THE LEFT EAR

By HanShionaxx

2.7K 739 380

"Berhenti membisikkan sesuatu yang tidak bisa kudengar, karena itu membuatku bingung." 12/12/21 -- Highest ra... More

TLE : One
TLE : Two
TLE : Four
TLE : Five
TLE : Six
TLE : Seven
TLE : Eight
TLE : Nine

TLE : Three

267 73 22
By HanShionaxx

The Left Ear 🥀
(Park Jiyeon - Oh Sehun)

Kai mendorong kursi roda dengan penuh kehati-hatian, rasa bersalah sekaligus tak nyaman sekelebat melintas di benaknya.

"Jadi namamu Kai?" Tanya Jiyeon yang dibalas deheman singkat dari Kai yang masih fokus mendorong kursi rodanya.

Kai menelusupkan tangan kirinya di paha Jiyeon, dan satu tangannya lagi merangkul bahu wanita itu. Menggendong tubuh kecil Jiyeon yang terasa ringan dan memindahkannya pada kursi yang tersedia di kantin rumah sakit.

"Tunggu di sini." Pinta Kai yang sembari melenggang pergi memesan makanan.

Jiyeon menyangga dagunya sembari menatap punggung Kai yang terlihat lebar. Jiyeon benar-benar merasa nyaman berada di samping sahabatnya itu. Apa dulu ia pernah jatuh cinta pada sosok sahabatnya itu, Park Jiyeon segera menepis pertanyaan-pertanyaannya bodoh yang seketika memenuhi otak kecilnya.

Kai datang dengan dua nampan penuh makanan, Jiyeon kembali dibuat terpesona dengan kharisma Kai yang memabukkan. Kemeja putih yang dikenakan pria itu nampak memberi poin plus di kedua mata Jiyeon.

"Makanlah." Ucap Kai seraya menyeruput shin ramyeon yang dipesannya.

"Kai-ah." Panggil Jiyeon dengan lembut, kedua mata kucing itu menatap Kai yang memakan ramyeon-nya dengan lahap.

DEG

Kedua mata Kai sukses melebar sempurna. Anggap saja Kai belum terbiasa akan panggilan dari Park Jiyeon.

"Kau memanggilku?"

Jiyeon mengangguk sembari memperlebar senyum manisnya, kedua mata kucing itu terlihat semakin manis dikala sang empunya tersenyum dengan lebarnya, seperti saat ini.

"Bisakah kau menceritakan tentang pertemuan pertama kita?" Pinta Jiyeon dengan nada yang memelas, menyatukan kedua tangan layaknya tengah memohon.

Kai terlihat berpikir sejenak, otak kecilnya mencoba untuk mengarang sebuah cerita yang terdengar masuk akal untuk didengar.

"Aku tidak ingat begitu jelas, yang ku ingat persahabatan kita mengalir begitu saja layaknya air."

Kai menyerah, otaknya bahkan tidak bisa diajak untuk bekerja sama. Terlalu dangkal jika hanya untuk mengarang sebuah cerita, Kai bukan pendusta handal yang pandai merangkai kata.

Jiyeon mengerucutkan bibirnya lucu hingga Kai dibuat gemas olehnya, rasanya Kai ingin mencubit bibir gadis itu.

Tak terasa mereka berdua terlarut dalam konversasi ringan selama hampir satu jam. Tanpa disadari keduanya, Oh Sehun mengamati mereka sedari tadi dengan raut dinginnya.

🥀🌹🥀🌹🥀🌹

Suasana cafe Delight yang terletak di kawasan kota Seoul terlihat tak seramai biasanya. Cafe yang didesain bergaya Vintage itu terlihat tak seramai biasanya. Banyak pasangan muda-mudi yang menghabiskan waktu mereka sembari berbincang ringan ditemani dengan segelas kopi dan cake sebagai hidangannya.

"Hubunganmu dan Sehun seserius itu?" Tanya seorang wanita berambut sebahu dengan lipstik merahnya.

