sengaja ingin memamerkan kemenangannya pada Naura sepertinya.

Naura tersenyum tipis, tapi sapaannya dibalas dengan tatapan mencibir oleh Maggie.

"Ada apa nih? Kok lo bisa kurus kering begini? Makin nggak menarik dong!" ucap Maggie.

Naura mendengus. Kenapa harus tanya? Tidak bisakah Maggie menahan rasa penasarannya demi menghargai patah hati Naura? Kenapa katanya? Ya tentu saja karena Naura menjadi pecundang, dia jadi pihak paling menyedihkan di sini, sudah ditinggalkan Arga, ditinggalkan nafsu makan juga. Masih untung Naura tetap bisa bertahan dalam hidupnya.

"Happy banget Mbaknya," jawab Naura dengan nada sindiran.

"Oh. Ya jelas, memangnya lo aja yang bisa happy?" sindir Maggie balik.

Well, apakah penampilan Naura mencerminkan dirinya 'Happy?' tentu saja tidak!

"Gue masih kelihatan happy ya? Bagus dong, jadi nggak kayak pecundang di depan lo," sahutnya.

"Lah. Bukannya harusnya gue yang bilang begitu ya?" tanya Maggie.

Naura mengerutkan keningnya, "Gimana?"

"Alah! Lo pura-pura nggak ngerti? Kenapa sih? Lo ngerasa nggak enak ya sama gue?"

Kerutan di kening Naura terlihat semakin dalam.

"Gimana Mbak?"

Maggie menatap Naura dari atas sampai bawah lalu kembali ke atas lagi, "Lo mau hina gue apa gimana sih?" tanyanya.

Naura semakin tidak mengerti dengan perkataan Maggie kepadanya.

"Maksudnya apa?"

Maggie menatapnya tak suka. Alih-alih menjawabnya, Wanita itu malah berlalu dari hadapannya begitu saja. Sementara Naura, ia merasa perlu penjelasan lebih lanjut dari Maggie sehingga ia berjalan menyusul Maggie dan mencegatnya.

"Bisa jelasin nggak? Maksudnya gue pura-pura apa?" desaknya.

Maggie menatap Naura nyalang, "Lo nggak akan puas ya sampe gue nangis-nangis atau teriak-teriak karena lo udah berhasil rebut suami gue?!" teriak Maggie.

"Apa?" tanya Naura.

Maggie menatapnya nyalang, "Nggak usah pura-pura ya! Lo jelas-jelas memenangkan permainan ini. Ah. Nggak. Sebenernya gue juga menang, karena gue lepasin Arga. Oh, artinya gue buang dia, dan dia datengin lo. Jadi lo mungut dia, gitu kan ya?"

Dengan semua ucapan yang Maggie katakan barusan, Naura membeku di tempatnya.

"A—aku nggak sama Arga," ucapnya dengan lirih.

"Apa?" tanya Maggie.

Naura menatap Maggie dengan tatapan matanya yang kosong, "Arga dateng ke rumah aku, dan dia bilang ... Mbak Maggie butuh dia. Setelah itu, Arga pergi. Dia ninggalin aku?"


****


Maggie memacu mobilnya dengan cepat, ia sudah pindah dari rumah yang ia tinggali bersama Arga. Sekarang Maggie tinggal di sebuah Apartemen yang sengaja ia beli dengan uangnya sendiri, bukan dengan uang yang Arga berikan kepadanya.

Wanita itu menepikan mobilnya di sembarang tempat dan masuk ke dalam rumah yang ia tinggalkan beberapa waktu yang lalu. Maggie membuka kuncinya, ia masuk ke dalam kamar dan membuka lemari Arga, brangkasnya, raknya, bahkan sampai beberapa file yang menyimpan dokumen-dokumen pribadi Arga. Semuanya lengkap.

"Sial. Arga? Lo kemana?!"

Maggie keluar dari kamarnya, melihat isi kulkas dan rak di dapur, tetapi isinya masih sama seperti empat bulan lalu ketika Maggie pergi dari rumah ini.

Sebentar.

Maggie mengerjapkan matanya.

Hey. Arga tidak mungkin ditemukan tak bernyawa di sini bukan?

