DIA AKSARA

By Preciousjuni

115K 13.5K 3K

Disarankan untuk follow terlebih dahulu :) *** Entah sebuah anugrah atau musibah bagi Netta ketika menjalin h... More

ATTENTION
AKSARA [1]
AKSARA [2]
AKSARA [3]
AKSARA [4]
AKSARA [5]
AKSARA [6]
AKSARA [7]
AKSARA [8]
AKSARA [9]
AKSARA [11]

AKSARA [10]

2.3K 471 58
By Preciousjuni

Semua orang mungkin bisa saling menemani. Akan tetapi tidak semua orang bisa saling memahami.”

—Tiana Ganetta Ibrahim —

***

“Kalian ke kantin duluan aja,” tutur Netta seraya memasukkan buku serta pulpennya ke dalam tas.

Kemudian ia melihat handphone Aksa yang tergeletak di atas meja bersisian dengan handphone miliknya.

Sudah lebih satu hari handphone itu ada bersamanya. Ia kira kemarin Aksa akan langsung mengambilnya kembali setelah pulang sekolah namun nyatanya laki-laki itu hilang bak ditelan bumi. Mau tidak mau Netta harus mencari Aksa guna mengembalikan handphone itu.

Pertama Netta mencoba pergi ke kelas Aksa yang ternyata hanya ada beberapa perempuan saja yang belum meninggalkan kelas.

“Ada yang liat Aksara gak?” tanya Netta yang berdiri di depan pintu setelah memindai seisi ruangan kelas siapa tahu Aksa tengah cosplay menjadi papan tulis atau AC, kan tingkah laku laki-laki itu selalu tidak terduga dan tidak dapat dicerna oleh akal sehat.

Beberapa murid perempuan yang tengah asik bersolek itu lantas saling tatap kemudian menggeleng.

“Kayaknya tadi gak masuk deh. Iya kan?” salah satu murid perempuan yang telah selesai mengaplikasikan pewarna bibir berwarna merah meminta konfirmasi kembali kepada teman-temannya, takutnya ia salah juga.

“Iya dia gak masuk. Gak ada keterangan juga absennya gara-gara apa,” sahut murid perempuan berkacamata.

“Dari pagi dia gak masuknya?”

“Iya, tapi temen-temennya pada masuk semua sih gue liat-liat.”

Mendengar itu kening Netta semakin berkerut. Saking kesalnya tanpa sadar Netta menghentakkan kaki.

Kemana lagi itu anak setan, bisa-bisanya gak masuk sekolah padahal sudah kelas tiga.

***

Setelah mencoba menghubungi teman-teman Aksa ternyata mereka juga tidak tahu kemana perginya Aksa dan alasan laki-laki itu tidak masuk sekolah hari ini. Alhasil Netta memutuskan untuk pergi ke kostan Aksa yang kurang lebih menghabiskan waktu sekitar delapan atau sepuluh menit jika menggunakan kendaraan.

Dengan sedikit rayuan dan paksaan Netta meminta kepada Lukman untuk mengantarkannya ke kostan Aksa. Awalnya Lukman menolak keras akan tetapi lama kelamaan dia luluh juga apalagi ketika melihat wajah memelas sahabatnya itu. Lukman tentu saja tidak tega.

Semua ini gara-gara si Tatang yang gak masuk sekolah!

Sudah tahu Netta gampang sekali overthinking dan Aksa malah hobinya menghilang.

“Makasih ya, Man,” ujar Netta setelah sampai di depan gerbang kostan Aksa.

“Yakin nih, baby Nenet, gue tinggal aja?”

“Iya, yakin.”

“Terus nanti kalo si kutu kupret gak ada gimana? Ditambah bentar lagi waktu istirahat abis.”

“Udah tenang aja nanti sebelum guru masuk gue udah di kelas,” ujar Netta menenangkan ke khawatiran Lukman meski pun ia sendiri tidak yakin jika bisa masuk ke dalam kelas dengan tepat waktu.

“Ya udah deh terserah lo. Padahal udah gue bilang buat tinggalin aja si Tatang yang bisanya cuma nyusahin itu eh malah lo masih pertahanin,” ujar Lukman dengan raut wajah ketusnya serya menstater motor maticnya setelah itu ia langsung pergi tanpa menunggu sahutan dari Netta.

Netta mengehela nafas lalu menggelengkan kepala. Andai semudah itu.

***

Netta memasuki halaman kostan yang cukup luas ini. Lantas ia melihat ke tempat dimana motor Aksa biasa parkir. Dan ternyata motor itu ada di sana dan sudah pasti pemiliknya masih berada di kamarnya.

