Cicatrize ✔️

By chocokiiim

48.4K 5.7K 1K

Dia hadir dan memperbaiki semuanya, menjadikanku sosok tangguh yang lebih baik. Dia datang dengan cinta, dan... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43 - Fin
Epilog
Bonus Chapter - 1
Bonus Chapter - 2

Chapter 17

986 147 17
By chocokiiim

Sebelum mulai kiw lah kita main game. Kalo di chapter ini tembus 30 votes, aku bakal langsung up chapter selanjutnya, loh. Sedikit spoiler untuk kalian, bakal ada kejutan di chapter selanjutnya loh~ penasaran gaa? Kalo penasaran, kiw lah vote yang kenceng hihi.

Okede gitu aja. Jangan lupa yaakk. 30 vote aja kok ga banyak-banyak hihi. Happy reading!!

*

*

*

Kicauan burung mulai mengisi hari. Langit kelam yang sebelumnya membentangi angkasa kini telah berganti menjadi biru lembut. Ditemani dengan semburat awan tipis, sang surya mulai menduduki singgasananya. Perlahan, seisi desa menjadi cerah. Kelopak bunga sakura menghujani jalanan, menambah kesan indah dan damainya pagi di Konohagakure.

Dari damainya pemandangan di luar sana, seorang gadis dengan warna rambut yang serupa dengan kelopak sakura tengah merias dirinya. Ia tidak biasa bersolek. Namun khusus hari ini, ia memanfaatkan sejumlah kosmetik yang pernah ia beli bersama Ino untuk menyambut hari besar sahabatnya. Sakura mengaplikasikan rupa benda itu dengan sederhana, setidaknya mampu mempertegas wajah cantiknya.

Setelah dianggap pas, Sakura menyisir surai merah mudanya lalu menggulungnya. Tak lupa ia menyampirkan poninya ke samping kemudian menjepitnya dengan jepit rambut bermata giok pemberian Gaara. Sakura berdiri, memandang pantulan dirinya di cermin kemudian tersenyum puas.

"Yosh. Ayo kita berangkat."

Sakura menyambar tas jinjing serta kado pernikahan untuk Naruto yang telah ia persiapkan. Setelah merapikan dress yang ia kenakan, Sakura bersiap untuk keluar dari dalam apartemen. Gadis itu memasang senyum sebelum keluar dari kediamannya. Hari bahagia akan dimulai.

***

"Yo, Kazekage! Kau sudah sampai, eh?"

Gaara mengangguk lalu menatap Bee dengan singkat. Kankuro bercakap-cakap sejenak dengan jinchuuriki dari Kumogakure itu. Sepasang iris jade milik Gaara menyapu sekitarnya, berusaha menemukan sosok gadis berambut merah muda di antara kerumunan orang.

"Kau mencari siapa?"

Gaara tersentak ketika Kankuro menepuk pundaknya. Pemuda itu mengatur mimik wajahnya laku bertanya, "Dimana Temari?"

Pengalihan yang bagus.

"Entahlah. Paling dia pergi menemui Shikamaru- ah lihat! Benar kan apa yang kubilang."

Gaara mengikuti arah telunjuk sang kakak. Dari sini, ia dapat melihat tangan Temari tengah digandeng oleh pemuda yang terkenal cerdas di Konoha tersebut. Gaara tersenyum samar melihat wajah kakaknya yang merona. Ia mengalihkan pandangan dan gotcha! Iris jade nya menemukan sosok berambut merah muda di sana. Pemuda itu sedikit gagal fokus ketika mendapati gadis itu dalam balutan dress berwarna peach -terlihat sangat kontras dengan penampilannya selama ini. Sakura di hari biasa saja sudah terlihat cantik, dan hari ini gadis itu terlihat ratusan kali lipat lebih cantik.

Haruskah ia mengaku pada Sakura jika gadis itu terlihat sangat menakjubkan hari ini?

