[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.2 :...

By Wiki_Dwiki

88.7K 26.5K 8.2K

Wooyoung : "Matanya Santoso warnanya ungu, kece!" Yohan : "Iya kece banget kayak anak indihome!" San : "Maksu... More

Intro : "Setan Tanah Rejowerno"
"Sigel Kagungane Basukarna"
1. Hari yang Indah (?)
2. Ubah Haluan
3. Jalan Alternatif
4. Drama Double Y
6. Memanipulasi?
7. Debat Antar Calon OSIS
8. Saksi Mata Lain
9. Mengintip Kegelapan
10. Kalimat Asing
11. Keberangkatan
What Do You Think?
12. Hari Pertama
13. Bincang Malam dan Penampakan
14. Arus Sungai
15. Sesuai Rencana?
16. Jiwa Yang Terganggu
17. Area Pangkalan Militer
18. Critical In
19. Menyusup
20. Rangkaian Tragedi
21. PARANOIA
22. Kembali Pada Tempatnya
Epilogue : Lembar Kisah Terakhir

5. Persiapan

3.2K 1K 483
By Wiki_Dwiki

.
.
.

    Changbin yang merasakan kecanggungan diantara Yohan dan Yeonjun cuma tertawa dalam hati. Beda kayak San, Changbin langsung tau kalo keduanya pasti baru bertengkar. Setelah San dan Wooyoung kembali membawa nampan berisi gelas kopi, Changbin tanpa suruhan memimpin rapat.
 
 
    Ketika sang ketua sedang resah hati, Changbin sang putra tunas kelapa siap siaga jadi pengganti.
 
 
  "Oke, kita udah nyusun visi misi buat Yeonjun. Sistemnya kayak biasa, kita baca hasil kita satu satu terus kita ambil poin terpenting dari setiap orang, setuju?" Tanya Changbin.

  "Setuju!" Seru Wooyoung heboh sendiri.

  "Mulai dari yang paling ningrat aja, yuk?" Kata Changbin.

    Semua langsung menoleh kepada San.

  "Visi misinya biasa aja sih. Visi nya mewujudkan Organisasi Siswa Intra Sekolah yang dapat menampung para siswa agar bisa lebih produktif dan dapat berorganisasi dengan baik. Misinya pertama, memaksimalkan kegiatan ekstrakurikuler, kedua, mengadakan kegiatan yang dapat melatih kerja sama tim, ketiga, mengurangi diskriminasi dan mengembangkan sikap toleransi di antara siswa dan guru lewat program Sekolah Ramah Anak." Jelas San.

  "Kamu kayak pak bupati, asli." Ucap Wooyoung.

  "Makasih?" Balas San dengan senyum dipaksakan.

    Tapi Changbin tampak nggak puas, "nggak seru."

  "Emangnya kamu mengharap apa dari visi misi jadi ketua OSIS, hah?" Tanya San.

  "Changbin pinginnya ada gerakan membakar sekolah agar dana dari pemerintah bisa turun sebanyak banyaknya." Jawab Wooyoung.

  "Ya Allah, temenku sesat semua." Ucap San.

  "Punyanya San kita simpen dulu," ucap Changbin, "sekarang aku, kan?"

  "Loh, katanya diurutkan dari yang paling ningrat dulu, habis San harusnya aku, dong?" Kata Wooyoung nggak terima.

  "Lah, aku duluan, dong -_-" Changbin juga nggak terima.

  "Aku keturunan kesatria, cuy!" Kata Wooyoung.

  "Duwitku banyak, cuy!" Balas Changbin.

    Wooyoung diam seketika dengan muka melas, "iya deh, kamu dulu."

    San ketawa sambil menepuk nepuk kepala Wooyoung.

  "Oke," Changbin berucap, "visinya memajukan sekolah biar nabrak jalan."

  "Baru kalimat pertama kok udah ngadi ngadi?" Tanya Wooyoung.

  "Coba kamu baca visimu apa!" Kata Changbin kesal.

  "Visinya adalah meningkatkan kesejahteraan semua warga sekolah." Kata Wooyoung.

    Changbin mengerutkan keningnya, "kok normal?"—batinnya.