Bae Irene mengulas senyum semanis madu, merapatkan kembali mantelnya yang tak sengaja terbuka.

"Untuk apa aku menjalani sebuah hubungan jika hanya untuk bermain-main. Lebih baik aku single daripada membuang waktuku untuk menjaga-kan jodoh orang lain." Balas Irene dengan candaan.

Wendy tertawa kencang mendengarnya, Irene memang tidak seperti kebanyakan wanita. Irene cenderung cuek dengan lawan jenis, bahkan puluhan pria ia tolak secara terang-terangan karena ia sudah menjalin hubungan dengan Sehun kala itu.

"Ku dengar Suho oppa sudah kembali dari Amerika."

Irene mengehentikan aktivitasnya memainkan ponsel.

"Benarkah?" Tanyanya tanpa minat.

Wendy mengangguk penuh antusias, jarinya mencomot red velvet yang terlihat menggiurkan.

"Wajahnya terlihat semakin dewasa, aku bahkan hampir tidak mengenalinya jika Taeyong tidak menyapanya kemarin."

Selera makan Irene seketika menguap manakala nama yang telah lama ia block list dari hidupnya senter kembali terdengar.

"Kau tenang saja, ia tidak akan kembali mengganggumu. Dia kembali ke sini karena akan melangsungkan pertunangannya dengan salah satu anak CEO terpandang."

Irene mengaduk greentea-nya seraya tersenyum kecut, mengingat kembali kenangan masa lalu saat pria yang kerap dipanggil Suho itu selalu mengusik hari tenangnya.

"Aku turut bahagia mendengarnya." Jawabnya tenang.

Matanya melirik ponselnya yang kini tengah menyala, nama Oh Sehun terpampang dengan jelas di layar ponselnya.

"Ya, Sehun-ah?"

".........."

"Aku berada di Delight bersama Wendy."

".........."

"Baiklah, aku akan menunggumu."

Irene memasukkan ponselnya ke dalam tas, keningnya tertaut heran saat Wendy menatapnya dengan matanya yang bulat sembari menyangga dagu di atas meja.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Wendy tersenyum lebar, "Ceritakan padaku, apa yang pria protektif itu katakan."

Irene memasang wajahnya yang datar, temannya yang satu itu memang suka sekali penasaran dengan hubungannya dan Sehun. Mungkin efek karena menjomblo terlalu lama.

"Sehun mengajakku menjemput Vivi di pet shop."

Wendy hanya ber-oh ria setelah ia mengetahui kebenarannya.

🥀🌹🥀🌹🥀🌹

Sore ini Jiyeon kembali menyempatkan diri merenung di taman rumah sakit. Tangan kirinya menggosok telinga kirinya sedikit lebih keras.

Tanpa sadar kedua matanya berkaca-kaca, Jiyeon menggigit bibirnya dengan perasaan yang rapuh.

Sepintas dirinya terlonjak kaget manakala tepukan halus menyapa pundaknya.

"Sedang apa?" Tanya Kyung-soo seraya mendudukkan pantatnya di kursi sebelahnya.

Terkesiap, dengan segera Jiyeon mengusap lelehan liquid bening yang merembes di kedua matanya.

"Dokter Do, apa yang anda lakukan di sini?" Bukan jawaban yang didapat Kyung-soo, melainkan sebuah pertanyaan. Do Kyung-soo tersenyum simpul mendengarnya.

Kyung-soo memberi isyarat dengan menunjuk telinganya sendiri, dan Jiyeon langsung memahaminya.

"Ah iya, telinga kiri ku sepertinya bermasalah setelah kecelakaan tempo hari."

Kyung-soo mengangguk, kedua bulatnya terfokuskan pada sepasang pasien suami istri yang sudah lanjut usia tapi masih semangat melawan penyakitnya.

"Dokter Zhang mungkin belum menyatakan apapun tentang telinga kiri mu karena ia tengah berada di luar negeri untuk menyelesaikan pekerjaannya yang lain."