Tanpa basa-basi, Gaara langsung beranjak, mengabaikan panggilan Kankuro padanya. Di lain tempat, Kankuro hanya mendesah malas. Biarlah. Kedua saudaranya sedang di mabuk asmara. Maka tak ada alasan baginya untuk melarang mereka.

"Sendirian saja, nona?"

Sakura tersentak kala merasakan tepukan lembut di pucuk kepalanya. Gadis itu tersenyum manis lalu membungkuk sopan, "Ada yang bisa saya bantu, Kazekage-sama?"

Gaara sontak memasang wajah datar. Ia menyentil lembut kening Sakura yang kemudian dibalas dengan tatapan tak senang dari gadis itu.

"Lelucon yang bagus," gerutu Gaara.

Sakura terkekeh kecil. Ia menyikut perut Gaara dengan pelan lalu menjawab, "Kita sedang di luar. Tidak mungkin aku memanggilmu seperti biasa."

"Kenapa tidak?"

"Ah, keras kepala sekali."

Baru saja Gaara ingin menjawab, perhatian mereka berdua beralih kepada sepasang anak Adam di depan sana. Mereka berdua baru saja menyelesaikan prosesi pemberkatan yang dilakukan secara privat di kuil keluarga Hyuga. Tidak banyak yang ikut ke sana, hanya beberapa orang dari pihak mempelai pria dan wanita. Kini kedatangan mereka ke mansion Hyuga menandakan bahwa acara resepsi telah dimulai.

Sakura mengusap airmatanya ketika ia melihat Naruto dalam balutan hakama dan haori. Waktu begitu pandai menipu. Siapa yang menyangka jika sosok yang begitu dibenci, disakiti, dan dicaci oleh hampir seluruh penduduk desa kini tengah berdiri tegak di samping seorang gadis cantik. Dengan gagah ia mempersunting gadis itu, melengkapi kepingan kosong dalam hatinya, menemukan cinta sejatinya.

Tanpa terasa, semakin banyak pula airmata yang luruh. Sakura menunduk dengan bahu bergetar. Gaara yang menyadari hal itu langsung merengkuh Sakura. Tanpa mempedulikan ekspresi terkejut orang-orang di sana, ia mengusap lembut punggung Sakura kemudian mengecup surai merah muda itu dengan penuh kasih sayang.

"Ssstt, tenanglah. Mereka akan baik-baik saja."

Sakura mengangguk dalam pelukan Gaara. Hatinya mendadak tenang sekarang. Belum lagi kalimat yang dibisikkan Gaara memberikan kelegaan yang luar biasa dalam hati Sakura. Gadis itu menarik napas panjang, menghirup aroma musk yang begitu menarik perhatiannya sejak pertama kali mereka bertemu.

"Sudah?"

Sakura mengangguk. Gaara melepas pelukannya kemudian mengusap wajah sembab gadis di depannya. Gaara terkekeh kecil melihat Sakura saat ini. Ia mengeluarkan sapu tangan dari dalam kantung celananya, mengusap jejak airmata sebelum merusak riasan gadis itu lebuh jauh.

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Hidup memang terus maju, bukan? Bukan hanya Naruto, kau, aku, bahkan teman-teman kita yang lain akan mengalami fase ini. Percaya saja kepada Naruto. Dia pasti mampu menjaga Hinata dengan baik."

Sakura mengangguk pertanda mengerti. Ia tak bisa berbicara saat ini. Gaara pun menyimpan kembali sapu tangan itu lalu beralih ke tangan Sakura, menggengamnya dengan erat.

"Ayo, kita sapa mereka."

Dua sejoli itu melangkah ke depan, menyapa Naruto dan Hinata yang tengah berbincang dengan teman sekelas mereka dulu. Naruto tersenyum cerah menatap Sakura dan Gaara. Pemuda kuning itu menyengir lebar, membuat Sakura berlari kecil lalu menjitak kepala Naruto.