Netta cukup yakin dengan hal itu karena waktu masih menunjukkan pukul sepuluh lebih beberapa belas menit. Kalau Aksa tidak kesiangan berarti laki-laki itu tengah sakit. Biasanya seperti itu.

Netta menaiki beberapa undakan tangga guna sampai ke kamar Aksa yang berada di lantai dua. Suasana kostan dijam segini cukup sepi mungkin karena penghuninya ada yang pergi ke sekolah dan bekerja.

Sampai di depan pintu kamar Aksa, Netta mencoba mengintip melalui jendela yang gordengnya terbuka sedikit. Karena kamar kost Aksa tidak memiliki banyak sekat alhasil pandangannya langsung tertuju ke arah kasur. Di atas kasur Netta samar-samar melihat Aksa yang tengah meringkuk di balik selimut dengan wajah menghadap ke arah tembok, dan otomatis tubuhnya memunggungi Netta.

“Sa .., Aksa?”

Netta mengetuk pintu beberapa kali sambil sesekali ia mengintip ke jendela guna memastikan apakah di dalam ada pergerakan atau tidak.

“Aksara, bangun, buka pintunya.”

Kali ini Netta mengetuk pintu dengan cukup keras sambil memanggil Aksa terus menerus.

Tidak sia-sia tangannya yang sudah memerah dan tenggorokannya yang terasa hampir kering, Aksa akhirnya terbangun.

Terlihat laki-laki yang mengenakan hoodie dan celana boxer itu mengucek-ngucek matanya lalu meregangkan otot.

“Aksa, buka pintunya. Ini gue Netta,” panggil Netta lagi takutnya Aksa tengah mengigau.

Akan tetapi perasangkanya tidak benar soalnya beberapa saat kemudian terdengar suara kunci diputar lalu menyusul dengan pintu yang terbuka.

Dengan rambut acak-acakan dan hidung memerah Aksa menatap Netta dengan sayu.

“Lo kenapa? Sakit?” tanya Netta seraya menyentuh kening, pipi dan leher Aksa yang ternyata panas.

“Hm,” sahut Aksa dengan suara sedikit serak seraya kembali ke kasur lalu merebahkan tubuhnya yang kurang sehat.

Netta menyusul, duduk di tepian kasur. “Kok bisa? Padahal kemarin kamu baik-baik aja perasaan.”

Netta tampaknya tidak tega kalau harus menggunakan panggilan lo-gue ketika Aksa tengah sakit apalagi kalau sampai memarahinya.

“Kemarin futsal. Terus pulangnya kehujanan,” sahut Aksa sambil memejamkan mata menikmati elusan tangan halus Netta di kepalanya dengan penuh perasaan.

“Pasti pulangnya gak tau waktu ya? Tengah malem lagi?”

Kali ini Aksa tidak menyahut karena itu memang fakta. Tadi malam ia pulang kurang lebih jam setengah dua belas. Aksa kalau sudah bermain futsal dan berkumpul bersama teman-temannya memang suka tidak tahu waktu. Alhasil ia pulang kehujanan, ingin berteduh sejenak pun rasanya tidak berani karena posisi sedang sendirian apalagi saat ini tengah marak begal dan geng motor yang selalu berkeliaran dimalam hari.

“Terus kamu udah makan?”

Aksa menggeleng.

“Terakhir makan kapan?”

“Gak tau.”

Netta yang tengah berusaha sabar pun pada akhirnya kesal juga. Ia sampai menghentikan elusannya lalu menatap Aksa dengan nyalang.

“Kamu mah, Sa! Kenapa sih hobi banget nantang malaikat maut?”

“Untung aja tadi aku maksain buat dateng ke sini. Kalau nggak mungkin kamu sekarang udah jadi fosil di atas kasur,” imbuhnya.

Mendengar itu sontak Aksa langsung membuka matanya lalu menatap Netta dengan mata memicing.

Bisa-bisanya disamain sama fosil.

“Memang kenyataannya kan?” Netta bangkit kemudian mencari makanan di dalam kulkas mini Aksa yang sepertinya baru saja dibeli karena terakhir kali ia ke sini kulkas kecil ini belum ada.

“Astaga,” Netta menggelengkan kepalanya dengan tidak habis pikir.

Di dalam kulkas mini yang terletak di samping meja belajar ini hanya ada beberapa minuman kaleng bersoda dan juga satu potong kue yang tidak habis.

