Happiness Comes||Jakehoon

بواسطة JakeZone

13.4K 1.3K 199

•HAPPINESS COMES OR SADNESS COMES?• •Warn⚠️: -BxB -Jake! Top-Sunghoon! Bot -🔞 (Just 3 chapter.) -Mpreg •Genr... المزيد

1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
12

10

780 97 0
بواسطة JakeZone

°°°  = Berganti hari.
---   = -Hari yg sama
          -Beda waktu
          -Beda tempat
          -Beberapa waktu ke depan.
___________________________________________

---

Sudah sekitar 3 jam kaki sunghoon berjalan, tapi ia masih belum bisa menemukan jalan keluar dari hutan itu.
Berakhir memutuskan untuk duduk bersandar di pohon besar.

"Apakah benar yang dikatakan sunoo?"

Sunghoon menghela nafasnya, menunduk kan kepala.

"Aku tidak mengerti. Aku tidak bisa mengerti apa yang ada di dalam otak mu, Jake. Aku selalu bersikap seolah tahu dirimu, tetapi nyatanya, aku tidak sifat, hati dan pikiranmu."

"Apa luka bakar mu sudah mulai membaik?"

"Ah, kau datang."

"Hm, aku harus memeriksa lukamu, Jake."

"Aku sudah bilang, aku tidak apa-apa."

"Ck, tetap saja harus di olesi salep."-Sunoo membuka kancing kemeja Jake satu persatu

"Yak...kalau jungwon lihat dia akan berfikir kita akan melakukan hal aneh."

"Diam."

"Wah...Baik-baik saja kau bilang? Lukamu masih basah dan kulitmu mulai terkelupas, bodoh."-Sunoo menggeleng, meringis saat melihat luka di punggung Jake.

Jake hanya diam saat sunoo mengoleskan selep di punggung nya. Lelaki itu tidak merasakan perih atau sakit.

"Apa... sunghoon baik-baik saja?"

"Huh? Kau yang satu rumah dengannya, harusnya kau tahu betul bagaimana keadaan nya."

"Aku tidak berani menampakkan wajah didepannya."

"Aku paham, tapi setidaknya minta maaf padanya. Nyawanya hampir saja melayang atau bahkan kehormatannya hampir--"

"Ya aku tahu aku salah, stop bahas hal mengerikan seperti itu."-potong jake

"Mengerikan? Kau takut? Kau takut kehilangannya?"

"B-bukan seperti itu...aku kan sudah bilang aku hanya merasa bersalah."

"Sampai merelakan punggung mu tertindih kayu yang sudah dimakan api?"

"Itu reflek."

"Reflek bibirmu."

"Selesai, jangan sampai terkena air."-sunoo mengemasi obat-obatan yang dibawanya

"Aku ingin mengecek keadaan Sunghoon dan jungwon."-lanjutnya

"Hm."

"Aku menyesal tidak sengaja mendengar nya."

"Untuk apa dia menyelamatkanku dan mengorbankan diri kalau dia juga yang mengirim ku kepada Yo Hoon. Seharusnya dia membiarkanku mati dimakan api."

"Sunghoon? Kenapa kau ada di sini?"

"Oh, heeseung hyu-ssi Uhm, aku harus pulang. Bisa kah kau mengantarkan ku?"

Heeseung mengerutkan keningnya, sunghoon menggunakan panggilan formal?

"Tapi--"

"Aku tidak bisa selamanya tinggal di sana, lagipula halmoni pasti menghawatirkan ku."-potong sunghoon

"Baiklah. Silahkan naik."


°°°

"Tuan, kau ingin aku masakan sesuatu? Kau belum makan apapun dari kemarin."

"Tidak, aku sudah makan."

"Makan angin?"

"Apa kau belum bisa menemukan Yo Hoon?"

"Belum, tuan. Tapi kami yakin dia masih di negeri ini."

"Ck, lama sekali."

"Maafkan aku, tuan."-heeseung membungkuk

"Pergilah."

Heeseung kembali membungkuk, melangkahkan kakinya.

"Ah! Heeseung!"

"Nee?"

"Tolong belikan makanan untuk jungwon."

"Baik, tuan."