"Ittai! Apa yang kau-"

Hup

Naruto tersentak ketika Sakura memeluk tubuh tegapnya. Kini pemuda kuning itu tersenyum lembut. Ia membalas pelukan Sakura dengan erat, merasa hangat ketika sosok yang ia anggap sebagai kakaknya ikut hadir dalam hari bahagianya.

"Kau sudah dewasa ya, dasar bodoh."

Naruto tersenyum sendu. Padahal ia sudah berjanji untuk tidak menangis hari ini. Namun apa daya, saat pemberkatan ia sempat meneteskan air mata karena teringat akan sosok orangtuanya. Ia juga menangis ketika rombongan keluarga berziarah ke makam Yondaime Hokage beserta istri, yang notabene adalah ibu dan ayah Naruto. Kini, ia kembali menangis karena sosok sahabat yang merangkap peran sebagai kakaknya tengah menatapnya penuh haru.

"Aa. Aku akan menjalani hidup baru, Sakura-chan. Kumohon untuk doakan aku selalu."

"Pasti. Aku pasti akan selalu melakukannya."

***

Tak terasa, warna langit kini telah berganti. Bentangan cerah di atas sana beralih menjadi gelap. Meski demikian, indahnya ribuan bintang di atas sana tetap menunjukkan keelokannya. Hari ini tampak sangat indah, seolah ikut berbahagia akan hari besar yang dilaksanakan oleh pemuda kuning dan gadis berambut indigo ini.

Malam ini suasana sedikit lebih santai. Kedua pengantin mengganti pakaian tradisional mereka dengan setelan yang lebih modern. Hinata terlihat menawan dengan gaun berwarna lavender berlengan panjang. Semua orang pangling melihat betapa cantiknya putri sulung keluarga Hyuga ini. Tak sampai di situ, Hinata menggandeng Naruto yang kini menggunakan setelan jas hitam. Pemuda itu tampak dewasa dengan penampilannya saat ini. Sakura sampai membatin melihatnya. Entah bagaimana ceritanya, bisa-bisanya Naruto terlihat tampan seharian ini.

"Yo, minna. Kalian sudah makan, kan?"

Meski demikian, ia tetap saja berisik.

"Aku bingung kenapa kau tiba-tiba tampan begini," ujar Ino dengan santai lalu meloloskan satu potong kue ke dalam mulutnya.

"Benar. Kalau Hinata sih, memang sudah cantik dari dulu. Tapi kenapa kau bisa terlihat berbeda hari ini?"

Tenten ikut menyela, membuat Naruto semakin cemberut. Semua orang di meja itu tertawa lebar, menikmati momen di mana Naruto tetap menjadi bahan bullyan mereka apapun yang terjadi. Dari kejauhan, sepasang iris jade menatap betapa seru acara mereka. Pemuda itu tersenyum tipis, terlebih lagi saat Sakura ikut tertawa lalu bersulang bersama teman-temannya.

"Acara pernikahan di malam hari memang jadi milik anak muda, ya."

"Jangan membuatku terlihat tua dengan mengatakan hal seperti itu, Mizukage."

Kelima Kage terkekeh mendengar geruruan sang Tsucikage. Saat ini, para kage pun masih ada di sana. Mereka duduk di kursi dan meja khusus yang disediakan. Gaara menyesap minumannya dengan singkat. Tiba-tiba saja tatapannya bertemu dengan Kakashi, membuat Gaara mengerjap salah tingkah.

"Ada apa, Hokage-sama?"

"Ey, sudah kukatakan jangan panggil aku begitu," ujar Kakashi sembari melambaikan tangan. Entah mengapa, panggilan Hokage-sama yang tersemat pada dirinya membuatnya begitu canggung, tak terbiasa walau sudah dua tahun menjabat posisi penting tersebut.

"Lalu mengapa anda melihatku begitu?"