  "Misinya yang pertama adalah menggratiskan biaya sekolah, kedua adalah menurunkan harga ayam geprek-nya mak kantin dan harga pulpen di kopsis, ketiga adalah semua biaya sekolah seluruh siswa dutanggung oleh tetua desa." Lanjut Wooyoung.

  "Allahuakbar, Yong. Kamu mau bikin tetua mati berdiri? Dan apa hubungannya kesejahteraan ama harga ayam geprek ama pulpen, hah?" Tanya Changbin.

  "Aku tiap mau makan siang tuh, mikir dulu, mending beli ayam geprek mak kantin buat setengah hari atau promag buat seminggu." Kata Wooyoung.

  "Itu mah, kamunya aja yang melarat." Kata Changbin.
 
  "Iya, iya, aku melarat, ga usah dijelasin segala." Kata Wooyoung sedikit kesal.

  "Kalian gimana?" Tanya San pada Yohan dan Yeonjun.

  "Ga gimana gimana, aku tiba tiba kepikiran sesuatu." Kata Yeonjun.

  "Kepikiran apa?" Tanya Changbin.

  "Kalo seumpama aku nggak punya wakil yang diajukan, bisa jadi calon ketua OSIS yang kalah bakal jadi wakilku, kan?" Ucap Yeonjun.

  "Itu nggak masalah," Yohan menjawab, "tapi emang lebih afdol kalo ada wakilnya."

  "Siapa coba yang mau jadi wakil dadakan?" Tanya Changbin.

  "Aku mau :D" Wooyoung mengajukan diri.

    San menatap Yeonjun dengan muka melas, "jangan Wooyoung, Yeon.. ntar sekolah serasa taman bermain buat dia."

    Yeonjun ketawa, "aku nggak sebodoh itu milih wakil nggak berkualitas kayak Wooyoung."

  "Bully aja terus." Ucap Wooyoung.

  "Yeosang palingan mau, dia pasti jadi pengangguran karena aku mengundurkan diri jadi calon Pradana." Kata Changbin.

  "Jangan." Yohan tersenyum tipis, "anak itu terlalu beresiko.. jangan sampai terlibat ama dia pokoknya."
 
 
    Yohan agak—sangat trauma ama Yeosang.
 
  
  "Emang Yeosang se serem itu?" Wooyoung bertanya.

  "Dia pendiem banget, sih." Kata San.

    Changbin ketawa, "coba, deh, Yong.. kamu SKSD ama dia, kalo udah akrab pasti keliatan pe'a-nya."

  "Terus gimana nih, calon waketos-nya?" Tanya San.

  "Hyewon." Ucap Yeonjun tanpa ragu, "dia yang satu pandangan ama aku, selama aku jadi ketua kelas, dia yang paling amanah walaupun jiwanya kayak psikopat."

  "Kayaknya ga sadar diri harus jadi hobi barumu, Yeon." Ucap Changbin.

  "Setuju, sih. Soalnya liat gimana dia peduli banget ama Wooyoung, aku yakin kalau Wooyoung nggak bakal kenapa napa kalo Hyewon jadi penguasa." Kata San.

  "Masalahnya sekarang, si Hyewon mau apa nggak." Kata Changbin.

  "Mau!" Seru Wooyoung, "dia pasti mau. Tenang aja, serahkan padaku!" Kata Wooyoung sambil merekahkan senyumnya.
 
 
    Mereka lalu melanjutkan kegiatan menyusun visi misi untuk Yeonjun hingga pukul 2 malam. San, Changbin ama Wooyoung udah ketiduran sementara Yeonjun masih berlatih bagaimana besok dia harus membacakan visi misi di depan panggung agar orang orang percaya sama dia. Yohan nemenin dia, tapi ga ada percakapan apapun di antara mereka.

  "Maaf, Yeon." Yohan menghancurkan konsentrasi Yeonjun pada kertas di tangannya.

  "Buat?" Tanya Yeonjun.

  "Aku tadi ngomong jahat ke kamu, maafin aku." Ucap Yohan.

    Yeonjun diem doang.

  "Harusnya aku nggak bilang gitu tadi, tapi ada sesuatu yang bikin aku tiba tiba bilang gitu." Ucap Yohan.