Ia memijat pelipisnya, senyum di bibirnya mengembang saat mengingat momen dimana mereka bermain kartu bersama setelah makan siang.

"Ah, lupakan. Lupakan."

Setelah itu ia mengambil segelas air dan pergi dari ruang makan.

---

Tok

Tok

"Jungwon...keluar lah."

"Kau belum memakan apapun dari kemarin, kau bisa sakit."

"Sim jungwon? Ku mohon, keluarlah, hm?"

"Aku meletakkan makanan di depan pintu, pastikan kau memakannya."

Jake menuruni anak tangga, membaringkan tubuhnya di sofa dan memejamkan matanya, membiarkan perutnya yang berisik.


°°°

"Tuan sunghoon?"

"Ah kamcagyia,"

"Astaga ahjuma, kau mengagetkan ku."

"Maafkan aku, tadi aku tidak sengaja melihatmu, aku putuskan untuk menyapa mu."

"Tidak apa,"

"Kau sedang apa di sini, ahjuma?"

"Kira-kira apa yang kulakukan di pasar?"

Sunghoon terkekeh, kembali kepada kegiatan sebelum nya.

"Maksudku bukankah kau tidak memasak di rumah?"

"Aku juga butuh makan."

"Kau benar."

"Bagaimana keadaan jungwon? Apa dia baik-baik saja?"-sunghoon menoleh, menunggu jawaban dari wanita tua di sebelahnya.

Leli menggeleng, helaan nafas terdengar dari wanita tua itu.

"Apa terjadi sesuatu, ahjuma?"

"Tuan muda sudah tidak keluar rumah beberapa hari, semenjak kau pergi rumah kembali hampa dan di isi kegelapan. Tuan Jake kembali dingin, saat aku pulang dia bahkan belum pulang. Aku juga belum pernah melihatnya makan."

Sunghoon menghela nafasnya,

"Apa jungwon juga tidak makan?"

"Tuan muda memakan makanan yang di beli heeseung dari luar, walaupun sedikit."

"Ah, syukurlah. Setidaknya dia harus mengisi perutnya."

"Tapi aku khawatir dengan tuan Jake."

Sunghoon mengigit bibir bawahnya,

"A-aku rasa dia bisa mengurus dirinya sendiri."

"Kau benar,"-Leli

"Aku akan pamit pulang."-Lanjut wanita tua itu tersenyum

"Oh nee, hati-hati, ahjuma."-sunghoon

"Kapan-kapan kunjungi rumah, aku tidak tahu apa masalahmu dengan tuan Jake, tetapi setidaknya sapa lah tuan jungwon."

"A-apa tidak apa-apa?"

"Pintu selalu terbuka lebar untuk mu, tuan."-Leli mengelus punggung sunghoon

"Nee."

---

Sunghoon menghela nafas di depan pintu kediaman Jake.

Tangannya bergerak menyentuh genggaman pintu.

"Mwoya...apa tidak ada orang?"

Ia melihat sekeliling, lalu menggelengkan kepala, kakinya segera menuju ke kamar jungwon.

Tok

Tok

Tok

"Apa ada orang di dalam?"

Tok

Tok

"Jungwon...kau--"

Pintu terbuka, menampilkan jungwon yang menatapnya datar.

"Untuk apa kau kembali? Apa ada barang mu yang tertinggal? Tidak ada di sini."

Sunghoon tersenyum, ia lega jungwon tidak berubah.

"Ani, aku kesini untuk mengunjungi orang sakit."

"Tidak ada orang sakit di sini."

"Benarkah? Kalau begitu aku harus pergi, aku rasa aku salah ala--"

"Ahh aku lapar, apa ada ramen di bawah?"-potong jungwon keluar dari kamar dan menuju dapur.

Sunghoon menggelengkan kepalanya, sedikit lega karena jungwon dengan mudah dibujuk untuk keluar.

"Tidak diragukan lagi, tuan sunghoon."

"Ah...kau mengejutkan ku lagi, ahjuma."

"Maafkan aku sudah mengejutkan mu dua kali hari ini."

"Kalau begitu, aku akan ke bawah, ahjuma."

"Nee."

---

"Maafkan aku, tidak ada apapun di kulkas, jadi aku memasak yang ada saja."