Park Jiyeon menautkan jemarinya resah di tumpuan, kepalanya menunduk karena ia tidak ingin terlihat lemah oleh siapapun.

"Jangan sedih begitu, kau harus menjalani hidupmu dengan semangat seperti mereka." Tunjuk Kyung-soo pada pasangan suami istri yang sudah renta.

Jiyeon yang awalnya tertunduk kini mengikuti arah pandang Kyung-soo. Mematri senyuman manis yang membuat Kyung-soo tertegun sesaat.

"Jika kau merasa kesepian, ku rasa kau bisa mendengarkannya."

Jiyeon melirik sebuah mp3 dan sebuah earphone yang disodorkan oleh Kyung-soo.

"Terima kasih dokter Do."

Sejemang keheningan terjadi diantaranya, Jiyeon memandang Kyung-soo yang kini berdiri dihadapannya.

"Aku pergi dulu." Ucapnya yang dibalas anggukan singkat Jiyeon.

Jiyeon mengamati benda pemberian Kyung-soo dengan penuh haru, anggap saja Jiyeon terlalu berlebihan. Tapi jujur saja, Jiyeon merasa senang karena mendapat perhatian kecil dari orang lain.

Jiyeon mengernyit saat ia tak dapat mendengar apapun dari earphone yang ia sumpal ditelinga kanannya. Mungkin saja earphone-nya rusak dan dokter Do tidak menyadarinya. Gadis itu menghela nafasnya pelan.

.....

Keesokan harinya.

Park Jiyeon menyusuri lorong rumah sakit dengan langkahnya yang tergolong lambat, maniknya menelisik satu persatu ruangan yang terlihat sedikit transparan. Dirinya mencari keberadaan dokter Do karena ingin mengembalikan mp3 dan earphone yang diberikan oleh dokter itu kemarin.

Brukk..

Tanpa sadar bahunya menubruk seseorang yang rasanya lebih tinggi darinya.

Dokter Oh.

Jiyeon membungkukkan badannya berkali-kali sembari mengucap maaf, tatapan datar penuh intimidasi membuat Jiyeon terdiam seketika.

"Tunggu." Ucapnya saat dokter muda itu hendak meneruskan kembali langkahnya yang sempat tertunda.

"Apa dokter Oh tahu dimana dokter Do?"

Sehun memainkan pipi bagian dalamnya, menghindari tatapan sayu gadis di depannya itu.

"Setelah persimpangan lorong ini, belok ke kiri. Dokter Do sedang ada di unit CCU. Jangan langsung masuk dan mengganggunya, setidaknya tunggulah di luar."

Jiyeon menelan ludahnya kasar disaat kedua matanya saling beradu pandang. Sial, kenapa dokter Oh terlihat begitu tampan jika dilihat dari sedekat ini, pikirnya.

"Baiklah, terima kasih." Jiyeon memilih untuk bergegas pergi terlebih dulu. Setelah ia kehilangan ingatan dan telinga kirinya bermasalah, lalu sekarang apakah jantungnya juga ikutan bermasalah. Sepertinya Jiyeon harus segera memeriksakan kondisi jantungnya juga.

Jiyeon menepuk kedua pipinya keras, membuat pipinya merona merah.

"Dokter Do!" Serunya pada seorang pria berperawakan sedikit tinggi dengan rambut yang dipangkas pendek.

Kyung-soo tersenyum simpul saat dirinya mendapati sosok Park Jiyeon dengan langkah semangat menghampiri dirinya.

"Ada apa?"

Jiyeon mengambil sesuatu dari saku baju rumah sakit yang ia kenakan kemudian memberikannya pada Kyung-soo yang terlihat kebingungan.

"Aku ingin mengembalikan ini." Gumam Jiyeon sembari menggigit bibir bawahnya risau.