“Sa, kamu gak ada makanan lain gitu? Air putih aja cuma sisa sedikit lagi. Melarat banget.” Netta mengalihkan pandangannya ke arah dispenser lalu kembali menatap Aksara meminta laki-laki itu untuk klarifikasi.

Bukannya menjawab Aksa malah kembali menutup mata, pura-pura tertidur.

Netta lagi-lagi menghela nafasnya. Lantas ia memutuskan untuk membuka lemari dan mengganti seragamnya dengan baju biasa. Toh sudah pasti dirinya tidak bisa lagi datang ke kelas dengan tepat waktu. Hari ini ia putuskan untuk absen dengan alasan ada kepentingan pribadi di rumah yang tidak bisa ditinggalkan, semoga saja gurunya percaya.

“Mau kemana?” tanya Aksa yang telah membuka matanya. Ia melihat Netta yang sudah berada di depan pintu hendak keluar.

“Mau nyari makanan.”

“Jangan lama-lama.” Suara Aksa terdengar seperti tengah merajuk.

“Idih,” delik Netta dengan geli.

Sedangkan Aksa malah nyengir.

***


Cukup berjalan selama tiga menit Netta sudah sampai di mini market yang tidak terlalu jauh dari kost-kostan.

Pertama-tama ia membeli obat untuk demam Aksa kemudian ia membeli beberapa air mineral, susu dan roti, tidak lupa juga ia membeli beberapa makanan ringan.

Setelah melakukan pembayaran lantas Netta menyempatkan diri untuk membeli jus buah dan juga bubur Ayam yang gerobaknya tidak terlalu jauh dari mini market.

Sekembalinya Netta ke dalam kostan ia membawa banyak makanan yang ia beli dibeberapa pedagang kaki lima yang tidak sengaja ia lewati.

Meskipun tengah demam dan sedikit flu ternyata indera penciumannya tidak terlalu bermasalah untuk mencium aroma seblak, bakso dan lain sebagainya. Pantas saja pacarnya ini pergi cukup lama.

“Mau mukbang, Yang? Makanan Sebegitu banyak kayak bakal muat aja di perut kecil mungil gak berlemak dan cacingan.”

Netta yang tengah menuangkan bubur ke dalam mangkok lantas menyahut, “muat, kalau perlu kreseknya gue makan.”

“Buset, perasaan gue gak pacaran sama limbad.”

“Nih makan habisin. Abis itu minum obat.” Netta menaruh satu mangkuk bubur di atas pangkuan Aksa.

“Sayang, tangan aku kan masih lemes.” Aksa kembali berbicara dengan nada yang merajuk.

Sumpah, mendengar nada menjijikan ini telinga Netta rasanya sakit sekali.

“Astaga Aksara. Padahal tadi kamu masih bisa bukain kunci, bukain pintu, lemes dari mananya? Ngangkat sendok gak seberat ngangkat beban hidup kamu ya, Aksa.”

“Ayo dong sayangku, cintaku. Aku lagi sakit nih pengin dimanja. Kasian aku jauh dari orang tua.”

Netta mendengus, sampai orang tua turut laki-laki di hadapannya ini libatkan. Akan tetapi tetap saja Netta mengabulkan permintaan Aksa.

“Ya udah cepet.” Netta menyendokkan buburnya dan dengan senang hati Aksa membuka mulut lalu melahap bubur itu dengan penuh senyuman. Kapan lagi dirinya dimanja oleh sang kekasih.

“Kamu nginep, Yang?” setelah selesai mengunyah, Aksa bertanya.

“Ya nggaklah, ngapain.”

“Loh kenapa? Ayo dong nginep, cowoknya lagi sakit harusnya ditemenin kek dua puluh empat jam.”

Netta yang bersiap menyuapkan kembali buburnya alhasil ia urungkan lalu menatap Aksa dengan mata melotot tajam. Dirinya yang semula merasa kasihan kini telah berubah menjadi kesal.

“Sumpah ya Aksara, banyak mau lo. Masih untung gue di sini sekarang sampe rela bolos.”

“Hehe .., ngegass mulu kayak tukang ojek,” sahut Aksa seraya mencubit kedua pipi Netta dengan gemas. Kalau saja pipi itu bisa ia makan mungkin sudah dari dulu ia kunyah sampai habis.

***
TBC
25-04-22

Jangan lupa follow, vote dan komen sebanyak-banyaknya supaya cerita ini masih lanjut🔥


Jangan lupa follow instagram : @AksaraTangguhPerwira

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 110K 58
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
3.4M 274K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
294K 12.2K 32
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
230K 13.9K 32
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...