Cepat-cepat Maggie menggeledah isi rumahnya, namun tidak ada Arga di sana. Ia meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Arga, atau seseorang yang mungkin saja bisa menjawab pertanyaan yang kini muncul dalam benaknya.


***


Empat bulan yang lalu.

Maggie menatap Arga dengan air mata yang menetes dari matanya, "Ga, kalau kamu secinta itu sama Naura ... aku gimana?" tanyanya.

Tak ada jawaban apa-apa dari Arga, namun beberapa detik kemudian pria itu berhambur ke hadapannya dan bersimpuh di hadapannya. Arga memegang tangan Maggie dan menundukkan kepalanya.

"Gie, maafin aku."

Selama hidup bersama Arga, Maggie pernah mendapati Arga meminta maaf kepadanya, sehingga ia tak perlu terkejut lagi dengan permohonan maaf dari Arga. Namun hari ini berbeda, Maggie dapat mendengar sebuah isakan, dan ia tahu bahwa itu adalah bentuk dari kefrustrasian Arga selama satu bulan terakhir.

"Ga?"

"Gie. Sumpah. Maafin aku. Aku—"

Maggie sudah tahu apa yang akan Arga ucapkan kepadanya, ia sudah bisa menebaknya, karena sebelumnya ... Maggie sudah membaca isi pesan yang Arga simpan di ponselnya. Semula, keegoisan dalam dirinya masih menguasai Maggie begitu dalam, ia berpikir bahwa tidak apa-apa baginya untuk mencoba mempertahankan Arga sekali lagi, toh mereka selalu bisa kembali bersama bukan? Tapi permintaan maaf Arga barusan benar-benar menyakiti hati Maggie.

Ia meraih tangan Arga dan menepisnya, "Ga. Kita pisah aja," katanya begitu saja.

Arga mengangkat kepala dan menatapnya, "Gie? Kok kamu—"

Maggie menatap Arga seraya mengusap air matanya dengan kasar, "Selama sebulan terakhir aku konsultasi Ga. Aku banyak cerita dan minta saran sama ahli, bukan satu, tapi beberapa. Aku butuh pendapat berbeda karena aku masih punya pembenaran dalam diri aku, dan aku masih berharap bisa mendengar saran yang sesuai dengan pembenaran aku. Tapi nggak ada Ga, semuanya mengatakan hal yang sama. Kalau aku kuat, maka pertahankan, sementara kalau aku nggak kuat, lepaskan."

"Dan perlu kamu tahu. Aku nggak kuat hidup sama kamu!" kata Maggie dengan dingin.

Arga mengusap air matanya dan menatap Maggie dalam-dalam, "Gie?"

"Kegilaan dari rumah tangga kita, ini berasal dari aku, tapi ini juga gara-gara aku takut kalau kamu main aneh-aneh di belakang aku, maka lebih baik aku yang curangin kamu lebih dulu Ga. Tapi semakin ke sini, semuanya makin melebar, meluas, dan nggak bisa diselamatkan lagi. Aku, kamu, hubungan kita. Nggak ada yang bakalan bener di sini."

Maggie berdiri dan menatapnya, "Sama kamu... aku selalu merasa takut diabaikan, bahkan takut ditinggalkan, dan perasaan menyiksa itu bikin aku nggak waras Ga. Aku nggak bisa. Aku nggak kuat lagi, kita pisah aja ya?"

Maggie beranjak dari ruang tamu, ia mengepalkan tangannya untuk menahan emosi lalu berjalan menuju kamar, meraih koper dan memasukkan pakaiannya satu persatu, sementara Arga masih betah berada di tempatnya.

Lima belas menit kemudian, Maggie keluar dengan sebuah koper besar. Ia menatap Arga dan berkata, "Perlu kamu ingat Ga. Aku yang ninggalin kamu, bukan kamu yang ninggalin aku."

Setelah mengucapkannya, Maggie pergi begitu saja. Ia masuk ke dalam mobilnya dan menangis sejadi-jadinya.

Benar, Maggie yang meninggalkan Arga, meskipun Maggie tahu dengan sangat jelas, bahwa hati Arga ... telah meninggalkannya sejak lama.