"Aku tidak menyuruh mu memasak."

"Makanlah, cerewet."-sunghoon mengusak rambut jungwon

Sunghoon menatap remaja yang sibuk memakan makanannya.

"Jungwon...aku pergi, bukan karena tuan Jake. Aku pergi karena memang harus pergi, aku punya kehidupan ku sendiri, aku harus merawat halmoni, rumahku, toh dulu aku juga tidak tinggal dengan kalian, kan? Jangan terlalu larut, aku akan sering seiring mengunjungi mu. Aku kasihan kepada tuan Jake, pasti dia setiap hari membujuk mu, kan?"

Jungwon hanya diam saja, melahap makanannya nya.

"Bukan berarti aku--"

"Tapi bahkan kau tidak mengajariku."

"Em...Itu, kau tahu aku tidak punya surat  legal untuk mengajar, dulu aku--"

"Then, anggap saja aku anak atau adikmu, itu tidak butuh surat izin kan?"-potong jungwon

"Aish, lupakan."-lanjutnya

Sunghoon diam, mengadu kuku jarinya.

"Kau tahu, salah satu alasan aku setuju dengan tuan Jake dengan persyaratan kita dulu?"

"Ani, dan aku tidak ingin tahu."

"Aku akan tetap memberitahu mu."

Jungwon hanya menatapnya malas, lanjut melahap makanannya.

"Aku suka melihat bagaimana perubahan interaksi kalian, aku mencoba untuk membuat kalian dekat layaknya seorang ayah dan anak. Tapi kalau kalian masih sama seperti dulu, itu tandanya perjuangan ku selama ini sia-sia."

Jungwon menatap sunghoon, meletakkan kedua sumpitnya.

"Aku kenyang."

"Baiklah, ingin buah?"

Jungwon menggeleng, menatap punggung sunghoon yang sedang mencuci piring.

"Apa kalau aku berteman dengan Jake, kau akan kembali?"

Pergerakan sunghoon terhenti, tersenyum tipis.

"Mungkin..."

"Jawabannya hanya iya dan tidak."

"I-iya."

"Kau sudah janji. Aku akan ke kamar."-jungwon pergi meninggalkan sunghoon.

"Aku tidak janji, jungwon."-gumamnya

---

"Hum?"

Sunghoon bangkit dari duduknya, melihat bingkai foto kecil dari dekat.

"Siapa wanita ini?"-gumamnya

"Ini bukan jiwoo-nim..."

Matanya menyipit, melihat lebih jelas lagi poto tersebut.

"Itu juein halmoni."

"Ah, jinjja kamcagyia."

"Kau sudah selesai mandi? Kalau begitu ayo ke dapur, aku sudah menyiapkan makan malam untukmu."-sunghoon kembali meletakkan bingkai foto

"Rumah ini adalah rumah yang di tinggali Taehyung haraboji dan istri keduanya, juein halmoni."-jungwon

"A-ah...tapi seharusnya kau tidak perlu menceritakan itu kepada orang asing."

"Benar, tapi aku percaya padamu, lagipula kau bukan orang asing disini."

Sunghoon menggaruk tengkuknya yang tak gatal,

"Ehm...kalau begitu aku akan pulang."

"Sekarang?"

"Hum, aku bahkan belum memasak untuk halmoni."-sunghoon tersenyum

"Kau bisa mencuci piring sendiri kan?"

Jungwon mengangguk, lalu melangkahkan kakinya menuju dapur.

Sunghoon menghela nafas, berjalan ke pintu utama.

Prang!

Langkah kakinya terhenti, tatapannya beralih ke asal suara, di balik pintu bernuansa putih.

Ia menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin mengetahui lebih jauh. Lagipula rumah itu milik seorang yang menjadikan nya umpan.

"Akh!"

"Leli ahjuma?"-sunghoon mengerutkan keningnya

Tangannya dengan ragu mendorong pintu tersebut,

"Ahjuma? Kau tidak apa-apa?"

"Ah, nee. Aku tidak apa-apa."

"Tanganmu berdarah, aku akan mengobatinya."

"Tidak perlu, ini hanya luka kecil."

"Tapi kau perlu menghentikan darahnya, ahjuma."