"Sepertinya earphone-nya rusak-- tunggu maksudku bukan aku yang merusaknya, kemarin aku hendak memakainya di telinga kanan ku namun aku tidak bisa mendengar apapun."

Kyung-soo hanya menganggukkan kepalanya, lalu memasukkan mp3 beserta earphone-nya ke saku.

"Aku tidak tahu jika earphone-nya tidak berfungsi karena aku memang belum memakainya. Benda ini milik Sehun."

🥀🌹🥀🌹🥀🌹

Dua remaja laki-laki berparas tampan sedari tadi memandang takjub bangunan megah dihadapan mereka. Sunghoon dan Jake dibuat terpesona oleh Grand Hyatt  yang terlihat lebih bagus jika didatangi langsung daripada melihatnya melalui gambar.

"Gosh, Kau sungguh mengajak kami kesini?" Tanya Jake dengan kedua mata berbinar.

Sunghoon memukul pundak Jake ringan, "Bukan masalah besar baginya, keluarga Park berada di level yang berbeda." Canda Sunghoon.

"Ikuti aku." Titah Jay sembari memimpin jalan, langkahnya menyusuri gedung mewah itu dengan cepat. Membuat Jake dan Sunghoon kuwalahan mengikuti jejak Jay.

Jay mengetukkan sebuah cardlock pada sebuah kotak sensor di daun pintu, kemudian membukanya lebar-lebar mempersilahkan Jake dan Sunghoon masuk terlebih dahulu.

"Tutup mulutmu Jake, liurmu seperti ingin menetes." Kata Sunghoon sembari menyenggol lengan Jake.

Jay hanya menanggapi aksi kocak temannya dengan tersenyum miring. Tatapannya beralih pada Jake yang sibuk merekam suasana malam yang indah melalui balkon kamar.

"Jake kau membawakan apa yang ku minta kan?"

Jake menatap Jay dengan tatapan anjingnya, seketika Jay memutar bola matanya malas. Ia sudah cukup hapal dengan tabiat Jake yang pelupa.

"Jangan berbicara apapun, aku sudah tahu apa maksudmu jika kau memberiku tatapan anjing seperti itu."

Sunghoon hanya bisa terpingkal keras, pria manis itu menepuk punggung Jake sembari merangkulnya gemas.

Jake hanya bisa mengerucutkan bibirnya lucu, kemudian dirinya melirik Sunghoon yang kini tengah fokus men-scroll akun sosial media miliknya.

"Gila, kecelakaannya benar-benar mengerikan." Gumam Sunghoon yang masih menonton sebuah cuplikan yang tanpa sengaja ia lihat.

"Aku juga sudah melihatnya kemarin, bersyukur korbannya masih selamat."

Jay nampak tak menaruh minat dengan percakapan kedua temannya itu, ia memilih untuk mencomot cemilannya dengan tenang sembari menikmati udara malam dari balkon.

"Lihatlah, korbannya seorang perempuan. Dia pasti hebat karena masih bertahan hingga saat ini."

Jake memusatkan atensinya pada plat mobil sang korban, ia merasa tidak asing dengan plat mobil yang sudah tak berbentuk karena sangking kerasnya benturan  yang menghantam pembatas jalan.

"Plat mobilnya serasa tak asing."

Sunghoon melirik Jake tak yakin, "Kau serius?"

Jake mengangguk yakin, kali ini tebakannya tidak mungkin meleset begitu saja. Tapi dimana ia pernah melihat plat mobil itu seperti itu. Memikirkannya saja membuat Jake pusing.

"Mungkin saja kau pernah tak sengaja melihatnya." Sahut Jay yang kini berjalan mendekati kedua temannya yang masih terpaku ditempat.

"Mungkin." Ucap Jake meragu.

To be continued...

Up seminggu sekali setiap hari sabtu atau minggu ya. Tapi untuk minggu besok aku ijin ngga up dulu hehe...
Okay, selamat menikmati 🥀

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 291K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
717K 68.7K 32
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
7M 345K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.5M 21.6K 24
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...