  "Nggak papa, beneran. Aku cuma kaget aja. Aku tiba tiba kepikiran pas kamu akting bersekongkol dengan para sekte seaat dulu dan meminta kakak kelas itu tak membunuhku karena kau yang akan membunuhku." Kata Yeonjun, "aku agak takut pas kamu bilang kayak tadi, bukannya takut aku bakal mati, aku cuma takut nanti yang lain ikut terdampak, nanti gaada lagi tempat yang bisa bikin mereka seneng seneng kayak sekarang."

    Yohan mengangguk, "aku bakal lebih hati hati pas ngomong sekarang. Btw, mau bantuin, nggak?"

  "Apa?"

    Yohan menunjuk ketiga anak yang udah tidur itu, "pindahin mereka dari San, itu kayaknya San sesek banget diapit dua bocil ini."

    Yeonjun ketawa. San yang tidur diantara Changbin ama Wooyoung sekaligus dijadikan bantal guling itu tampak tak nyaman dalam lelapnya. Dia mau gerak tapi nggak bisa, pasti itu San udah kesemutan lengennya.

    Yohan memindahkan Changbin sementara Yeonjun memindahkan Wooyoung. Yohan kemudian membereskan gelas bekas kopi itu sementara Yeonjun lanjut memindahkan San, pas lagi mengangkat tubuh San pelan pelan biar anaknya nggak bangun, anak itu mengigau kecil. Awalnya hanya omongan omongan melantur yang tak jelas, sampai akhirnya Yeonjun menangkap beberapa ucapan dari San.

  "Kumohon.." ucap San lirih sambil menggeleng, "mati pun, aku tak masalah.."

  "Apa yang kau mimpikan?" Batin Yeonjun sambil meletakkan tubuh San di atas sofa, tak lupa memberikannya bantal dan selimut.

  "Ada apa?" Tanya Yohan.

    Yeonjun menggelengkan kepala, "lagi mimpi buruk kayaknya si San."

  "Kau segeralah tidur, jangan sampai drama murahannya Rejowerno bikin kamu stres." Kata Yohan.

  "Refleksi diri, Han." Balas Yeonjun.

.
.

    Esoknya di sekolah, pada saat jam pelajaran kosong, Yeonjun segera menghampiri teman sebangkunya San yang lagi bercerita mengenai film thriller yang dia tonton tadi malam pada San. Yeonjun berdeham kecil meminta perhatian dari Hyewon namun gadis itu mengabaikannya dan lanjut bercerita tentang bagaimana pelaku memenggal kepala korbannya menggunakan kapak yang sudah tumpul.

    Mukanya San udah menyiratkan bahwa dia nggak nyaman sama Hyewon yang menceritakan adegan berdarah itu dengan muka bahagia, seperti gadis yang menceritakan tentang kencan pertamanya, tapi Hyewon nggak peka, dia nyerocos terus, pokok pas dia cerita adegan brutalnya dia semangat banget.

  "Hye." Panggil Yeonjun, Hyewon berhenti bercerita sambil menoleh pada Yeonjun dengan muka penuh dendam.

  "Apaan?" Tanyanya, "kamu nggak kasihan ama San? Dia lagi asik dengerin aku tapi kamu gangguin."

  "Justru karena aku kasihan ama San makanya kamu aku ajak ngomong -_-" Kata Yeonjun.

    Hyewon menoleh pada San yang tampak hampir muntah itu, lalu dia tertawa tanpa dosa. "Kamu kalo nggak suka bilang aja, San."

  "Aku masih sayang ama tulang leherku, makanya aku tahan." Kata San menutup mulutnya.

  "Kamu kenapa manggil manggil?" Tanya Hyewon sewot pada Yeonjun.

  "Maaf kalo tiba tiba, tapi kamu mau nggak jadi—"

  "Nggak, aku ga ada perasaan apa apa sama kamu. Aku lagi PDKT ama San, kamu jangan jadi orang ketiga." Sela Hyewon.

     Yeonjun pingin jambak rambutnya Hyewon asli. San cuma ketawa canggung liat wajahnya Yeonjun yang kayak mau mukul orang itu. Yohan dan Changbin yang nyimak auto ngakak kenceng banget sampai batuk batuk.