"Kau sangat mirip dengan nyonya jiwoo."

"Nee!?"-pekik sunghoon

"Berparas cantik, baik hati, tulus, serta penyayang."-Leli tersenyum

"Mungkin itu sebabnya tuan Jake dan tuan jungwon bisa menerima mu."-lanjutnya

"A-apa maksudmu, ahjuma? Itu--"

"Matamu, sangat persis seperti mata nyonya jiwoo, bahkan sama."-potong leli

Sunghoon terdiam, mengingat kembali saat Jake selalu memuji mata indahnya.

"Matamu sangat cantik, aku selalu luluh saat melihat matamu."

"Lukamu perlu di obati."

"Tidak, aku harus membersihkan kekacauan yang ku buat atau tuan Jake akan memarahi ku."-Leli memungut pecahan kaca di lantai.

Sunghoon tidak diam, ia membantu Leli. Gerakannya terhenti dan pandangannya tak lepas dari poto yang tergeletak di lantai.

"Terimakasih, tuan."-Leli keluar membawa pecahan kaca

Sunghoon memandangi seluruh ruangan,

"Tuan."

"Kamcagyia!"-sunghoon memegangi dada nya, berusaha menenangkan detak jantungnya.

"Sudah ketiga kali aku mengagetkan mu hari ini, maafkan aku."-leli

"Aniyo, tak perlu minta maaf."-sunghoon

"Sepertinya jantungku tidak akan sehat."

Sunghoon diam memperhatikan Leli yang memasang kembali Poto di bingkai baru.

"Tuan, apa kau percaya....tuan Jake membunuh istrinya sendiri?"

"Tiba-tiba?"

"Aniyo, aku hanya penasaran."

"K-kenapa kau menanyakan hal seperti itu? Aku tidak tahu apapun."

"Kau tahu? tuan Jake memiliki ibu tiri."

"Nee, dia pernah bercerita. A-ani maksud ku dia pernah memberitahu ku."

"Wanita yang di Poto ini adalah nyonya sim juein, ibu tiri tuan jake."

"Rumah ini adalah rumah orangtua tuan Jake."

Sunghoon hanya mengangguk karena ia sudah tahu dari jungwon sebelum Leli.

"Nyonya juein tidak menyukai nyonya jiwoo sedari awal, karena dia merasa nyonya jiwoo adalah penghalangnya."

"Penghalang?"-sunghoon mengerutkan keningnya

"Nee, jika tuan Jake menikah dengan nyonya jiwoo, harta suaminya pasti jatuh ke tangan tuan jake. Dan dia tidak ingin hal itu terjadi."

"Aku pikir ibu tirinya orang baik."

"Saat tuan Jake koma, tuan muda jungwon selalu bersamanya, entah dia menganggap tuan muda jungwon selayaknya cucu sendiri atau dia ingin memisahkan tuan Jake dengan putranya. Intinya dia tidak ingin tuan muda kembali ke tangan tuan Jake meskipun tuan Jake sudah pulih."

"Apa jungwon nyaman dengan nyonya juein?"

"Nee, sangat nyaman. Apapun yang dikatakan oleh nyonya juein, tuan muda jungwon akan percaya."

"Aku pikir, sampai di sini kau mengerti."-lanjut Leli sembari tersenyum, lalu pergi meninggalkan sunghoon.

"Nee? Apa maksudnya?"

"Kepalaku sangat pusing."

Ia segera keluar dari ruangan yang penuh dengan Poto serta barang-barang yang terlihat tua tersebut.

---

Jake menduduki sofa empuk di ruang tamu, memejamkan matanya.

"Kau hanya seorang pengangguran, jangan sok pulang malam."

"Syukurlah kau tahu aku pengangguran, jadi aku tidak perlu repot-repot memberimu uang saku, kan?"

"Bodoh."-jungwon merotasikan kedua matanya, pergi meninggalkan Jake

"Terimakasih, sunghoon."-gumamnya

Sudah pasti Jake tahu kegiatan, kemana, dan apa yang sunghoon lakukan, karena anak buahnya selalu mengawasinya dan melaporkan kepadanya, itu untuk keselamatan sunghoon. Ia hanya takut Yo Hoon akan menyakiti sunghoon lagi.