"Nggak apa-apa Gie, dari pada dia hidup sama lo karena dia hanya merasa bertanggung-jawab dan kasihan sama lo," ucapnya pada dirinya sendiri.


****

"Paket!"

Naura keluar rumah dengan kerutan di keningnya, perasan ... ia tidak memesan apapun, karena kepergiannya ke Jerman juga tinggal menghitung jari.

"Mbak Naura?" tanya kurir.

Naura menganggukkan kepala. Ia menandatangani bukti pengiriman dan mengambil barang yang dikirimkan kepadanya.

Keningnya mengkerut saat melihat nama pengirimnya; Maggie.

Hey. Apa yang dia kirimkan?

Masuk ke dalam rumah, Naura membuka kardus kecil itu dan dia menemukan sebuah ponsel yang sangat ia kenali. Sebentar. Ini milik Arga!

Naura menelan ludahnya berat.

Ponselnya bergetar, dan Naura melihat sebuah nomor mengirimkan pesan kepadanya.

From: 08xxxx

Naura. Ini gw, Maggie.

Gw gatau mau blg apa, yang jelas ... Gw memang ninggalin arga empat bulan lalu, lebih tepatnya gw pergi sblm dia ninggalin gw.

Gw beneran lost contact ama dia, dan gw baru tau kalau dia udh ga ada di bandung.

Pegawainya blg, Arga ambil cuti. Tapi dia masih bisa bales kerjaan, ttd dokumen, cuman waktunya dua minggu sekali. Itu berarti he's fine. Dia baik-baik aja, cuman kita gatau dia dimana.

Yang gw kirim ke lo adalah HP yang berisi semua chat yg arga ketik buat lo, tapi gak pernah dia kirim. Dasar bego emang.

Gw gatau apa yg gw lakukan ini tepat atau gak, tapi gw mikir bahwa setidaknya, setelah semua hal yg dia lakukan buat gw, gw juga harus melakukan sesuatu. Misalnya, kirimin pesan yang gak pernah dia kirimin buat lo.

Bisa aja sih gw kirim lewat chat, tapi gw merasa lo harus tahu semua isi HP ini.

Tidak tahu kenapa, mata Naura berkaca-kaca, pesan yang Maggie kirimkan jauh lebih menenangkan dari pada cibirannya tempo hari, dan Naura merasa lebih baik.

Ia menyalakan ponselnya, tapi ternyata ponsel Arga mati total. Naura beranjak dari duduknya, ia berpindah ke kamarnya dan menyambungkan pengisi daya pada ponselnya lalu menyalakannya.

Naura mengerutkan keningnya saat ponsel Arga meminta pin untuk akses masuk layer.

Gadis itu menghela napas. Ia mengetikkan tanggal lahir Arga, tanggal pengesahan perusahaan Arga, bahkan sampai tanggal kelulusan Arga yang ia tahu, tapi tidak ada satu pun yang bisa membuka kunci layarnya. Sampai Naura mengetikkan tanggal lahirnya ... berhasil!

Ponselnya terbuka dan menunjukkan wallpaper yang terpajang di sana dengan indah. Foto Arga dan Naura yang tengah tertawa, yang dulu Naura upload di status Whatsapp nya Arga.

Senyuman mengembang di wajahnya dengan tipis.

Naura membuka galerinya, dan ia terhenyak dengan banyaknya foto-foto candid dirinya yang diabadikan oleh Arga, ada juga beberapa foto Selfie Arga dengan wajahnya yang konyol, atau aneh, yang mana sebenarnya pria itu menunjuk ke arah Naura yang tengah memasak, maskeran, menonton TV, membaca buku, atau bahkan tertidur di sampingnya.

Air mata Naura menetes perlahan-lahan. Ia melipat bibirnya untuk menahan emosi sementara tangannya mulai gemetar. Naura juga memutar beberapa video yang berada di sana, yang menunjukkan video Arga tengah mengolok-oloknya saat Naura mengomel, bernyanyi, atau bahkan merengek-rengek padanya. Arga bahkan merekam video ketika Naura sedang tidur. Ia menggoda Naura dengan cara mencubit pipinya, mencolek-coleknya, bahkan memencet hidungnya hingga membuat Naura terusik dari tidur pulasnya lalu Arga akan memeluknya dengan gemas dan menciumi kepalanya.