  "Sabar, Yeon. Aku tau Hyewon emang rada bajingan tapi ingatlah kalo kamu nggak boleh main tangan sama cewek." Kata Wooyoung.

    Yeonjun menarik nafas panjang lalu dia hembuskan, "Hyewon kamu mau nggak jadi wakil ketua OSIS?"

    Hyewon menatap Yeonjun dari ujung kepala sampai kaki, "wakilnya siapa?"

  "Wakilku." Jawab Yeonjun.

    Hyewon mengerutkan kening, "hah? Gimana, gimana?"

  "Aku jadi ketuanya, kamu jadi wakilnya gitu." Kata Yaeonjun.

    Hyewon ketawa, "kamu? Jadi ketua OSIS? Allahuakbar, ngurus kelas aja ngga bisa kok jadi ketua OSIS, lawak banget asli. Mending juga aku ketuanya kamu jadi babuku."

  "Hye, aku serius. Ini rencana Yohan." Kata Yeonjun.

    Hyewon melirik Yohan yang duduk di belakangnya, gadis cantik itu tersenyum miring lalu menoleh pada Yeonjun, "aku dibayar nggak, nih?"

  "Kamu maunya apa?" Tanya Yeonjun.

  "Boleh apa aja?" Tanya Hyewon balik.

    Yeonjun dengan berat mengangguk, "asal kamu mau jadi wakilku."

    Kayaknya Hyewon itu sosok yang paling bahagia hidupnya, dia ketawa lagi. "Buat itu aku simpen dulu, nanti kalo aku butuh sewaktu waktu bakal aku tagih."

  "Deal?" Yeonjun mengulurkan tangan.

  "Deal." Jawab Hyewon membalas uluran tangan Yeonjun.

  "Tumben kamu gampang banget diajak kerja sama." Kata Yeonjun.

  "Soalnya Youngie yang minta. Makanya aku mau." Jawab Hyewon.

  "Kamu itu sukanya ama San atau Wooyoung, sih?" Tanya Yeonjun.

  "Kalo bisa dua duanya kenapa harus satu?" Balas Hyewon dan Yeonjun ketawa nggak habis pikir ama gadis satu ini.

  "Otakmu kelainan kayaknya, Hye." Ucap Yeonjun.

  "Ga sadar diri banget kamu, utututu." Balas Hyewon.

.

    San barusan piket membersihkan perpustakaan, sekarang dia lagi otw ke kantin. Yeonjun udah mengajukan dirinya sebagai calon ketua dan Hyewon sebagai wakil ketua OSIS sekarang lagi kumpul ama yang lain di kantin karena ruang Klub 513 yang Serim janjikan belum sempat terwujud. Nanti kalo Yeonjun menang jadi ketua, barulah mereka akan punya ruang Klub sendiri.

    Di perjalanannya dia bertemu Yohan yang lagi berdiri di depan sebuah rak kaca berisi puluhan piala dan piagam. San ikut melihat dan dia tersenyum lebar ketika menyadari jika semua piala dan piagam itu adalah milik Yohan.

  "Kamu pasti bangga banget." Tawa San.

  "B aja." Jawab Yohan.

  "Terus kamu ngapain berdiri disini ngeliatin piagam ama pialamu?" Tanya San.

  "Aku lagi butuh uang," Yohan menghela nafas panjang, "awalnya mikir mau ngajakin Hangyul jaga lilin, tapi haram. Tarus aku mikir, piagam ama piala kayak gini kalo dijual laku berapa, ya?"

  "Astagfirullah, Yohan -_-" San nggak habis pikir ama pemikiran ketua Klub nya ini.

    Yohan cengengesan, "ngejual diri yuk, San?"

  "Kalo kamu mau sesat biasakan jangan ngajakin orang." Balas San.

    Sebelum Yohan idenya makin ngadi ngadi karena kelaparan. San segera menggeret kawannya itu pergi ke kantin, menghampiri Wooyoung, Yeonjun dan Changbin sudah menunggu sambil ngemil kerupuk.