"Tidak, aku hanya bingung mengapa kau lebih memilih berkumpul dengan orang tua seperti kami dibanding dengan mereka."

Gaara tertegun sejenak. Namun sedetik memudan ia menjawab, "Tidak mungkin aku meninggalkan kalian di sini."

"Ey, itu mungkin saja. Kau pikir kami ini apa sampai harus kau ikuti terus, hahaha."

Raikage menyeringai tipis. Ia pun ikut menimpali, "Acara pernikahan sebenarnya juga merangkap sebagai ajang pencarian pasangan bagi anak muda. Apa kau tidak ingin mencari gadis yang cocok di sini?"

Diam-diam semburat tipis menghiasi pipi sang Kazekage. Gaara mengalihkan pandangan guna menyembunyikan rona pipinya. Apa-apaan ini? Kenapa ia malah menjadi sasaran empuk di antara orang tua ini?

"Pergilah, Gaara-kun. Aku bisa melihat jika seseorang terus melirikmu sejak tadi," ujar seorang wanita bersurai merah bata yang duduk di samping Kakashi. Pandangan Mei tak lepas dari sosok ninja medis yang kemampuannya sudah kondang tersebut. Melihat kemana arah tatapan itu, tentu saja membuat ia sadar apa yang tengah dicari oleh gadis itu.

Kini habis sudah wajah Gaara. Semua orang tertawa melihat sang Kazekage yang biasanya telihat berwibawa, kini hanya bisa memalingkan wajah seraya menahan malu layaknya remaja dimabuk asmara. Kakashi menepuk pelan pundak pemuda itu, memberi kode untuknya.

"Sudahlah, abaikan saja kami. Lagipula kita hanya mengobrol santai sejak tadi, tidak ada hal penting."

Sejujurnya, Gaara ingin sekali bergabung bersama mereka. Apalagi melihat Naruto ada di sana. Ia ingin berbincang santai dengan sahabatnya itu. Namun di sisi lain, ia merasa segan karena harus meninggalkan para Kage di sini. Akhirnya ia pun bersikeras untuk tetap tinggal, mengabaikan godaan demi godaan yang tertuju padanya.

"Oi, Gaara! Sakura-chan mencarimu loh!"

"Diamlah, dasar bodoh!"

"Argh! Ittai!"

Suara berisik itu tentu saja mengalihkan perhatian mereka. Gaara menatap Sakura yang kini mengomel dengan wajah memerah sementara Naruto tengah memegang kepalanya yang baru saja menjadi sasaran pukulan Sakura seraya menyengir lebar padanya. Oh, jangan lupakan tatapan menggoda dari teman-teman mereka di sana, membuat Gaara membatin seraya merutuk, menebak apa yang baru saja dilakukan oleh Naruto sampai melihat Sakura sekesal itu.

"Sudah kubilang untuk diam, Naruto!"

"Eh, kenapa? Kau sendiri yang bilang ingin bersama Gaara tadi."

"KAPAN AKU MENGATAKAN ITU, SIALAN!"

Bugh

Satu pukulan kembali mendarat di kepala Naruto. Sesungguhnya Sakura tak tega untuk memukul pemuda itu, terlebih lagi hari ini adalah hari spesial untuknya. Tapi melihat bagaimana tingkah menyebalkannya ini membuat Sakura tak punya pilihan. Iris emerald itu beralih menatap ke meja para Kage, berharap jika tak seorangpun mempedulikan Naruto.

Namun sayang, mereka telah menjadi tontonan para Kage sejak tadi, membuat dirinya semakin malu.

"Kau tau, aku akan membunuhmu jika berani bersuara sekali lagi," desis Sakura penuh penekanan.

"Aku kan hanya membantumu, Sakura-chan. Kenapa kau-"

"Hentikan itu, Naruto."