Suara isakan Naura terdengar semakin kencang. Ia menutup video dan membuka Whatsapp—memastikan pesan yang Maggie bicarakan.

Naura tersenyum melihat kontaknya di ponsel Arga, nama 'Naura' dengan emoticon bunga di sebelahnya.

Ia menelan ludah sebelum membuka pesannya dan membacanya.

***

05/08/2021

Naura ...

Aku hari ini nyusulin Maggie ke IGD. Maggie ditemukan tidak sadarkan diri karena dia mau bunuh diri.

Jujur, aku nggak tahu harus kayak gimana, padahal sebenernya aku pernah mengalami ini dulu.

Mental Maggie memang selemah itu.

Jujur berat banget buat aku ninggalin kamu gitu aja disaat aku bahkan belum jawab semua pertanyaan kamu.

Kemarin, waktu aku pergi dari rumah kamu. Yang aku pikirin adalah... aku bener-bener takut kalau Maggie kenapa-kenapa.

Bukan apa-apa Nau, dulu waktu SMA Maggie pernah melakukan hal serupa gara-gara aku.

Dalam perjalanan hidup kita, bukan sekali dua kali, tapi berulangkali Maggie melakukan hal yang sama.

Dan aku selalu merasa hancur ketika aku nggak pernah bisa menjadi orang yang menguatkan dia. Bahkan kehadiran aku aja tetap memicu self harmnya dia. Dan aku juga nggak tahu kenapa, apa aku nggak seberarti itu untuk dia ataukah memang Maggie sebegitu menderitanya hidup sama aku, atau memang begini aja harusnya?

Makanya Naw. Aku panik banget. Untung Maggie selamet.


06/08/2021

Naura, kamu apa kabar?

Aku baca chat kamu yang bilang kalau Maggie bisa bunuh diri, maka kamu juga bisa.

Please. Jangan ya Naw? Jangan hancurkan hidup kamu gara-gara aku.

Bunuh diri nggak semudah itu Naw. Baik bagi kamu, ataupun bagi Maggie.

Kalau Maggie mati, aku pasti akan menyalahkan diri aku sendiri, dan aku nggak mau hidup dalam rasa bersalah seumur hidup aku. Begitu juga kamu Naw. Aku nggak mau.

Maaf, karena aku memilih untuk menyelamatkan Maggie kemarin hanya karena aku nggak mau hidup dalam rasa bersalah sama diri aku sendiri.

Tapi ternyata meninggalkan kamu lebih parah, bikin aku menyalahkan diri aku sendiri.

Bukan diri aku aja Naw.

Aku jadi menyalahkan nasib kita.

Kenapa aku harus ketemu Maggie duluan sebelum ketemu kamu? haha

Kenapa aku harus janji duluan sama Maggie?

Kalaupun aku udah janji duluan sama dia, kenapa aku nggak bisa menemani Maggie di masa-masa sulit dia, membantu dia pulih, dan membiarkan dia hidup Bahagia sendirian, sehingga aku bisa pergi dengan bebas tanpa bertanggung jawab terhadap apapun.

Aduh. Egois ya? Mau pergi dari Maggie gitu aja?

07/08/2021

Soal Maggie Naw, Mungkin aku bisa ninggalin dia gitu aja, dan pergi ke kamu, tapi gak semudah kelihatannya ternyata.

Ada banyak hal yang harus aku tanggung ketika aku meninggalkan dia

Aku harus menanggung rasa bersalah kalau-kalau Maggie kenapa-kenapa, aku harus menanggung rasa tanggung jawab, rasa malu terhadap diri sendiri karena mengkhianati janji aku sendiri. Repot ya?

08/08/21

Sayang, hari ini tanggal cantik. Kamu lagi ngapain?

Lagi berburu diskon nggak Naw? Inget nggak ya, pas 7:7 kemarin kamu beliin aku bantal leher hasil diskonan, makanya yang dateng bantalnya warna pink dan bentuk babi karena random? Itu lucu banget hahahaha

09/08/2021

Naura, aku kepikiran kamu.