°°°

"Bagaimana kabar jungwon?"-ucap pria manis didepan Jake.

"Kemarin dia sudah keluar dari kamarnya, berkat sunghoon..."

"Sunghoon? Apa dia kembali?"

"Tidak."

"Kau harus menjelaskan kepadanya, Jake."-Sunoo meneguk kopinya.

"Aku....untuk apa? Lagipula semua sudah selesai, aku hanya akan membunuh Yo Hoon sesuai rencana ku."

"Kau mencintainya?"

"Apa maksudmu?"

"Tatap mataku."-titah yang lebih muda

Jake menatap mata sunoo sesuai perintah sunoo.

"Aku bisa merasakan kau membutuhkan nya."

"Tidak, aku tidak. Kau tau, appanya-- "

"Jake, aku hidup bersama denganmu itu sudah setengah dari umurku. Aku tau apa yang kau butuhkan, kau inginkan, dan apa yang kau rasakan."

"Benar, fakta bahwa dia anak hyunbin, tetapi apa dia tahu? Bahkan dia tidak tahu kalau kedua orangtuanya di bunuh. Saat itu umurnya masih sama sepertiku, masih muda."-lanjutnya

"Sunoo, berhentilah."

"Kau tidak tahu dan kapan kau jatuh cinta."

"Cinta itu konyol."-jake tersenyum miris dari menunduk.

"Cinta tidak konyol. Cinta itu mawar berduri, memelukmu dengan hangat karena tenaga merah nya, tapi juga sekaligus memelukmu dengan durinya."

"Aku tid-aku tidak mencintainya."

"Tapi kau khawatir dan peduli dengannya. Kau mengawasi sunghoon, kau peduli. Kau mencintainya."

"Aku tau kau belum bisa menerimanya sebagai anak dari Hyunbin. Tapi bisakah kau menerima nya sebagai sunghoon? Hanya sunghoon, lelaki manis, polos dan malang."-lanjut sunoo menggenggam tangan Jake.

"Aku tidak tahu..."

"Aku tidak ingin kau jatuh dalam egomu, Jake. Pikirkan lah matang-matang, kau mencintainya atau hanya sekedar merasa bersalah, jangan sampai kau menyesal setelah semua berlalu."

"Jika kau mencintainya, jelaskan semuanya dan terima lah kenyataannya jika dia kecewa padamu. Setidaknya kau tidak akan sakit lebih lama dan bisa melupakannya."-Sunoo pergi meninggalkan Jake yang memejamkan mata nya.

"Apa aku mencintainya? Aku mencintainya. Tidak, aku hanya-aish."-jake berlari masuk ke mobilnya.

Dengan kecepatan tinggi, mobilnya menuju ke rumah sunghoon.

Setelah sampai di kediaman park, Jake menghela nafasnya, tangannya tanpa ragu mengetuk pintu.

Tangannya bergerak mengetuk lagi saat pintu belum dibuka.

"Ya, sebentar!"

Deg

Suara itu, suara yang sangat ia rindukan.

"Iya, dengan si--"

"Sunghoon, aku ingin bicara dengan mu, aku ingin menjelaskan--"

"Aku rasa semua sudah jelas, tuan. Bisakah kau berhenti mengusak hidupku, itu sudah cukup sulit."

Jake menggeleng, menahan tangan sunghoon yang ingin menutup pintu.

"Aku tak tau malu. Tapi bisakah beri waktumu sebentar saja?"

Sunghoon memejamkan matanya, menghela nafas.














واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

Family chriszee بواسطة Nm

القصة القصيرة

48.7K 7.9K 30
Gatau baca aja!
103K 8.4K 35
Kisah seorang gadis cantik yang hidup penuh kasih sayang dari kedua orang tua nya dan kakak laki-laki nya,berumur 20 th pecinta Cogan harus bertransm...
272K 2.9K 4
Oneshoot gay tentang Daniel yang memiliki memek dengan bermacam macam dominan. Jangan salah lapak-!!!
171K 12.1K 57
Tiada yang rela mengurus Pasha setelah bapak meninggal. Gadis itu terpaksa ikut dengan Winda ke ibu kota. Putus sekolah, mencari pekerjaan dan harus...