Naruto langsung terdiam kala suara berat itu mengudara. Sedetik kemudian pemuda jinchuriki itu menyeringai. Melihat bagaimana Gaara dengan santainya menarik Sakura untuk duduk, membuat semua orang di balik meja besar itu terdiam.

"Sudahlah. Jangan ganggu dia lagi," ujar Gaara guna mengingatkan mereka.

"Ow ow ow."

Namun tetap saja, mereka tetap menjadi bahan bullyan bagi sejumlah anak muda tersebut. Melihat Sakura yang tak nyaman membuat Gaara menarik tangan gadis itu, beranjak ke tempat lain. Kepergian mereka justru mendatangkan tawa dari bibir Naruto serta kawan-kawan, merasa geli dengan dua sejoli yang sedang malu-malu seperti itu.

"Oi, Gaara tidak akan menghancurkan acara pernikahanmu kan, Naruto?"

Kiba berkata dengan nada ragu. Sebenarnya ia merasa takut jika tingkah mereka menyinggung perasaan sang Kazekage. Bagaimanapun ia tidak mau mati di acara pernikahan orang.

"Tidak, tenang saja. Mereka memang perlu dipacu seperti ini agar perkembangannya cepat. Hey, tidakkah kalian gemas dengan kedekatan mereka yang begitu-begitu saja?"

Semua orang mengangguk paham, kecuali Ino. Ia tentu paham apa alasan Sakura di balik hubungan mereka yang tak jelas. Namun ia memilih untuk tak bersuara, karena ia yakin Naruto tidak akan melupakan satu hal yang sangat penting.

Deg

Naruto membulatkan mata. Ia merasa dadanya dihantam sesuatu saat ini. Pemuda itu menengadah, memandang langit dengan tatapan yang sulit di artikan. Hal itu tak lepas dari pandangan Hinata. Gadis itu meremas tangan Naruto, menatapnya dengan khawatir.

"Ada apa, Naruto-kun?"

Suara Hinata mengalihkan perhatian muda-mudi yang sebelumnya tengah bercengkerama. Mereka ikut memandang Naruto yang masih menatap langit. Semilir angin malam berhembus, menambah rasa tak nyaman dalam diri Naruto. Keringat sebesar biji jagung menetes dari pelipisnya. Shikamaru dan Sai melempar bingung satu sama lain, seolah tengah saling bertanya dalam diam. Namun mereka memilih untuk tidak bersuara, terlebih setelah mendengar Naruto menggumamkan satu nama yang membuat suasana menjadi sedikit menegangkan.

"Sasuke.."

*

*

*

Tbc..

Chapter 17, updated!!

Yahooo what's wrong with Saskeyy emm? Kira-kira ada yang bisa nebak ga nih ngueheheh.

Gatau sih aku mendadak mood aja buat revisian hari ini. Terus karena kira-kira uda oke, aku publish deh wkwk. Semoga kalian sukaa!!

 Oh iya, jangan lupa yuk buat nuntasin challange nya. ga banyak-banyak kok cuma 30 votes aja. kalo vote uda tembus sampe 30, aku langsung cuss up chapter selanjutnya tanpa basa-basi. Biar kalian bisa tau, kejutan apa yang uda aku siapkan hahaha.

Okede aku mau nunjukin ilustrasi dress yang dipake Sakura. Gatau sih aku neu pict ini di pinterest terus jatuh cinta sama modelnya hahah.

Gila sih, pasti Sakura cangtip bgt kalo pake ini:((

Okede aku rasa cukup sekian untuk chapter ini. Terima kasih buat kalian yang udah baca. Love you banyak-banyakkk!!

Salam

Ilaa.



Continue Reading

You'll Also Like

465K 31.5K 47
♮Idol au ♮"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...
6.3K 169 4
Ryan laughs, "No, we're just friends. There's nothing between us," Brendon's smile wavers the slightest and he forces a laugh, "Yeah, nothing." Des...
302K 9.1K 100
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
209K 4.3K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...