Kalau kamu tahu Naw... aku nggak pernah merasa sehidup ini sebelum bertemu sama kamu.

Aku pernah ngomong ini nggak sih? Lupa, haha

10/08/2021

Flashback, dulu awalnya hubungan kita memang main-main

Tapi kamu bukan cewek yang bisa aku ajak main-main Naw.

Setiap omongan kamu, perhatian kamu sama aku, alih-alih bikin aku pengen hancurin atau ninggalin kamu... kamu malah bikin aku pengen berdo'a sama Tuhan supaya kamu jadi milik aku.

Lucu Naw. Betapa Tuhan mengirimkan kamu, kebersamaan kita, dan ketidak mungkinan kisah kita ini untuk mengingatkan aku bahwa aku udah lupa sama Dia sejak lama.

11/08/2021

Naw, kamu lagi apa? Tidur nyenyak gak? Semoga nyenyak ya.

Karena tidur aku nggak pernah nyenyak Naw.

Aku nggak bisa berhenti mikirin kamu.

Kamu bikin aku menyesali hari-hari aku sebagai bajingan di masa lalu.

Kalau tahu dalam hidupku aku akan ketemu kamu, mungkin aku akan menjalani kehidupan yang lebih baik supaya Tuhan nggak hukum aku dengan perpisahan sama kamu.

11/08/2021 01:19

Naura ... maaf nggak pernah memberitahukan isi hati aku sama kamu

Bukan apa-apa, aku nggak pantes dapetin kamu.

Naura, kamu tahu nggak?

Kontak kamu aku simpen apa? Naura pake bunga. Bukan love.

Kalau pake love bisa patah, kalau pake bunga ... mungkin bisa gugur suatu saat, tapi sekalipun gugur, Namanya tetap bunga, dan dia pernah mekar dengan indah. Hahahaha jelek banget ya? Gak bakat aku gombal gini sayang.

Naw ...

Yang perlu kamu tahu, aku nggak pernah menyesali waktu-waktu aku sama kamu, tapi mungkin di masa depan ... aku akan menyesali waktu-waktu aku tanpa kamu.

Tapi aku berterima kasih sama kamu

Karena ada kamu, aku merasa jadi manusia.

13/08/2021

Naw, aku merasa kembali hidup waktu ketemu sama kamu, dan bisa peluk kamu erat banget.

Tapi aku sadar, harusnya aku gak begitu.

Emang kalau orang, jadi bajingan tuh gak sekalian ya.

Harusnya sejak aku ninggalin kamu, aku gak usah begini begini. Memang gak tahu diri naw aku ini.

14/08/2021

Naw, kamu tahu nggak?

Maggie bilang, dia lepasin aku.

Dan hari ini aku datang ke rumah kamu setelah Maggie melepaskan aku dan membiarkan aku pergi.

Dia membebaskan aku Naw.

Maggie bilang, kebersamaan aku dan dia bikin dia takut, cemas, gelisah, dan banyak hal negatif yang bikin mentalnya terus melemah.

Dia bilang lebih baik untuknya ninggalin aku dari pada aku yang ninggalin dia.

Aku jahat kali ya, karena aku malah seneng ketika Maggie milih buat pergi. Karena akan berat banget buat aku, kalau aku yang pergi. Gak bisa Naw, aku takut ngerasa bersalah.

Tolong kamu jangan anggap Maggie orang jahat, bagaimana pun juga ada yang memicu dia untuk seperti itu. Aku memang tidak membenarkan tindakannya, apalagi Tindakan aku, tapi aku mau suatu saat kalau kamu ketemu Maggie, kamu pandang dia sebagai manusia.

Maaf, terlalu banyak ngetik soal Maggie. Padahal kamu nggak suka sama dia.

Maaf ya sayang.

Tapi sebenernya ini juga gak akan sampai ke kamu sih Naw. Kan HP nya di aku, dan datanya nggak aku nyalain.

16/08/2021

Naw...

Kalau kamu pengen tahu, ketika kamu bilang kenapa sih aku nggak sama kamu aja?