    Kelimanya kini makan dengan anteng, kecuali Wooyoung dan San yang bertengkar kecil karena masalah makan bakso itu kuahnya dulu atau kuahnya bareng ama isiannya. Si Yohan udah kelar makan tapi kedua anaknya itu masih asik mempertahankan pendirian masing masing.

  "Apa nikmatnya coba makan bakso dan kuah sampai habis barengan?" Tanya Wooyoung.

  "Kan biar nggak seret, Woo." Balas San.

  "Liat deh, itu siomay gorengnya jadi nggak kriuk lagi." Kata Wooyoung.

  "Kan ga masalah, aku pinginnya gitu. Kalo mau kriuk ya siomay gorengnya dimakan duluan." Kata San.

  "Nggak. Makan bakso itu kuahnya dulu, nanti isinya dimakan sama saosnya." Ucap Wooyoung.

    Yeonjun menggelengkan kepala, "udah yuk, debatnya. Itu baksonya dimakan ntar keburu dingin. Kalo mau lanjut, iniloh garpu."

  "Bin," panggil Yohan, Changbin menoleh. "Aku pinjem uang, dong.."

  "Utangmu bulan lalu aja belum kamu bayar." Kata Changbin.

  "Nah, uangmu nanti aku buat investasi, terus bulan depan aku bayar." Jawab Yohan.

  "Investasi apaan kalo kamu ngutangnya buat beli rokok?" Tanya Changbin.

  "Investasi kanker paru paru, kali." Imbuh Yeonjun.

    Yohan ketawa doang, "asli mulutku asem banget, udah dua minggu nggak rokok."

  "Di Masjid ada kotak amal loh, Yohan :D" Kata Wooyoung.

  "Allahuakbar, sesat banget sarannya." Kata Yeonjun menapuk mulut Wooyoung.

  "Ide bagus." Kata Yohan.

  "Gausah ngadi ngadi kamu, Han -_-" Kata Changbin.

  "Kamu butuh berapa, Han?" Tanya San.

    Semuanya langsung menoleh pada San. Yohan tersenyum sumringah.

  "Kamu mau pinjemin?" Tanya Yohan.

  "Gausah pinjem, aku kasih, kamu butuh berapa." Kata San.

  "Nah, ini loh, temen yang asli—"

  "Tapi kalo sampai kamu menuai penyakit dan mati muda, aku nggak akan maafin kamu sampai kapanpun." San menyela, "aku sanggup biayain kebutuhan rokok-mu setiap hari, tapi kamu harus janji sama aku kalo kamu nggak bakal menuai penyakit dan mati di umur muda. Gimana?"

    Yohan langsung menggeleng ngeri, "minta uang buat beli permen aja, boleh, San?"

 
    Yeonjun, Wooyoung ama Changbin mentertawakan Yohan yang dimarahi sama 'Sang Raden' itu. Ternyata San bisa lebih nyeremin daripada Yeonjun yang kalo ngancem terang terangan.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
######

Halo, Hola!

Selamat Hari Minggu!
Selamat istirahat, kalian udah berjuang minggu ini ^^
Semangat buat minggu depan!

Jaga kesehatan jangan lupa bahagia <3
 
 
Makasih udah baca!
 

Luv kalian semua ❣️❣️❣️
 
 

Continue Reading

You'll Also Like

251K 48.1K 79
ㅡft. Hanbin ❝ Kelakuan 4 peliharaan di keluarga Narendra. ❞ ㅡsandenim High rank #1 on 00line (201017) #1 on Junghwan (201027) #1 on Junkyu (201118) #...
Psycho | TXT √ By siputtt

Mystery / Thriller

66.8K 14.2K 23
[ Hargai penulis dengan follow terlebih dahulu] "Kalian semua bakalan mati." Start: 17 Juni 2020 Finish: 26 Juni 2020
11.2K 1.6K 33
[DIHARAPKAN UNTUK MEMBACA S1-NYA TERLEBIH DAHULU!] Tak ada lagi kekacauan, tak ada lagi ketidakadilan, tak ada lagi kekejaman, dan tak ada lagi mayat...
20.3K 5.1K 30
Kami kembali! Dengan wajah baru. Dengan wujud baru. Dan dengan misi yang baru. pt two of nzt update tidak terjadwal. Diharapkan untuk membaca seri...