Aku juga bertanya-tanya hal yang sama. Aku menggugat takdir aku sendiri, aku protes habis-habisan sama Tuhan. Untuk pertama kalinya aku hidup sebagai orang beragama, dan aku inget Tuhan, aku merasa ... kenapa Tuhan gini banget sama aku? Sampai-sampai Tuhan mempertemukan aku sama kamu dan menempatkan aku pada situasi begini.

Aku nggak tahu, kamu itu ujian untuk hidup aku, atau jawaban atas do'a aku.

Tapi aku juga jarang berdo'a sih, hehehe.

20/08/2021

Naura.

Jalan hidup kamu masih Panjang, masa depan yang cerah dan indah menanti kamu di depan sana.

Kejar sejauh mungkin Naw. Gunakan kegigihan kamu buat mengejar segala jenis keberhasilan dalam hidup kamu.

Bajingan seperti aku, yang pernah hadir dalam hidup kamu, cukup kamu kenang sebagai bajingan aja Naw. Karena aku juga merasa sudah menyakiti kamu sebegitunya.

Maaf, karena sudah menyakiti kamu dengan bilang Maggie butuh aku, padahal jelas-jelas Maggie lepasin aku. Kamu berhak untuk Bahagia dan terlepas dari kisah yang rumit ini Naw.

21/08/2021

Naura. Aku kangen banget sama kamu. Hahaha

Lucu ya? Yang ninggalin siapa, yang kangen juga siapa.

Ternyata melepaskan seseorang sesulit ini, tapi jika ini yang terbaik, kenapa enggak kan ya?

22/08/2021

Naura,

Satu kalimat yang selalu ingin kamu dengar, dan mungkin nggak akan pernah bisa kamu denger dari aku.

Naura sudah sampai pada ujung pesan yang Arga kirimkan di sana. Arga mengiriminya sebuah pesan suara. Naura memutarnya.

Aku cinta sama kamu.

I Love you.

Naura menangisi isi pesan yang tak pernah Arga kirimkan kepadanya dengan terisak hebat. Perasaannya sudah jauh lebih ringan dari sebelumnya, dan Naura tidak diliputi rasa penyesalan, ia justru merasa lega. Seperti apa yang pernah Naura katakan pada Tuhan, Naura hanya ingin Arga Bahagia, dan ia tidak mau memenjaranya. Sementara Arga bersamanya, Arga juga harus bersama dengan Maggie. Maka lebih baik bagi Arga untuk melepaskan keduanya. Dan bagi Naura, mengetahui bahwa ada seseorang yang mencintainya begitu dalam, bahwa ada seseorang yang mempertanyakan takdirnya kepada Tuhan hanya karena mencintainya, membuat Naura merasa begitu berarti.

Naura pernah berdo'a kepada Tuhan untuk memberikannya Arga dan kebahagiaan apapun untuk mereka berdua, rupanya Tuhan memang menjawabnya. Ia memberikan Naura Arga—sosok yang mencintainya lewat pertemuan singkat dengan momen-momen yang luar biasa membahagiakan, dan Tuhan juga memberikan mereka kebahagiaan—dengan melepaskan Arga dari penderitaannya selama hidup bersama Maggie, dan melepaskan Arga dari kebingungannya Selama menjalin hubungan dengan Naura. Kebahagiaan apapun untuk mereka berdua rupanya Tuhan wujudkan dalam bentuk perpisahan. Tetapi tidak apa-apa, meskipun kisah mereka hanya sejenak, namun perasaan Naura akan bertahan selamanya. Sampai kapanpun, Arga—pria bajingan yang tengah mencuri seluruh rasa cinta dalam dirinya—akan mempunyai tempat special di hati Naura, sebuah tempat yang akan tetap berada di sana dalam jangka waktu yang sangat lama, bahkan mungkin lebih dari selamanya, dengan wujud sebuah kenangan yang tak akan pernah ia lupakan.


-END-


Author Note : Kupukupukecil

Huhuhuhu

Akhirnya sampai di bagian akhir cerita juga.

Untuk yang udah ikutin kisah pahit dan kelamnya naura dan arga aku ucapkan TEPUK TANGAN YEAY! KALIAN HEBAT! KALIAN PEMBERANI! WKWKWKWKWKWK
CERITA INI BERDASARKAN KISAH NYATA. Diambil dari satu kehidupan sepasang suami istri yang menjalani kisah kayak Maggie dan Arga, tapi itu dasar ceritanya aja. Kesananya TETEP DIROMANTISASI WKWKWKWKWK aslinya tuh cowok bajingan dan gila, ceweknya sama aja gilanya.
Tapi Nyatanya, di kisah sebenarnya si 'arga' dan 'maggie' hidup Bahagia dan punya bayi, nggak tahu tapi kayak gimana wkwkwkwkwk
Kalau di sini kan dikoyak ya WKWKWKWK
Nulis scene lovey dovey nya arga saman aura tuh seru sih, tapi ironis juga.
Mau semanis apapun kisah arga sama naura, mereka tetep salah. Hubungan mereka tetep gak bisa bertahan, kecuali memang suatu saat mereka dipertemukan lagi WKWKWKWKWKWKWK
Nulisnya juga nyesek mikirin nasib mereka berdua KENAPA BEGINI BANGET WKWKWKWKWK
Anyway itu aja sih ya. Aku Cuma mau bilang MAKASIH BANYAK KALIAN KUAT SEKALI. Semoga cerita ini bisa memberikan pelajaran ya bahwa jangan bermain api takut terbakar nanti jangan bermain cintaaaa di atas luka hatiiii Bahagia yang dirasakan hanyalah sesaat tapi derita yang datang berkepanjangaaan... hoooo (ini lagu dangdut)
Meskipun mungkin kayaknya negative semua tapi SEMOGA ADA SISI POSITIF YANG BISA DIAMBIL YA. Seperti menaiki kursi saat ada doorprize biar bisa dapet hadiah menginap di hotel kayak sin aura WKWKWKWKWKWK
Ambil baiknya, buang buruknya. Dan ini HADIAH UNTUK KALIAN SEMUA PENYUKA CERITA 21+
Nih aku buatin 21+ yang +++ banget sampe pusing bgt ini terlalu dewasa MAMPUS LO GUE KASIH KATA KATA THREESOME DI AWAL PROLOG. Sampe kaget kan kalian semua? MUAHAHAHAHAHA
Oke segitu dari aku.
Dah. AKU SAYANG KALIAN :*



Author Note : diviana90

Pertemuan dan perpisahan adalah sebuah hal yang wajar terjadi dalam kehidupan. Ketika kita bertemu maka seharusnya kita harus menyiapkan diri juga untuk berpisah. Sakit, itu pasti rasa yang akan melekat akibat perpisahan. Tenang! Ini bukan akhir yang buruk, Tuhan punya cara lain untuk membuatmu bahagia. Entah itu pedih diawal atau diakhir, tapi yakinlah ... semua akan indah pada waktunya.

Ini pilihan kami untuk mengakhiri kisah Arga dan Naura, kecewa? Sudah pasti, aku dan kupukupukecil juga nangis duluan baca ending ini. Tapi ini akhir terbaik, tidak ada yang mendapatkan Arga! Semua yang berawal dari hal yang tidak baik, maka sebaiknya dihentikan saja!

Hiksss ... Hiksss ...

Ya ampun berasa jahat banget sumpah :(

Maaf ya bikin hari senin kalian jadi melow gini ...




Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 331K 54
Expectation: hot shot lawyer with winning rate 100%, happily married, before 30 Reality: average winning rate and recently divorce before 30 Hidup Ty...
520K 3.6K 2
Jatuh cinta itu mudah. Bagian tersulitnya adalah menemukan orang yang tepat untuk jatuh cinta sepenuhnya. Catatan Cerita ini sudah diterbitkan o...
38.4K 4.7K 4
(Baca Di Cabaca) Wesmilia Subroto, seorang putri konglomerat berusia 34 tahun, memiliki banyak tato di tubuhnya. Setelah mengetahui perselingkuhan s...
49.1K 2.6K 8
Abercio Bagaskara menghabiskan bertahun-tahun mencari perempuan dari masa lalunya, menyesali kesalahannya sampai tidak punya keinginan untuk bergerak...